Selasa, Maret 25, 2014

Transaksi Cukong, Mandat Jokowi




 
Joko Widodo alias Jokowi tampil sukses "kadalin" Prabowo Subianto. Kedua figur berlakon khas "politik kejawen" yang sebelumnya terlihat akrab itu, kini pecah kongsi. Lantaran ihwal perebutan selembar kertas berisi mandat Capres dari PDIP yang disinyalir bernilai jutaan dollar.

Di pelataran kandang PDIP hanya rumput yang gratis bagi sapi betina dan kerbau tetangga. Tapi kalau soal rekomendasi atau mandat politik, ada harga yang harus ditebus. Cara transaksi pun terbilang unik. Mirip peredaran uang haram di meja perjudian atau serupa dengan transaksi narkoba di pasar gelap.

Uang tunai berupa Dollar Amerika atau batangan emas atau perjanjian bagi hasil dari jatah perampokkan melalui praktek penjualan aset-aset negara. Modus yang terakhir pernah berlangsung sangat rapi dan melibatkan penjahat BLBI disaat Putri Soekarno itu berkuasa. Kini setelah berperan sebagai oposan, jualan politik dikemas berupa mandat Capres - Cawapres.

Berapa harga mandat untuk Jokowi...? Hanya setan yang tahu. Salah satu stasion TV berita belum lama ini memberi pesan khusus tentang neraca korupsi. PDIP menduduki posisi teratas. Rangkaian kejahatan berupa kasus-kasus pencurian uang negara oleh para gerombolan pendukung Megawati.

Tapi hebatnya, untuk menyembunyikan kesan busuk para politisi PDIP tersebut, media jaringan katolik menstigmakan partai-partai Islam dengan korupsi dan drama wanita cantik. Dua isu yang sukses dimainkan dengan memperalat KPK secara sempurna dan nyaris menyakinkan ummat.

Aneh, PDIP terbukti paling banyak melakukan kejahatan korupsi, terjerat narkoba dan skandal seks, namun arus kebencian publik justru diarahkan menghujat partai-partai Islam. Maklum, peran jaringan media katolik untuk soal membalikkan fakta sangat lihai.

Sebut saja kompas, begitu gencar menyudutkan elite-elite Islam, sembari mangais keuntungan tak terhingga dari derasnya bantuan iklan para cukong (termasuk deal terselubung secara rapi).

Seorang sahabat jurnalis yang pernah bekerja di Kompas menyindir, "arah pemberitaan politik milik jaringan katolik ini hadir untuk menjaga kepentingan kelompoknya." Kelompok di maksut adalah PDIP.

Siapa yang mengendalikan PDIP...? Semua orang tahu Megawati hanya menjadi simbol pemimpin partai namun kendali kebijakan berada di tangan Sekjend Tjahjo Kumolo, yang bertindak sebagai perpanjangan kepentingan cukong (konglomerasi Tionghoa).

Kedekatan Tjahjo Kumolo dengan sejumlah cukong kakap industri rokok menjadi hal yang spesial diperbincangkan di internal PDIP. Dan bagi Megawati dan kelompoknya, kehandalan jaringan cukong Tjahjo Kumolo tidak lebih menjadi lapak. Wajar bila PDIP dari sisi anggaran operasional lancar-lancar saja.

Termasuk jual beli mandat Capres PDIP yang kini dikantongi Jokowi berlangsung dalam "transaksi" yang sungguh memukau. Lebih dari 60 pengusaha datang dan berkumpul di markas PDIP, surat mandat kepada Jokowi berisi tulisan tangan Megawati langsung dibacakan dengan penuh khikmat oleh Puan Maharani.

Mirip lotre di meja perjudian. Puncaknya transaksi itu dibuat setelah melewati berbagai aneka ramalan berupa analisa untung rugi yang berujung "hepeng" sebagai jaminan. Maka tak heran, publik pun terkaget-kaget, lantaran tidak ada penyampaian visi-misi dari si penerima mandat.

Bagi para cukong, penampilan Jokowi dibuat mirip produk kecap atau indomi yang dikemas laris-manis, tak peduli isinya instan. Dan oleh kompas, semua bisa di atur, "ada harga, ada promosi".

Tak heran, produk bermerek Jokowi itu dalam neraca pemberitaan kompas telah menembus lebih dari 10 ribu berita. Kalau satu berita Jokowi dihargai 5 juta, maka disinyalir jumlahnya 50 milyar. Harga itu belum termasuk sponsor iklan dan transaksi di balik layar yang berlipat-lipat besarannya.

Untuk modus tersebut, Kompas tak perlu menghindar. Sudah menjadi rahasia umum, dan maklum para cukong yang mengatrol Jokowi untuk menjadi Presiden tentu modalnya sangat besar.

Tapi kalau Jokowi menang, otomatis lebih dari seribu triliun anggaran APBN dikuasai oleh mereka, plus aset-aset negara dikuasai serta sumber keyaan alam akan dicaplok dengan mudah. Saat Megawati menjadi Presiden, praktek busuk itu pernah terjadi, kini giliran Jokowi yang disiapkan untuk menghidupkan kembali syahwat para cukong.(vb)

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Manusia  saat ini mendambakan hidup wah, lupa akan mati kelak menjadi kayu bakar api Neraka yang mirip bisa di ucapkan aduh sengsaranya.
Itulah kejahatan manusia dan keadilan Allah dalam bentuk setelah hidup di dunia penuh glanmor, maka  kelak di alam baqa` akan terbakar dengan  sangat menyesal bersama mitra  dan koleganya.Mereka merintih yang tak terbatas waktunya.


Keadilan Allah yang tidakbisa di selewengkan dengan  batangan emas atau dollar agar mengikuti kehendak manusia durja dan penuh  dengan noda hitam. Ingatlah firmanNya:
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur'an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak pelindung dan pemberi syafa`at selain Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan,  tidak akan diterima .Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman  air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.[1]
Peringatan:Mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah:  mantan kiyai nu    lalu teks yang kamu cari
Mau nanya hubungi kami: 088803080803.( Smartfren) 081935056529 ( XL ) Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.




[1] Alan`am  70
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan