Kamis, Juli 25, 2013

Bayan Ikhwanul Muslimun Menanggapi Pidato As-Sisi yang Mengumumkan Perang Saudara




 


Menanggapi pidato As-Sisi yang meminta agar rakyat mesir turun kejalan dan memberikan mandat kepada militer dan kepolisian untuk menindak aksi kekerasan, Ikhwanul Muslimun menyatakan bahwa pidato itu menegaskan:

     As-Sisi adalah penguasa sesungguhnya di negeri ini. Karena dia yang meminta rakyat untuk turun ke jalan agar memberi mandat kepada militer dan polisi untuk menghabisi terorisme. Dengan otoritas apakah dia mengatur kepolisian? Kalau bukan karena dia penguasa sesungguhnya?
    Pidato ini juga membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar-benar kudeta militer murni. Kudeta yang akan mengembalikan kita ke negara polisi, diktator, dan fasis. Negara yang selalu merampas kebebasan dan kemuliaan rakyatnya.
    As-Sisi menuntut dan menyerang pihak lain yang dia culik dan saat ini masih dia sekap. Presiden Mursi yang sah secara demokratis. Seakan Mursi menjadi Sandra seperti yang dilakukan para mafia. Bukankah yang adil kalau rakyat mendengar dari kedua belah pihak? Presiden Mursi diberi kesempatan berbicara?
    As-Sisi bersikeras untuk mengkhianati sumpah, dan mengkudeta segala sesuatu yang sah. Dia membiarkan semua bawahan untuk mengkudeta atasannya. Ini adalah ajakan untuk masuk ke dunia yang penuh kekacauan.
    As-Sisi mengajak kita kepada pemilu yang baru, setelah dia menarik mundur kita ke titik nol. Padahal sudah berapa kali kita ikuti pemilu, dan selalu saja tim pendukung As-Sisi kalah dalam pertarungan? Apakah pemilu yang diinginkannya adalah legitimasi memenangkan kelompok kecil yang akan mengalahkan kelompok besar pilihan rakyat?
    Pada dasarnya, militer adalah milik seluruh rakyat. Tapi kudeta ini telah 






menjadikan militer milik sekelompok kecil orang, untuk melawan kelompok lain yang lebih besar. Kelompok yang besar ini diberi nama MUSUH. Tindakan seperti ini akan berakibat memecah rakyat, bahkan juga memecah militer. Setelah itu, di manakah keamanan Mesir?
    As-Sisi telah memaksa militer bermain dalam politik yang bukan tugasnya. Tugas militer adalah melindungi negara. Pada tahun 1967 militer berpolitik, maka Mesir kalah dalam melawan Yahudi. Pada tahun 1973 militer meninggalkan politik, Mesir menang gemilang.
    Ketika melakukan kudeta, As-Sisi berdalih memenuhi tuntutan rakyat. Sekarang dia menuntut rakyat untuk turun ke jalan melindungi kudeta. Rakyat yang dia maksud adalah minoritas yang turun pada 30 Juni dengan rekayasa televisi sehingga terlihat sangat besar, hingga puluhan juta kata mereka. Di waktu yang sama, dia tidak mau melihat rakyat yang sebenarnya mayoritas, berunjuk rasa di Kairo dan propinsi yang lain, menuntut kembalinya pemerintah yang
sah.
    Rakyat mayoritas ini tidak sekadar berunjuk rasa beberapa jam seperti rakyatnya pada 30 Juni. Sudah 4 pekan banyak bundaran dipenuhi dengan tuntutan kembalinya pemerintah yang sah.
    Masalah paling berbahaya dalam pidato As-Sisi adalah ajakan untuk turun jalan, memberikan mandat untuk menumpas apa yang disebutnya sebagai tindak kekerasan dan terorisme. Ini adalah ajakan untuk memulai perang saudara, menumpah darah rakyat Mesir di jalan-jalan. Padahal di waktu yang sama dia selalu mengatakan sayang dan cinta kepada rakyat. Ketika melakukan kudeta, dia juga berdalih menghindari perang saudara. Padahal para pendukung Presiden Mursi selalu menjaga keamanan dan kedamaian. Orang yang bertindak keras dan melakukan kekacauan adalah para pemimpin kudeta, kepolisian, para penembak jitu, dan preman bayaran mereka. Cukuplah bukti bahwa selama 3 pekan berunjuk rasa, jumlah yang mati syahid 200 orang lebih, semuanya terkena peluru tajam. Belum lagi ribuan korban luka, ratusan tahanan, perampasan harta, penutupan televisi. Lebih dari 100 orang yang mati syahid jatuh pada saat mereka shalat subuh di depan Garda Republik. Sampai sekarang, korban masih berjatuhan. Pembantaian tidak mengecualikan kaum hawa juga. Apakah tindakan ini dilakukan oleh orang yang takut kepada Allah swt?
    As-Sisi selalu mengatakan telah menasihati Presiden Mursi. Ini tidak benar. Yang benar, dia menipu dan mengkhianati Presiden yang merupakan atasannya. Padahal Presiden Mursi sangat memperhatikan dan menghormati lembaga militer. As-Sisi juga tidak menasihati kelompok lain yang selalu berusaha menurunkan Presiden Mursi dan membubarkan seluruh lembaga hasil demokrasi. Kelompok ini selalu melakukan demonstrasi yang anarkis, merusak istana kepresidenan, kantor-kantor Ikhwanul Muslimun, FJP, dan kantor partai-partai pendukung lainnya.
    Presiden Mursi sudah mengajukan peta jalan, sebagai solusi krisis politik ini. Peta jalan ini disetujui seluruh partai Islam. Hanya partai sekular yang menolaknya. Setelah kudeta, As-Sisi mengumumkan peta jalan yang tidak lain adalah fotokopi milik Presiden Mursi. Hanya ditambah penurunan Presiden Mursi dan pembekuan konstitusi. Sehingga tujuan yang sebenarnya jelas, menurunkan Presiden Mursi dan membekukan konstitusi.
    Militer Mesir tidak akan mau terpecah. Tidak akan mengarahkan senjatanya kepada rakyat Mesir. Tidak akan mau menjadi tentara partisan dan sektarian. Kepolisian juga tidak akan berubah menjadi milisi-milisi pembunuh.
    Rakyat Mesir tidak akan gentar, tunduk dan takut kepada ancaman-ancaman. Mereka akan mempertahankan kemerdekaannya. Mereka tidak mau berkubang lagi dalam ruang sempit rejim diktator, dan negara polisi. Cukuplah mereka menderita selama 60 tahun. Mereka tidak akan menjual kemuliaan dan kemerdekaan demi untuk mempertahankan hidup.
    Kami menimpakan As-Sisi tanggung jawab setiap tetes darah rakyat Mesir pada kejadian-kejadian ini.

Ikhwanul Muslimun, 15 Ramadhan 1434/24 Juli 2013.

(msa/sbb/dkw)
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan