Kamis, Juni 11, 2015

Sejak sepuluh tahun lalu, saya tidak pernah berjamaah di masjid yg berlampu . Seria ke 3




Ada keterangan sbb:
·       وأصبحت الإنارة بعد القرن التاسع الهجري، تتم بواسطة أسرجة (جمع سراج) توقد بالزيت، موزعة في أنحاء المسجد.
Penerangan  setelah abad ke sembilan hijriyah dengan lampu minyak yang dibagikan  di seluruh penjuru masjid.

Ada hadis lagi:

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ أَتَاهُ سَائِلٌ يَسْأَلُهُ عَنْ مَوَاقِيتِ الصَّلَاةِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ شَيْئًا قَالَ فَأَقَامَ الْفَجْرَ حِينَ انْشَقَّ الْفَجْرُ وَالنَّاسُ لَا يَكَادُ يَعْرِفُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا (مسلم: 614) وفي رواية: حِينَ كَانَ الرَّجُلُ لَا يَعْرِفُ وَجْهَ صَاحِبِهِ أَوْ أَنَّ الرَّجُلَ لَا يَعْرِفُ مَنْ إِلَى جَنْبِهِ (أبو داود: 395)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari: bahwa Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah di datangi orang yang menanyakan waktu-waktu sholat, dan beliau tidak menjawabnya. Namun beliau kemudian mendirikan sholat shubuh, ketika muncul fajar. Ketika itu hampir saja mereka tidak mengenali satu sama lain. (HR. Muslim: 614) dalam riwayat lain redaksinya: “Ketika itu seseorang tidak mengenali raut wajah temannya”. Atau dengan redaksi: “Sungguh saat itu seseorang tidak mengenali siapa yang disampingnya”. (HR. Abu Dawud: 395, dishohihkan oleh Albani)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Bila saat itu, masjid  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terang benderang dengan lampu seperti sekarang ini, maka  sudah tentu para sahabat akan mengenali siapakah di sampingnya.
 Hadis  itu menunjukkan bahwa masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat itu tidak memakai  lampu.
عن أبي برزة: وَكَانَ يُصَلِّي الصُّبْحَ وَمَا يَعْرِفُ أَحَدُنَا جَلِيسَهُ الَّذِي كَانَ يَعْرِفُهُ (أبو داود: 398)
Abu Barzah mengatakan: beliau -shollallohu alaihi wasallam- dulu sholat shubuh, sedang salah seorang dari kita tidak mengenali teman duduknya yang telah ia kenal sebelumnya. (HR. Abu Dawud: 398, dishohihkan oleh Albani)
Ibnu Rojab mengatakan: “Hadits ini senada dengan banyak hadits lain…”, lalu beliau menyebutkan banyak hadits diantaranya:
عن حَرْمَلَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّيْتُ مَعَهُ الْغَدَاةَ ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلاةَ نَظَرْتُ فِي وُجُوهِ الْقَوْمِ مَا أَكَادُ أَعْرِفُهُمْ
Harmalah mengatakan: Aku pernah mendatangi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, lalu aku sholat shubuh dengan beliau. Ketika selesai sholat, aku menatap raut wajah para jama’ah, dan hampir saja aku tidak mengenali mereka. (Lihat Fathul Bari, karya Ibnu Rojab, syarah hadits no: 578) (Lihat juga hadits ini dengan redaksi yang semakna, di Majma’uz Zawaid, hadits no: 1785)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Karena itulah sejak sepuluh tahun yang lalu, sy  tidak pernah menjalankan shalat di masjid yang berkarpet, masjid yang banyak lampunya.
Saya ingin ittiba` saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para  sahabatnya selama  hidupnya  ketika menjalankan  shalat berjamaah  di masjid tanpa lampu. Bila  saya menjalankan shalat berjamaah di masjid berlampu, saya  tidak punya tuntunan dalam shalat ini. Saya termasuk menjalankan shalat yang tidak sesuai dengan tuntunan jamaah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para  sahabatnya.
Orang yang di ridai oleh Allah adalah yang mengikuti para sahabat, bukan menyelisihinya. Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(100)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. 100 Tobat
Dalam  kitab Subulus salam 108/1 ada keterangan sbb:


·       سبل السلام (1/ 108)
لأنه كان مسجده صلى الله عليه وسلم ليس فيه مصابيح
…………., sebab masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiada lampu – lampunya.
Ada hadis  sbb:
سنن أبي داود (1/ 125)
-      حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا مِسْكِينٌ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ، عَنْ مَيْمُونَةَ، مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ: «ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ» وَكَانَتِ الْبِلَادُ إِذْ ذَاكَ حَرْبًا، «فَإِنْ لَمْ تَأْتُوهُ وَتُصَلُّوا فِيهِ، فَابْعَثُوا بِزَيْتٍ يُسْرَجُ فِي قَنَادِيلِهِ»
سنن أبي داود (1/ 125)
[حكم الألباني] : ضعيف
……………, dari Maimunah budak yang dimerdekakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , sesungguhnya dia berkata: Wahai  Rasulullah , berilah fatwa kami tentang baitul maqdis .
Beliau  bersabda: Datanglah dan lakukan shalat di sana.
( saat itu negri itu masih harbi / dikuasai oleh Romawi ) . Bila kamu tidak bisa datang ke sana untuk menjalankan shalat disitu, maka kirimkan minyak untuk lampu – lampunya. HR  Abu  Dawud 125 /1
Al bani menyatakan : Ia lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kita teliti sanadnya  dlm beberapa kitab sbb:

سنن أبي داود ت الأرنؤوط (1/ 343)
 - حدَّثنا النُّفَيليُّ، حدَّثنا مِسكين، عن سعيد بن عبد العزيز، عن زياد ابن أبي سَوْدة
عن ميمونةَ مولاةِ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم
السنن الكبرى للبيهقي (2/ 619)
-      أنبأ الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الرُّوذْبَارِيُّ، أنبأ مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، ثنا أَبُو دَاوُدَ، ثنا النُّفَيْلِيُّ، ثنا مِسْكِينٌ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ ابْنِ أَبِي سَوْدَةَ، عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
-      مسند الشاميين للطبراني (1/ 197)
-      4 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثنا الْهَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، ثنا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ ابْنِ أَبِي سَوْدَةَ، عَنْ مَيْمُونَةَ، مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
-      شرح السنة للبغوي (2/ 342)
-      بَابُ الْمَسْجِدِ الأَقْصَى
-      456 - أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، أَنَا الْقَاسِمُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَنَا أَبُو عَلِيٍّ اللُّؤْلُئِيُّ، نَا أَبُو دَاوُدَ، نَا النُّفَيْلِيُّ، نَا مِسْكِينٌ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ ابْنِ أَبِي سَوْدَةَ، عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
-      سنن البيهقى - دار الباز (2/ 441)
-      4114 - أنبأ الحسين بن محمد الروذباري أنبأ محمد بن بكر ثنا أبو داود ثنا النفيلي ثنا مسكين عن سعيد بن عبد العزيز عن بن أبي سودة عن ميمونة مولاه رسول الله صلى الله عليه و سلم
Komentarku ( Mahrus ali ):
Kalau ditinjau dari  segi sanad, maka  hadis tsb hanya di riwayatkan  oleh  Said bin Abd Aziz. Hadis itu gharib, tidak dikenal. Said bin Abd Aziz adalah perawi tergolong tingkat 7 kibar  atba ut tabiin, wafat 167H. Jadi masa seratusan tahun   setelah baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat, hadis itu  masih  tidak populer dan masih hanya Said bin Abd Aziz  yang tahu, lainnya tidak paham hadis itu sampai mati. 


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50



Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan