Sabtu, Juni 13, 2015

Jawabanku untuk komentator di forum diskusi hadis




Budi Robi Din  menulis :yai hidayat/ yai munir pun sulit melawan beliau  smua bungkam...
Munir El Sasaki menulis sbb:  Krn tdk semua prtanyaan atau pernyataan itu harus ditanggapi, lebih - lebih jika yg dimunculkan adalah masalah - masalah yg dikelola hanya dari hawa pribadi.

Dan ini tdk ngaruh dalam khalayak..

Komentarku ( Mahrus ali ):
Sy tidak mengerti mengarah kemana pernyataan Yai Munir el sasaki  ini, mungkin kepada masalah shalat berjamaah tanpa lampu, mungkin tidak.
Bila ke arah lain, sy enjoi sj.
Tapi bila mengarah kepada masalah shalat tanpa lampu di anggap dari hawa nafsu pribadi, maka  ini harus di tanggapi tidak boleh dibiarkan menyesatkan orang banyak. Harus  di stop, lalu di terangkan bahwa  shalat berjamaah tanpa  lampu di masjid adalah tuntunan shalat berjamaah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama  sahabatnya selama  hidupnya. Bukan tontonan shalat jamaah orang sekarang yang menyelisihi tuntunan aslinya.  Ia  sama dengan tuntunan palsu yang di ajarkan dikalangan masarakat ahli bid ah atau sunnah.
Masalah shalat jamaah tanpa lampu itu bukan bersumber dari hawa nafsu tapi  dari tata cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selama  hidupnya bersama  bersama sahabat. Tiada satupun  sahabat yang menjalankan shalat jamaah di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggunakan lampu.
Masarakat  sekarang tiap hari berjamaah dengan lampu yang terang benderang melebihi lampu rumah biasa.
Kalau dikatakan masalah  shalat jamaah tanpa lampu dari hawa nafsu pribadi, maka ini sangat keliru bukan agak benar. Lalu bisa di simpulkan bahwa shalat berjamaah dengan makai lampu yg terang  adalah bukan dari hawa nafsu, tapi dari wahyu atau  tuntunan.
Setelah itu bisa di tanya, mana tuntunannya dan mana wahyunya?. Jangan bikin kebohongan publik yang ingin mencari kejujuran lalu di suguhi kedustaan.  Ingatlah ayat :
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".[1]
Bila kita tidak bisa menunjukkan dalil, maka kita ber arti dusta dalam agama , bukan dusta  dalam masalah dunia. Dan ini sangat membahayakan diri dan orang banyak. Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang yang berbuat kedustaan terhadap Allah atau mendustakan kebenaran  tatkala  datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?  Ankabut  68
Jujurlah dalam menyampaikan agama, jangan berdusta. Kasihan umat dan jangan biarkan umat ini dalam kesesatan  sblm mereka meninggal dunia. Ingatlah  firmanNYa:
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang kotor itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. Al haj 30


Shalat berjamaah  tanpa lampu adalah tuntunan salat yang terpendam yg harus di tampakkan, bukan wajib dikubur lagi setelah di tampakkan. Shalat berjamaah dengan lampu menyalahi tuntunan yg asli sama dengan tuntunan yg palsu.
Bila  di katakan bersumber dari hawa nafsu, maka sy kasihan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya yang merintis jamaah tanpa lampu ini bersumber dari hawa nafsu.
Bila orang berkata: Apakah ada larangan pakai lampu.
Sy katakan: Menghidupkan lampu atau mematikannya  tiada perintah dan tidak ada pula larangannya.
Dalam keadaan sedemikian ini, jangan dikatakan: Kalau gitu kita bebas pilih. Boleh pakai lampu boleh gelap.
Saya katakan : Dalam kondisi spt ini, pilihlah yang sesuai dengan tuntunan  dan jangan pilih yang menyelisihinya. Hal itu  untuk menghurmati ayat ini dan tidak meremehkannya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(31)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Budi Robi Din menulis  ust roy panggil pa dosen haryo...

Komentarku ( Mahrus ali ): Bagus sekali untuk bermusawarah bukan untuk menang kalah. Yg penting bagi kita bisa mengkoreksi kesalahan kita  sbl mati bukan sesudahnya.
Kita bisa tahu kebenaran  sblm mati.  Dan tiada gunanya di nasehati tentang kebenaran stlh mati.
 
 
Muhammad Iqbal Sj  menulis :saya yakin ust @abdul hakim pun akan terdiam oleh beliau

Komentarku ( Mahrus ali ):
Yg penting kita ini senang sekali bila banyak kalangan orang alim yang ikut urun rembuk untuk keselamatan umat ini di akhirat nanti dengan memberikan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang asli . Kita harapkan jangan sampai mereka menderita dan menyesal disana karena  nolak tuntunan dan menerima kebid`ahan didunia. Kita ingat ayat:
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.  Surat al ashr 

Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50



[1] Namel 64
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan