Minggu, Agustus 31, 2014

Mujahid Aktivis Masjid Ditangkap Densus, Keluarganya Butuh Biaya Hidup dan Sekolah, Ayo Bantu!!

Mujahid Aktivis Masjid Ditangkap Densus, Keluarganya Butuh Biaya Hidup dan Sekolah, Ayo Bantu!!


KARANGANYAR, Infaq Dakwah Center (IDC) – Hanya bermodal mesin jahit, Ummu Zakiya harus berjuang sendirian menafkahi dan menyekolahkan ketiga putrinya. Ia harus menjadi ibu sekaligus ayah bagi ketiga putrinya, Zakiya Hanifah (14), Zaina Hamidah (12) dan Mardiyah (6) yang masih berstatus sebagai santri pesantren dan pelajar sekolah.
Sang suami, Riyanto, ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 di wilayah Karanganyar dengan tuduhan bergabung dalam Mujahidin Indonesia Barat (MIB ) dan mendukung ISIS. Pria berusia 35 tahun asal Cilacap ini diringkus Densus di ruas jalan Tawangmangu pada Senin siang (11/8/2014).
Dalam kesehariannya, sama sekali tak ada tanda-tanda teroris pada aktivis masjid yang berprofesi sebagai pedagang bakso keliling ini. Warga sekitar juga tidak percaya Riyanto seorang teroris.
Sehari-harinya ia berjualan bakso kuah keliling atau biasa disebut dengan “pentol” dengan gerobak yang diangkut dengan motor. Usai berjualan bakso, Riyanto menghidupkan Masjid Arrohmah yang dibangun warga sekitar di atas tanah keluarga Ummu Zakiya. Di masjid samping rumahnya ini, Riyanto menjadi muadzin sekaligus imam tetap.
...Ummu Zakiya harus berjuang sendiri di tengah situasi yang mencekam. Sang suami hanya meninggalkan gerobak bakso keliling yang kini mangkrak. Satu-satunya ikhtiarnya adalah memaksimalkan usaha jasa penjahit. Itu pun terkendali transportasi karena satu-satunya motor milik suaminya hilang entah kemana...
Di luar aktivitas mencari nafkah dan menghidupkan masjid, waktu Riyanto dihabiskan untuk keluarga. Ia suka mendengarkan cerita-cerita islami kepada anak-anaknya. Melalui kisah-kisah inilah Riyanto berusaha menanamkan akidah tauhid dan akhlaqul karimah.
Kalau ada waktu agak senggang, Riyanto mengajak anak-anak dan istrinya jalan-jalan. Tak jauh dari rumahnya ada Telogo Mardido, lokasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Dengan kepribadian Riyanto yang shalih, rajin beribadah, giat bekerja dan cinta keluarga, Ummu Zakiya sangat bangga dan bersyukur. Meski ia hidup dalam rumah tangga yang sangat sederhana dalam ekonomi yang pas-pasan.
“Abi itu seperti ikhwan-ikhwan lain. Ia sayang kepada keluarga, dekat kepada anak-anaknya, dan tanggung jawab terhadap keluarga,” ujarnya bangga.
PENGGELEDAHAN YANG MENCEKAM
Dua pekan paska penangkapan Riyanto, Relawan IDC bersilaturrahim kepada keluarganya pada Sabtu (23/8/2014). Ditemui Ummu Zakiya, IDC menyerahkan sejumlah bantuan berupa sembako dan uang tunai.
Ummu Zakiya menceritakan kejadian mencekam di rumahnya pada Senin malam (11/8/2014). Usai shalat isya, ia menyiapkan makan malam ala kadarnya untuk ketiga anaknya. Tiba-tiba terdengar beberapa mobil parkir persis di depan rumahnya. Tak disangka, ternyata itu mobil polisi bersenjata lengkap yang datang ke rumahnya untuk melakukan penggeledahan.
“Saya ketika itu membuka pintu sedikit, ternyata ada laki-laki pada keluar dari mobil bawa senjata laras panjang. Terus teriak-teriak, “keluar-keluar rumah ini mau digeledah!” papar Ummu Zakiya.
Tak sempat berbuat apa-apa, Ummu Zakiya dan ketiga anaknya digelendang keluar, lalu dibawa ke masjid untuk digeledah. Polisi tak menemukan apapun dalam baju Ummu Zakiya dan ketiga anaknya.
“Saya nggak sempat ngapa-ngapain langsung dibawa keluar, anak-anak juga. Saya pikir saya cuma disuruh minggir aja, ternyata digeledah semua. Saya dibawa ke masjid, digeledah kantong-kantong saya. Anak-anak juga digeledah,” ungkapnya.
Setelah digeledah, polisi wanita memaksa Ummu Zakiya dan anak-anaknya untuk difoto. Mulanya Ummu Zakiya menolak difoto dengan alasan fotonya sudah ada di KTP yang disita polisi. Tapi polisi menakut-nakuti dengan tuduhan terorisme bila tidak mau difoto.
“Kalau Mbak nggak mau difoto, berarti Mbak terlibat,” kata polisi menakut-nakuti, yang kemudian memotretnya.
Sampai di sini, Ummu Zakiya tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi. Ia juga tidak diberi tahu kalau suaminya sudah ditangkap Densus. Tiba-tiba seorang polisi menyerahkan bungkusan kain kepada anak-anak Ummu Zakiya.
“Adik-adik, ini ada titipan dari Abi,” kata petugas polisi kepada anak-anak Riyanto. Titipan yang dimaksud adalah bahan-bahan baju untuk dijahit oleh Ummi Zakiya.
Ummu Zakiya mulai curiga, karena setahunya, Senin pagi sang suami mengantarkan anak sekolah naik motor, lalu ke pasar untuk kulakan (belanja) kain bahan yang akan dijahit untuk pakaian anak-anaknya.
Ketika ditanyakan di mana suaminya, petugas polisi hanya menjawab “Tidak di sini!” Ummi Zakiya tidak diberi tahu jika suaminya Riyanto telah ditangkap Densus 88.
Di tengah kemelut penggeledahan oleh polisi bersenjata lengkap, tanpa sengaja Ummi Zakiya mendengar beberapa petugas kepolisian saling berbicara mengenai keberadaan Riyanto. ia pun tahu kalau suaminya ditangkap Densus.
“Bu Kapolres sedang lapor ke atasannya, saya mendengarkan, bahwa telah ditangkap Pak Riyanto di Blumbang Tawangmangu,” paparnya.

POLISI BERAKSI MOTOR HILANG TAK ADA KABAR
Saat Riyanto ditangkap, kata Ummu Zakiya, dia mengendarai sepeda motor sambil membawa belanjaan bahan-bahan kain untuk dijahit. Namun hingga kini sepeda motor milik Riyanto belum dikembalikan.
Ummi Zakiya sempat menanyakan soal motor suaminya kepada polisi. “Bu Kapolres, itu motor di mana? Saya mau pakai,” tanya Ummu Zakiya kepada Kapolres Karanganyar.
Tapi pertanyaan ini tidak digubris serius. Kapolres Karanganyar AKBP Martirenni Narmadiana hanya menjawab, “Nggak usah dipikirin motor itu!”
...Ummi Zakiya menanyakan soal motor suaminya kepada polisi. Kapolres Karanganyar hanya menjawab, “Nggak usah dipikirin motor itu"
MISTERI PISTOL DI RUMAH RIYANTO
Polisi yang melakukan penggeledahan di rumah Riyanto menyita buku-buku bacaan Islam, uang tunai, satu unit telepon genggam, flasdisk, kartu perdana, dan buku rekening tabungan.
Beberapa judul buku yang disita antara lain: Siapakah Syi’ah Itu?, Menjadi Salafi Sejati, Jihad dan Keutamannya, Hukuman bagi Penghina Islam, Syiah dan Sunni, Children of Heaven, dan Jihad Para Mujahidin. Buku-buku bacaan Islam ini dianggap sebagai barang bukti terorisme oleh polisi.
Selain itu, polisi mengklaim menemukan sepucuk pistol Merk Brown dan 24 peluru. Padahal Ummu Zakiya yang sehari-hari berada di rumah tidak pernah tahu tentang keberadaan pistol dan peluru itu ada di rumahnya. “Saya tidak tahu benda-benda itu ada di rumah,” ujarnya.
Keberadaan pistol dan peluru ini menjadi misteri, karena waktu polisi menggeledah rumah, Ummu Zakiya dibawa ke masjid. Ia tidak bisa menyaksikan bagaimana proses penggeledahan yang dilakukan polisi di dalam rumahnya.
WARGA PERCAYA RIYANTO BUKAN TERORIS
Warga sekitar tak percaya sekaligus terkejut jika Riyanto disebut-sebut terlibat aksi terorisme. Mereka mengenal Riyanto sebagai takmir Masjid Arrohmah. Cipto Widodo (45), warga setempat yang selama ini cukup dekat dengan Riyanto, mengenal Riyanto sebagai sosok yang baik dan suka bergaul dengan tetangga.
“Dia (Riyanto, ed.) bertugas azan di masjid dan cukup aktif bekerja bakti,” ungkap Cipto.
Petugas Linmas Desa Berjo tersebut menilai, sama sekali tidak ada yang aneh dengan sikap maupun tutur kata Riyanto dalam keseharian. Hingga dirinya tak percaya saat tetangganya itu ditangkap dan dikatakan sebagai teroris.
“Setahu saya Riyanto itu orangnya baik, sering bergaul dengan tetangga,” tambahnya.
Sutarno (60) yang tinggal tak jauh dari rumah Riyanto mengemukakan hal yang sama. Ia tak percaya tetangganya tersebut terlibat jaringan teroris. Pria yang juga anggota Linmas itu mengenal Riyanto sebagai pemuda yang aktif dalam kegiatan masjid dekat rumahnya. Riyanto kerap menjadi muadzin saat waktu shalat tiba.
“Waktu bulan puasa, dia juga yang membangunkan warga untuk makan sahur,” ucapnya.
SOLIDARITAS KELUARGA MUJAHID
Pasca penahanan sang suami, beban Ummu Zakiya terlalu berat. Selama ada suami saja, kondisi keluarga Ummu Zakiya terbilang sangat pas-pasan. Tanpa persiapan apapun, tiba-tiba ia harus berjuang sendiri di tengah situasi yang mencekam. Sang suami hanya meninggalkan gerobak bakso keliling yang kini mangkrak di depan rumah, sementara sepeda motor yang biasa digunakan hilang entah kemana.
Satu-satunya ikhtiarnya adalah memaksimalkan usaha sebagai penjahit. Itu pun terkendali transportasi karena satu-satunya motor milik suaminya hilang entah kemana setelah sang suami ditangkap Densus. Padahal untuk urusan jahit-menjahit, belanja kain, mengantar anak-anak ke sekolah dll, hanya bisa dilakukan dengan sepeda motor.
Selebihnya, ia hanya bisa bertawakkal kepada Allah Ta’ala untuk masa depan keluarga dan ketiga anaknya. Hanya itu modal berharga Ummu Zakiya untuk mengarungi hidup dan kehidupan.
Seiring dengan uzurnya sang suami di penjara dan sikap tawakkal Ummu Zakiya kepada Allah, solidaritas kaum muslimin sangat diharapkan. Berapapun donasi yang disalurkan insya Allah sangat membantu keluarga dhuafa dan pendidikan para generasi mujahid itu.
...Solidaritas kaum muslimin sangat diharapkan untuk membantu keluarga dhuafa dan pendidikan para generasi mujahid itu...
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan barokah, pertolongan dan kemudahan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).
Insya Allah berapapun infaq yang disalurkan untuk membantu keluarga mujahidin, akan memiliki keutamaan dan pahala jihad fisabilillah:
“Barangsiapa menyiapkan bekal orang yang berperang di jalan Allah, maka ia telah berperang. Dan barangsiapa menjaga dengan baik keluarga orang yang berperang, maka ia telah berperang” (Muttafaq ‘Alaih dari Zaid bin Khalid RA)
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan beban Ummu Zakiya bisa mengirimkan donasi melalui program Solidaritas Keluarga Mujahidin:

Komentarku ( Mahrus ali ):

Sering kali kasus penangkapan Densusu 88  ini tanpa melalui pemeriksaan, investigasi atau jalur hukum yang benar, tapi realitanya  menggunakan jalur hukum yang salah. Jalur hukum yang dipakai adalah jalur hukum penjajah, bukan pejabat atau aparat yang mengayomi masarakat,  mendiskriditkan  aktifis muslim  untuk menjunjung aktivis kafir.
Argumentasinya  di ada – adakan, bukan apa adanya, di karang – karang , bukan realita. Bila  landasannya  realita pasti akan  di adakan tanya jawab di mahkamah  sebagaimana kasus – kasus yang lain. Sistem yang di pakai kehewanan bukan kemanusiaan.
Tiada lain yang bisa menjawab kecuali ayat ini:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا الْيَهُوْدَ وَالّذِيْنَ أَشْرَكُوْا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّا نَصَرَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَإِنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ/  الْمَائِدَة :82.
 “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang Yahudi dan orang Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib dan sesungguhnya mereka tidak sombong.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 82).

      Pada ayat ini, Allah menginformasikan kepada orang beriman tentang musuh-musuh besar mereka yang akan selalu menyengsarakan dan berusaha menghancurkan mereka, yaitu orang Yahudi dan orang Musyrik.


وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صَدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ…/ أل عِمْرَان : 118

“Mereka (orang Yahudi) menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat…” (Q.S. Ali Imran [3]: 118).

Densus bergerak  sebagai pengalihan issu dugaan kecurangan pilpres atau  untuk menarik dana  dari luar negri.



Artikel Terkait

1 komentar:

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan