Selasa, April 14, 2015

Mengungkap Arogansi Densus 88 Anti-Islam Saat Menggeledah Rumah Tahfizh Anak-Anak di Malang


Mengungkap Arogansi Densus 88 Anti-Islam Saat Menggeledah Rumah Tahfizh Anak-Anak di Malang


Al-Adnani Media - Paska melakukan penculikan terhadap beberapa orang yang dituduh anggota ISIS di Malang pada akhir Maret 2015, Densus 88 Anti-Islam kemudian melakukan penggeledahan ke sebuah rumah tahfizh anak-anak.

Salah seorang yang diculik tersebut bernama Helmi Alamudi, seorang pengusaha yang memiliki rumah tahfizh anak-anak. Rumah tahfizh Al Mukmin yang beralamat di Jalan Mega Mendung No 26, Kelurahan Pisangcandi, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini turut menjadi sasaran arogansi Densus 88 Anti-Islam karena disangkutpautkan dengan upaya kriminalisasi pemiliknya. Rumah tahfizh anak-anak ini disebut-sebut sebagai rumah singgah bagi para anggota ISIS yang hendak berangkat ke Suriah. Betapa menggelikan skenario dan isu busuk yang mereka buat.

Dan penggeledahan yang dilakukan Densus 88 Anti-Islam terhadap rumah tahfizh anak-anak ini telah meninggalkan arogansi yang akan selalu teringat, tercatat sejarah dan tentu saja akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat kelak. Berikut ini sepenggal kisah yang mengungkapkan arogansi Densus 88 Anti-Islam tersebut, la'anahumullah alaihim jami'an!

***

Pagi hari itu Kamis tgl 26 Maret 2015. Santri rumah Tarbiyah dan Tahfidh Al Qur’an Al Mukmin Malang melakukan kegiatan seperti biasa, proses belajar mengajar (KBM). Hingga sekitar pukul 09.30/10.00 terdengar…

BRAAK…!!!

Ketika itu Ustadzah Bariroh segera kedepan dan membuka pintu depan yang sempat didobrak paksa namun tak berhasil dibuka oleh Densus 88.

Kemudian sambil berteriak, Ummu Bariroh menyampaikan kpd mereka untuk bisa sopan dan tidak arogan. Sambil meneriakan kepada mereka : “Takutlah kalian kepada Allah…! Sesungguhnya kita dan kalian semua akan mati..!”

“JANGAN AROGAN, kalau mau masuk kalian ketuk pun akan kami bukakan tanpa harus didobrak.”
kata Ustadzah Bariroh.

Sejenak (terdiamlah) anggota Densus 88 yang datang bersamaan dengan sekitar 100 personel polisi lainnya dengan menaiki sekitar 10-15 mobil jenis Avanza yg nampak di depan.

Ditambah personel lainnya dg kendaraan lainnya…ternyata Polisi telah mengepung dari sepanjang jalan dari ujung jalan dekat taman Agung hingga jalan kampung dekat pos satpam, berkisar 100 m.

Jalan itu ditutup untuk umum, dan dipenuhi dengan pasukan Densus 88 dan kepolisian baik dari wilayah Malang atau Jatim. Di sepanjang jalan masuk, diberi police line.

Pasukan densus yang berseragam lengkap dengan senjata laras panjang merangsek masuk di ruang aula pondok itu yg tidak jauh dari pintu depan itu. Mendengar teriakan dari seorang wanita pengajar yang ada di pondok itu. Tiba-tiba mereka terdiam sambil terus mensiagakan senjatanya…

Hingga ada seorang polisi berpakain kemeja dan berkacamata yang berteriak dari luar rumah masuk dan memerintahkan untuk menggeledah rumah.

Akhi Jefri yang ada di lokasipun berteriak kepada Densus 88 yangg bersenjata lengkap itu terutama ketika senjata laras panjang Densus yang moncong senjatanya mengarah ke anak-anak yang keluar dari kelas yang ada di samping aula menuju pintu luar utk dievakuasi.

Melihat anak-anak dalam bahaya dihadapkan dengan moncong senjata dengan kaliber 5.56 mm milik Densus 88, Ustadz Jefri dengan marah, berteriak : “Itu anak anak..senjatamu…!” Anak-anak yang ditodong senjata oleh Densus 88 itupun ketakutan dan menangis.

Beberapa pengajar sempat menuding aparat lain yang ada diluar : “Lihat kalian.. kalian punya anak bukan? Apa yang kalian lakukan bila anak anak kalian diperlakukan biadab seperti ini ?” ujarnya.

Hingga akhirnya pria berkemeja itu memerintahkan untuk tiarap.

Seorang pengajar yang lain berteriak kepada Densus 88 : “Istighfar..! Istighfar..!”

Pimpinan Densus 88 yang mengenakan kemeja dan berkacamata tanpa penutup kepala itu mengatakan : “Apa..!!! Saya bukan muslim !” ujarnya sambil marah dan berapi2.

“Kalau tidak mau… keluar dari indonesia !” lanjutnya.

Sambil berlalu pengajar itu berkata : “Ohh bukan muslim, pantes kelakuannya seperti itu kepada orang muslim”.

“Awas.. jangan sampai ada barang-barang yang hilang atau ditambahi,” geram penghuni yayasan.

“Apa kamu melawan petugas… ! Borgol.. borgol tarik keluar,.. !” jawab pentolan Densus itu.

Setelah terdiam sekian lama pria berkacamata itu menginstruksikan anggotanya untuk menggeledah rumah, seluruh pengajarpun diminta digeledah tanpa terkecuali.

Sandiwara Densus 88 Dimulai….
Saat seluruh penghuni yayasan keluar menuju halaman, Densus 88 merangsek masuk rumah, dan memulai “sandiwaranya”.

Braak..!!! terdengar suara dobrakan berasal dari dalam pondok. Salah seorang anggota Densus 88 berteriak : “Ada yang lari ke bawah…,” katanya.

Padahal menurut penghuni yayasan itu, rumah itu sudah kosong. Sambil berteriak ke polisi dan oknum TNI diluar halaman yang hampir seluruhnya pucat pasi.

“Lihat drama Densus itu padahal di dalam tidak ada orang tapi mereka berteriak ada yang lari.. betapa lucunya mereka.. lihat semua yang ada disini,” ujar beberapa pengajar yayasan itu kepada aparat yang berada di halaman.

“Geledah mereka semua !” teriak laki2 yang menggunakan hem safari dan berkacamata yang sedari tadi menginstruksikan anggota burung hantu untuk mengeledah rumah. Dua pengajar wanita yang sedari tadi menenangkan anak-anak yang menangis karena melihat kejadian dobrakan dan todongan laras panjang Densus 88 pun tak lepas dari geledahan.

Dua wanita itu diminta menuju sebuah ruangan di rumah depan yang berhadapan dengan yayasan. Hingga harus meninggalkan anak anak yang menangis. Usai digeledah dua wanita itu kembali menenangkan anak-anak yang sedari tadi menangis.

Sekitar satu jam Densus 88 menggeledah rumah, mereka kemudian pergi meninggalkan yayasan dengan iring-iringan mobil lainnya.

Ustadz Jefri dibawa ke Polres Malang untuk dimintai keterangan dan menjadi saksi penggeledahan. Sebelum kejadian di bawanya Ustadz Jefri, seorang pengajar lainnya berteriak kepada polisi Polres Malang yang hendak membawanya : “Kenapa harus dibawa,, ? salah apa ?”

Hingga polisi itu menjelaskan bahwa Jefri hanya dimintai keterangan saja, dibawa bukan berarti salah.

Melihat drama “Holywood” yang diperagakan oleh personel Densus 88, banyak oknum polisi yang mengatakan kepada penghuni yayasan saat proses drama pengeledahan yang mendobrak gudang barang-barang dan memotong gembok gerbang yayasan itu : “Sudah mas.. mbak.. ikuti saja ini hanya drama saja”.

Benar saja ketika kejadian seluruh warga dan wartawan media tidak boleh masuk kelokasi radius 100 m. Ketika kejadian itu seluruh warga dan wartawan media tidak boleh masuk ke lokasi radius 100 m.

Polisi sempat merasa tidak suka dengan tindakan Densus 88
Beberapa polisi gabungan yang datang bersama Densus 88 mengaku tidak suka dengan tindakan Densus 88, karena biadab tidak punya hati, “…. tapi wis mas ikutin saja ini gawenya negara,” ujar salah seorang polisi.

Sempat selama proses geledah barang-barang bawaan pengajar ada dialog antara pengajar, Polisi serta TNI gabungan yang berjaga diluar.

"Pak/bu kalian muslim…??"

Dari yang ditanya keseluruhan mengaku dirinya muslim. Kemudian pengajar itu menyampaikan, “Bila anda mengaku muslim, tidak boleh seorang muslim memata-matai dan mencurigai saudara muslim lainnya.”

“Lebih baik keluar saja dari kesatuan cari pekerjaan lain..”

Dengan perasaan yang bercampur aduk waktu itu pengajar wanita itu berkata : “Pak,saya ini sedang didzolimi… dan tahukah bapak org yang terdholimi itu tidak ada batas dengan pencipta-Nya (Allah), maka disini saya berdoa siapa saja yang didalam hatinya masih ada kebaikan semoga Allah bukakan pintu hidayah,” polisi itu nampak terlihat trenyuh dan mengaminkan.

“Pak, bekerja jadi polisi di akhir zaman itu dilarang.. ada di dalam sebuah hadist yang panjang yang singkatnya, ketika kamu menemui zaman itu, janganlah engkau jadi polisi-polisinya, penarik pajak, hakim…,” polisi itu terdiam sambil melihat ke arah yayasan yang dijadikan korban drama penggerebekan Densus 88.

Bahkan pasca kejadian yang dibuat mencekam dan menakutkan itu, anak-anak para santri Rumah Tarbiyah dan Tahfidzul Qur’an Al-Mukmin mengalami trauma, “Polisi kok jahat”. ujar Ustadz Jefri menirukan santrinya.

Pesan Ustadz Jefri kepada kaum muslimin
Ustadz Jefri menyampaikan melalui kami kepada kaum muslimin, agar dengan serangkaian kejahatan dan kebiadaban Densus 88 selama ini dapat menjadi penyemangat atau pembakar semangat kaum muslimin untuk terus melawan kedzoliman aparat Densus 88.

Beliau berpesan untuk muwahhidin agar kuat-kuat lah mempelajari tauhid, gigit dengan geraham, agar tidak futur di kemudian hari dikarenakan fitnahnya yang besar dan keras terhadap kaum muslimin para muwahiddin yang senantiasa teguh di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dan jangan kawatir apabila mereka ingin membuat rencana keburukan terhadap kita ! Semoga Allah bersama kita, karena setan gak akan salah pilih musuh. Mereka ingin kita kufur dan bersama mereka.

Semoga dengan peristiwa ini dapat menggerakkan hati kaum muslimin agar terus melawan kedzaliman aparat Densus 88 yang senantiasa dan terus menerus melakukan teror terhadap umat Islam dengan berbagai rencana dan makar buruk mereka.
 

Prestasi Densus 88 Anti-Islam : menodongkan senjatanya ke anak-anak sehingga membuat mereka menangis dan trauma, semoga laknat Allah segera menimpa mereka!
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan