Selasa, Januari 19, 2016

Jawabanku untuk pengarang buku” Menjawab tuduhan sebagai penyembah kuburan”.




مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل - (ج 5 / ص 468)
وَقَالَ فِي الْمَدْخَلِ فِي فَصْلِ زِيَارَةِ الْقُبُورِ : الْبِنَاءُ فِي الْقُبُورِ غَيْرُ مَنْهِيٍّ عَنْهُ إذَا كَانَ فِي مِلْكِ الْإِنْسَانِ لِنَفْسِهِ وَأَمَّا إذَا كَانَتْ مُرْصَدَةً فَلَا يَحِلُّ الْبِنَاءُ فِيهَا ، ثُمَّ ذَكَرَ أَنَّ سَيِّدَنَا عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَعَلَ الْقَرَافَةَ بِمِصْرَ لِدَفْنِ مَوْتَى الْمُسْلِمِينَ وَاسْتَقَرَّ الْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ وَأَنَّ الْبِنَاءَ بِهَا مَمْنُوعٌ ،
Pengarang al-Madkhal berkata dalam Fasal Ziarah Kubur: "Membangun
kuburan tidak dilarang; jika berada dalam tanah miliknya sendiri.
Apabila ditempatyang disediakan maka tidak halal membangun
kuburan di tanah tersebut. Kemudian ia menyebutkan bahwa
Sayidina Umar menjadikan Qarafah di Mesir untuk pemakaman
umat Islam yang meninggal. Dan hal ini masih tetap seperti
itu. Membangun kuburan di sana terlarang. (Mawahib al-Jalil,Khalil bin Ishaq al Maliki 5/468.

Komentarku ( Mahrus ali ):

وَأَمَّا إذَا كَانَتْ مُرْصَدَةً فَلَا يَحِلُّ الْبِنَاءُ فِيهَا
Apabila ditempat yang disediakan maka tidak halal membangun
kuburan di tanah tersebut.

Terjemahanku ( Mahrus ali ) :

Apabila ditempat pemakaman umum maka tidak boleh ( haram ) membangun kuburan di tanah tersebut.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Membangun kuburan di tanah milik sendiri atau tanah makam umum tetap di larang dan tidak ada hadis atau ayat yang memperbolehkan. Karena itu, tidak layak diperbolehkan atas dasar pendapat ulama bukan dalil dari Allah atau RasulNya. Mengharamkan atau memperbolehkan sesuatu harus berlandaskan dalil dari ayat atau hadis sahih bukan pendapat ulama apalagi orang jahil.
Sayang sekali pengarang buku “ Menjawab tuduhan sebagai penyembah kuburan” tidak mendatangkan dalil untuk memperbolehkan membangun kuburan di tanah miliknya. Dalil tidak ada, realita kuburan sahabat yg di bangun di tanah miliknya sendiri atau di tanah umum juga tidak ada alias nol besar. Bahkan banyak hadis yg menyebutkan larangan membangun kuburan sebagaimana keterangan yg lampau. Kuburan harus diratakan dengan tanah tanpa bangunan sebagaimana kuburan Baqi`di Medinah dan Ma`la di Mekkah , bukan kuburan yg di bangun megah di Iran atau Irak yg syi`ah.
عن أَبِي الْهَيَّاجِ الْأَسَدِيِّ، قَالَ: قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: " أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ، وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ "
Dari Abul-Hayyaaj Al-Asadiy, ia berkata : ‘Aliy bin Abi Thaalib pernah berkata kepadaku : “Maukah engkau aku utus sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengutusku ? Hendaklah engkau tidak meninggalkan gambar-gambar kecuali engkau hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan yang ditinggikan kecuali kamu ratakan” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 969, Abu Daawud no. 3218, At-Tirmidziy no. 1049, An-Nasaa’iy no. 2031, dan yang lainnya].
Larangan membangun kubur ini kemudian diteruskan oleh para ulama madzhab.
Madzhab Syaafi’iyyah, maka Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata :
وَأُحِبُّ أَنْ لاَ يُبْنَى وَلاَ يُجَصَّصَ فَإِنَّ ذَلِكَ يُشْبِهُ الزِّيْنَةَ وَالْخُيَلاَءَ وَلَيْسَ الْمَوْتُ مَوْضِعَ وَاحِدٍ مِنْهُمَا وَلَمْ أَرَ قُبُوْرَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَاْلاَنْصَارَ مُجَصَّصَةً ...... وَقَدْ رَأَيْتُ مِنَ اْلوُلاَةِ مَنْ يَهْدِمُ بِمَكَّةَ مَا يُبْنَى فِيْهَا فَلَمْ أَرَ اْلفُقَهَاءَ يَعِيْبُوْنَ ذَلِكَ
“Dan aku senang jika kubur tidak dilbangun dan tidak dilepa, karena hal itu menyerupai perhiasan dan kesombongan. Orang yang mati bukanlah tempat untuk salah satu di antara keduanya. Dan aku pun tidak pernah melihat kubur orang-orang Muhaajiriin dan Anshaar dilepa..... Dan aku telah melihat sebagian penguasa meruntuhkan bangunan yang dibangunan di atas kubur di Makkah, dan aku tidak melihat para fuqahaa’ mencela perbuatan tersebut” [Al-Umm, 1/316 – via Syamilah].
An-Nawawiy rahimahullah ketika mengomentari riwayat ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu di atas berkata :
فِيْهِ أَنَّ السُّنَّةَ أَنَّ اْلقَبْرَ لاَ يُرْفَعُ عَلَى اْلأَرْضِ رَفْعاً كَثِيْراً وَلاَ يُسَنَّمُ بَلْ يُرْفَعُ نَحْوَ شِبْرٍ وَيُسَطَّحُ وَهَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِي وَمَنْ وَافَقَهُ،
“Pada hadis tsb ada keterangan bahwa yang disunnahkan kubur tidak terlalu ditinggikan di atas permukaan tanah dan tidak dibentuk seperti punuk onta, akan tetapi hanya ditinggikan seukuran sejengkal dan meratakannya. Ini adalah madzhab Asy-Syaafi’iy dan orang-orang yang sepakat dengan beliau” [Syarh An-Nawawiy ‘alaa Shahih Muslim, 3/36].
Di tempat lain beliau berkata :
وَاتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى كَرَاهَةِ بِنَاءِ مَسْجِدٍ عَلَى الْقَبْرِ سَوَاءٌ كَانَ الْمَيِّتُ مَشْهُورًا بِالصَّلَاحِ أَوْ غَيْرِهِ لِعُمُومِ الْأَحَادِيثِ
“Nash-nash dari Asy-Syaafi’iy dan para shahabatnya telah sepakat tentang dibencinya membangun masjid di atas kubur. Sama saja, apakah si mayit masyhur dengan keshalihannya ataupun tidak berdasarkan keumuman hadits-haditsnya” [Al-Majmuu’, 5/316]. 


Realitanya mereka yang  suka membangun kuburan adalah quburi, dari kalangan ahli bid`ah keturunan Rasulullah shallahu alaihi wasallam atau gajah mada, syi`ah yang  ghuluw pada kubur, cina yang  kafir, Kristiani dll.
Mereka yang  menjadikan kuburannya rata dengan tanah adalah kalangan wahabi, para  sahabat dan orang – orang yang  ingin menghidupkan sunnah tidak mematikannya.
Sekarang kita  paham siapakah  yang  ahlus sunnah wal jamaah dan siapakah yang  ahli bid`ah dan syirik. Siapakah yang  benar dan siapakah yang  sesat. Siapakah yang  ikut jalan Rasulullah shallahu alaihi wasallam dan para sahabat dan siapakah yang  menyelisihinya.
Imam Syafii dan Nawawi sendiri mengikuti sunnah dalam masalah kuburan ini , namun ahli bid`ahnya sendiri yg menyalahi perkataan imam nya , lalu membangun kuburan dengan kebodohan, tanpa ilmu , mengikuti hawa nafsu bukan wahyu, lalu di ikuti oleh tokoh - tokoh masarakatnya yg ingin menyamai hawa nafsu mereka dan takut menyelisihnya.Dukungan semacam ini tidak mendidik masarakat untuk berpegangan kepada sunnah tapi support untuk melepaskannya.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan