Kamis, April 23, 2015

Fatwa Syiah; Ulama Syiah Boleh Sesuka Hati Memperkosa Wanita

Syiah Indonesia


Foto ulama Syiah Ali As-Sistani
Syiahindonesia.com - Anda tidak akan menjumpai agama seperti ini kecuali agama yang bernama syi’ah. Jika seorang ulama syi’ah memasuki rumah siapapun tanpa izin kemudian memporkosa seorang wanita yang berada di rumah atas nama mut’ah, maka wali perempuan tersebut tidak memiliki hak apapun untuk melarang ulama syi’ah tersebut memperkosa anak gadisnya atau istrinya atau adik perempuannya atas nama mut’ah.

Mari kita saksikan, bagaimana seseorang penganut syi'ah marah ketika adik wanitanya dirampok kehormatannya oleh ulama syi’ah atas nama mut’ah. Ternyata ulama syi’ah yakni “As-Sistani” malah berfatwa menyeleneh.

Seseorang meminta fatwa atas kejadian pemerkosaan ulama syi’ah:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
مولاي السيستاني أطال الله بعمرك لدي سؤال محرج قليلاً
يا ريت ترسل لي الرد بأسرع وقت لأني نفسيتي جداً سيئه
قبل أسبوع وفي أحد اليالي ذهبت الى منزلنا وكان المنزل خالي إلا انا واختي فعندما دخلت المنزل سمعت حركات في أحد الغرف التي لا يسكنها احد فعندما دخلت شفت اختي مع رجل غريب اتضح لي انه سيد فمسكته وضربته ضرب مبرح فقال لي (( انا متزوج اختك متعه شتريد )) فضربت اختي وانا الأن ساجنها في غرفه واخذت سكينه وكنت اريد ان اقتل السيد , انحره فحبسته بالغرفه ورحت اجيب السكين فلما رجعت لقيته هرب من الشباك .
وانا عندي عنوانه هل اقتله ام ماذا افعل ؟

“Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Tuanku As-Sistani, semoga Allah memperpanjang umurmu. Saya memiliki persoalan yang kurang mengenakkan. Alangkah baiknya engkau mengirimkan jawabannya secepat mungkin, karena perasaanku sangat tersakiti.

Minggu yang lalu, pada suatu malam aku pulang ke rumahku. Dan rumahku tidak ada yang menempati kecuali aku dan saudariku. Dan ketika aku masuk rumah, sontak aku mendengarkan suara gerakan-gerakan dari dalam suatu kamar yang pada asalnya tidak ditempati siapapun. Dan ketika aku masuk kedalam kamar tersebut, aku melihat saudariku bersama seorang lelaki yang asing. Maka ternyata, baru terlihat jelas bahwa itu adalah sayyid ulama syi’ah. Maka aku tahan dia dan aku pukul dia dengan pukulan yang melukai. Maka ulama syi’ah tadi berkata kepadaku: “Aku memut’ah saudarimu”. Maka aku pukul saudariku dan aku kurung dia dalam kamar. Dan aku mengambil sebuah pisau dan aku ingin membunuh As-Sayyid tadi maka ingin aku sembelih dia. Maka aku kurung juga dia dalam kamar kemudian aku pergi dan aku tinggalkan pisau. Dan setelah aku kembali ke dalam kamar aku dapati dia telah kabur melalui ventilasi. Dan saya memiliki alamat rumahnya. Apakah boleh aku membunuhnya atau apa yang aku perbuat?”

As-Sistani  menjawab:

بإسمه تعالى
ليس لك ولاية على اختك حتى لو اتت بالحرام لا يجوز لك ان تضربها او ان تسجنها إلا بإذن مرجع أما السيد فحسب كلامه لم يفعل حراماً وحتى لو فعل فليس لك ان تقتله

“Dengan menyebut nama Allah ta’ala..

Kamu tidak memiliki wilayah terhadap saudarimu walaupun dia melakukan perbuatan yang haram. Dan engkau tidak boleh memukulnya dan mengurungnya kecuali dengan izin ulama syi’ah. Adapun As-Sayyid ulama syi’ah tadi maka dia tidak melakukan perbuatan yang haram sesuai perkataannya. Walaupun dia melakukan suatu yang haram, engkau tidak boleh membunuhnya”

(Selesai)

Fatwa diatas menunjukan bahwa dalam agama Syiah, ulama-ulama Syiah ini boleh sesuka hati memperkosa wanita yang mereka inginkan. Bukti kisah dan fatwa yang sudah ditanda tangi oleh Al-Maktab As-Sistani bisa dilihat di bawah:



Beginikah agama syi’ah??

Orang yang masih selamat akalnya pun akan marah jika saudarinya diperlakukan sedemikian rupa walaupun dia adalah penganut syi’ah.

Jika orang awwam saja sangat tercela jika melakukan hal tersebut, terlebih jika yang melakukannya adalah As-Sayyid dari ulama syi'ah.

Namun begitulah As-Sistani berfatwa dengan sekehendak perutnya. Bagaimanapun penganut syi'ah mencari-cari cara untuk membantahnya, namun nyatanya ulama syi'ah banyak memiliki fatwa yang sangat menyimpang. Allahu Al-Musta'an. (alamiry.net/syiahindonesia.com)

Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan