Kamis, Maret 28, 2013

Kuburan wali atau kuburan kafir





Gresik, NU Online
Makam Siti Fatimah Binti Maimun terletak di desa Leran kecamatan Manyar atau sekitar 7 km sebelah utara kota Gresik.

Tidaklah susah untuk menemukan desa Leran. Desa tersebut terletak di tepi jalan Daendels (jalan yang memanjang dari ujung timur-ujung barat pulau Jawa) yang menghubungkan Gresik-Lamongan-Tuban. Selain itu, desa Leran juga berada tidak jauh dari gerbang Tol Manyar yang menghubungkan Gresik dengan Surabaya dan Sidoarjo.

Desa Leran merupakan daerah pesisir utara pulau Jawa dan menjadi tempat yang pertama dituju Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Siti Fatimah Binti Maimun saat tiba di tanah Jawa. Di daerah tersebut, terdapat sebuah masjid yang didirikan Syekh Maulana Malik Ibrahim saat pertama kali menyebarkan Islam di tanah Jawa. Adanya sisa-sisa kehidupan bandar adalah bukti bahwa dulunya desa tersebut kota bandar besar.

Selain dikenal sebagai kawasan industri, kecamatan Manyar juga dikenal sebagai kawasan santri. Masyarakat Manyar dikenal begitu kuat dengan tradisi Islamnya. Ditambah lagi,  banyaknya pesantren yang berdiri di kecamatan tersebut semakin menguatkan kesan kecamatan Manyar sebagai kawasan santri. Salah satu pondok yang berdiri disana adalah PP Mambaus Sholihin Suci yang diasuh oleh KH Masbukhin Faqih.

Makam Siti Fatimah terletak di dalam sebuah cungkup persegi dengan luas 4x6 M dan tinggi 16 M. Cungkup tersebut berbahan batu kapur yang diambil dari gunung Suci, Manyar. Berbeda dengan bangunan makam wali pada umumnya, cungkup makam Siti Fatimah Binti Maimun menyerupai sebuah candi pada masa Hindu-Budha. Konon, cungkup itu dibangun oleh seorang raja Budha yang hendak mempersunting Siti Fatimah.

Selain makam Siti Fatimah Binti Maimun, didalam cungkup tersebut juga terdapat makam 4 dayangnya, yakni Putri Seruni, Putri Keling, Putri Kucing, dan Putri Kamboja. Sedangkan di luar cungkup, terdapat beberapa makam kerabat Siti Fatimah yang konon turut mengantar Siti Fatimah menyebarkan Islam di tanah Jawa. Menariknya, diantara banyak makam tersebut, terdapat 8 makam panjang yang menyita perhatian banyak orang. Makam panjang tersebut terdiri dari 6 makam panjang berukuran 9 meter dan 2 makam panjang berukuran 6 meter. Pemilik dari 8 makam panjang tersebut adalah Sayid Jafar, Sayid Harim, Sayid Syarif (ketiganya paman Siti Fatimah), Sayid Jalal, Sayid Jamal, Sayid Jamaluddin, Raden Ahmad, dan Raden Said.

Selain itu, tedapat pula beberapa makam warga sekitar. Konon, dulunya area makam Siti Fatimah Binti Maimun merupakan tempat pemakaman umum. Tetapi, semejak tahun 70-an atau saat Makam Siti Fatimah Binti Maimun diambil alih Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur, area makam tersebut tidak lagi dibolehkan menjadi pemakaman umum.

Sejarah Siti Fatimah Binti Maimun

Menurut H Hasyim Ali, juru kunci makam, Siti Fatimah atau dikenal dengan sebutan Putri Retno Suwari lahir di Malaka pada tahun 1064 Masehi. Ayahnya bernama Maimun (bergelar Sultan Mahmud Syah Alam) berasal dari Iran. Sedangkan ibunya bernama Siti Aminah berasal dari Aceh. Maimun sendiri merupakan sepupu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) sehingga Siti Fatimah Binti maimun merupakan keponakan dari Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Konon, Siti Fatimah datang ke Jawa atas perintah Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa. Menurut H. Hasyim Ali, juru kunci makam, bukan Siti Fatimah yang datang terlebih dulu ke Jawa, melainkan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Syekh Maulana Malik menginjakkan kaki di tanah Jawa sekitar tahun 1079-1080, sedangkan Siti Fatimah menyusul kemudian pada tahun 1081. Saat datang ke tanah Jawa, Siti Fatimah Binti Maimun masih berusia 17 tahun.

Kedatangan Siti Fatimah sendiri dimaksudkan untuk menyebarkan agama Islam lewat jalur perkawinan. Kala itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim berniat mengawinkan Siti Fatimah dengan seorang raja Budha. Karna pada awalnya Syekh Maulana Malik mengalami kesulitan untuk menyebarkan Islam di tengah masyarakat yang masih kuat dipengaruhi Hindu-Budha. Siti Fatimah datang ke Jawa tidak sendiri. Ia ditemani ayah, ibu, beserta  rombongan yang terdiri dari kerabat dan pengikut Maimun atau Sultan Mahmud Syah Alam.

Hanya saja, sebelum misi tersebut terlaksana, Siti Fatimah terlebih dulu wafat akibat wabah penyakit yang menyerang daerah Leran dan sekitarnya kala itu. Siti Fatimah wafat pada 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M) atau saat masih beusia 18 tahun. Beserta 4 dayangnya, Siti Fatimah wafat saat masih perawan.

Kondisi Makam 

Tanggal 15 Syawwal atau 15 hari setelah hari raya ditetapkan sebagai haul Siti Fatimah Binti maimun.  Tanggal itu diambil dari ditemukannya makam tersebut. Menurut H Hasyim Ali, makam Siti Fatimah Binti Maimun baru ditemukan 4 Abad setelah tahun wafatnya.

“Jadi, (haul Siti Fatimah) bukan tanggal wafatnya, tapi tanggal ditemukannya,” tutur  H Hasyim Ali

Juru kunci makam yang pertama bernama Mbah Legi. Ia menjadi juru kunci makam sekitar abad 16-an. Juru kunci makam dijabat secara turun-temurun. Juru kunci saat ini, H Hasyim Ali, merupakan keturunan ke-7 dari juru kunci yang pertama.

Saat ini, makam Siti Fatimah Binti Maimun berada dibawah perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur yang berkantor di Trowulan, Mojokerto. Keadaan makam sendiri bisa dibilang cukup terawat. Selain kebersihan area makam yang terjaga, keaslian bangunan makam juga benar-benar diperhatikan. Bahkan, H Hasyim Ali sangat berterima kasih atas kepedulian BP3 terhadap perawatan makam selama ini.

Di akhir cerita, H Hasyim Ali berpesan kepada masyarakat untuk meneladani perjuangan para pendahulu yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Menurutnya, keikhlasan Siti Fatimah Binti Maimun menyediakan dirinya untuk dinikahkan dengan raja Budha demi tersebarnya agama Islam sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa kala itu. Hingga tak lama kemudian, wabah penyakit pun datang dan akhirnya Siti Fatimah Binti Maimun meninggal dunia. 

“Pengabdiannya kepada agama harus kita teladani,” tutur H Hasyim Ali menutup ceritanya. 

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ahmad Faiz



Siti Fatimah binti Maimun, … (Kisah Perjalanan)

 Posted on 2 Januari 2013Yunizar Noor Milanta




    

     image   

lhamdulilah, musim liburan kali ini, saya berkesempatan berkunjung lagi ke tempat-tempat yang sekiranya memberi pengalaman dan pengetahuan, syukur-syukur bisa jadi oleh-oleh di dalam kelas. Bersama keluarga, saya berkunjung ke makam seorang perempuan, yang dibatu nisannya tertulis nama Fatimah binti Maimun, dengan kaligrafi Arab bergaya Kufi. Selain memuat nama sang putri, juga memuat tanggal wafatnya almarhumah, tgl  7 Rajab 475 Hijriah atau  2 Desember 1082 Masehi.  Makam berbentuk kubus dengan bentuk menyerupai rupa bentuk candi-candi yang tersebar di pulau Jawa. Terletak di desa Leran, Kecamatan Manyar, kota Gresik.
Berdasarkan, angka tahun yang tertulis pada batu nisan, maka ini merupakan salah satu sumber sejarah Islam tertua di nusantara. Berdasarkan sumber tertulis tertua yang menjadi bandingan, terdapat dalam sejarah Banten yang ditulis tahun 1662, disebutkan bawa seorang putri bernawa Putri Suwari yang di tunangkan dengan raja terakhir Majapahit. Jika benar adanya, maka putri Suwari memiliki peranan penting dalam perkembangan ajaran agama Islam. Paling tidak, abad ke 11 di pulau Jawa, khususnya Jawa Timur berkembang komunitas muslim. Berbagai macam legenda (folklore) berkembang tentang Fatimah, ada yang menyebut dari Kamboja (Champa), hal ini bisa jadi. Karena kaligrafi tulisan batu nisan dengan gaya kufi ditemukan juga di daerah Phanrang, Champa selatan. Ada juga yang menyebut dari Kedah, Malaysia dan masih merupakan dari keponakan Maulana Malik Ibrahim.
Nama putri Suwari juga disebut-sebut dalam jurnal perjalanan Moquete, yang pernah berkunjung ke Leran. Moquette menyebut bahwa putri Suwari punya hubungan dengan Maulana Malik Ibrahim (salah satu wali Songo), namun agak susah diterima kedua tokoh ini hidup sejaman, karena perbedaan penanggalan wafat keduanya berbeda 400 tahun.
Di dalam cungkup makam, makam Siti Fatimah binti Maimun berjejer dengan para putri lain yang diyakini sebagai dayang-dayang sang putri. Terdiri dari putri Keling, putri Kamboja dan putri Kucing.

image

Siapapun sang putri, merupakan bukti panjangnya proses penyebaran dan pengembangan ajaran agama Islam. Bermula dengan sistem pelayaran perdagangan hingga melalui perkawinan, jadi saluran proses Islamisasi. Hingga menjadi acuan akidah dan akhlak 90% persen lebih pendudukn Indonesia. Terlepas dari apapun setiap berkunjung ke makam siapapun, yang penting kita selalu ingat akan mati, sehingga kita akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita disertai do’a dan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah memperjuangkan Islam, yang menjadi pegangan kita hingga hari akhir.
Surabaya, 2 Januari 2012


 Jefry mengatakan:
dari makam Siti Fatimah Binti Maimun kita bisa mengetahui bahwa Islam sudah ada di negeri kita sejak 1000 tahun silam, ternyata sudah lama dan jauh sebelum kedatangan para wali…



Komentarku ( Mahrus ali): 
Tentang perkawinan Siti Fathimah dengan raja budha untuk kepentingan penyebaran agama Islam atas saran Maula Malik Ibrahim perlu dikaji ulang , tidak boleh disebarkan begitu saja. Barang kali itu kekeliruan bukan kebenaran atau bukan atas saran Maulana Malik Ibrahim tapi orang lain. Atau mungkin kisahnya  tidak begitu.
Setahu saya, wanita mukmin tidak boleh kawin dengan raja Budha yang kafir. Kita kembali kepada ayat:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(221)
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. Al Baqarah.


Makam Siti Fatimah binti Maimun berada di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, tidak begitu jauh dari lokasi Masjid Malik Ibrahim yang saya kunjungi beberapa saat sebelumnya. Makam Siti Fatimah binti Maimun berada di sebuah kompleks datar yang luas, dengan makam-makam tua di sekelilingnya.

Makam Siti Fatimah binti Maimun berada di ujung kompleks, dengan gapura samping yang rendah, dan papan nama yang digantung pada struktur pipa. Meskipun papan namanya terlihat sudah menua, namun struktur pipa besinya yang justru merusak pemandangan Makam Siti Fatimah binti Maimun ini.
Makam Siti Fatimah binti Maimun dikenal sebagai makam Islam yang paling tua di wilayah Asia Tenggara. Siti Fatimah merupakan penyebar agama Islam di wilayah Giri sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
Selain keunikan cungkup Makam Siti Fatimah binti Maimun yang terbuat dari batu putih, di kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun yang sangat luas ini juga terdapat beberapa kubur yang sangat panjang, jauh lebih panjang dari kubur yang lazim, sehingga sering disebut sebagai Makam Panjang.
Makam Siti Fatimah binti Maimun dikeliling oleh tembok setinggi pinggang, dengan sebuah gapura masuk rendah, sehingga orang harus menundukkan kepada dan membungkukkan badan ketika melewatinya; sebuah perlambang pemberian hormat bagi penghuni makam.
Makam Siti Fatimah binti Maimun berbentuk segi empat dengan dinding tinggi, tebal, dan atap berbentuk limasan menyempit ke atas. Lubang-lubang hawa yang sempit tampak dibuat di sekeliling dinding makam dengan hiasan garis-garis pelipit persegi.
Makam Siti Fatimah binti Maimun
Add caption
Makam Siti Fatimah binti Maimun dilihat dari sisi sebelah kanan. Bangunan joglo di kejauhan adalah tempat dimana kuncen makam berada, yang berada di samping kiri jalan masuk ke dalam kompleks makam.
Makam Siti Fatimah binti Maimun memiliki pintu masuk yang juga rendah. Pintunya masuk ini selalu digembok, dan pengunjung harus mendapatkan kunci dari kuncen untuk bisa masuk ke dalam makam.
Makam Siti Fatimah binti Maimun terasa sempit di bagian dalamnya, ini karena temboknya yang dibuat sangat tebal, dan makamnya yang agak panjang.
Makam Siti Fatimah berada di dalam kelambu. Berjajar di samping Makam Siti Fatimah adalah makam Putri Kamboja, Putri Kucing, dan Putri Keling. Nisan makamnya ditutup kain putih yang sudah mulai terlihat lusuh.


Makam Siti Fatimah binti Maimun di balik kelambu putih, dan berpagar kisi besi. Ukuran nisan dan panjang Makam Siti Fatimah binti Maimun ini tidak berbeda dengan makam para dayangnya.
Di makam inilah ditemukan peninggalan berupa Batu Nisan Leran, sebuah batu nisan dengan pahatan kaligrafi bergaya Kufi, yang merupakan model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi yang ada. Namun Batu Nisan Leran ini telah dipindahkan ke Museum Trowulan pada tahun 1997.
Inskripsi pada Prasasti Batu Nisan Leran terdiri dari tujuh baris, yang terjemahannya:
  1. Dengan Nama Allah (Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Semua yang ada
  2. di bumi adalah fana. Dan yang kekal hanya Dzat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran
  3. dan Kemuliaan. makam perempuan yang tak berdosa,
  4. yang lurus, binti Maimun, bin Hibatu’llah, yang meninggal
  5. hari Jum’at delapan Rajab (setelah tujuh malam berlalu)
  6. tahun 475, dengan rahmat
  7. Allah Yang Maha Mengetahui semua yang gaib, Tuhan Yang Maha Agung dan Rasul-Nya yang mulia.
Orang pertama yang menemukan dan membaca inskripsi Batu Nisan Leran, menurut Mahammad Yamin, adalah peneliti asal Belanda bernama JP Moquette pada 1911, kemudian Paul Ravaisse (berkebangsaan Perancis) melakukan beberapa perbaikan. Adalah Mohammad Yamin yang membaca angka tahun 475 H atau 1082 M, bukan 495, sebagai tahun meninggalnya Siti Fatimah, yang konon disebabkan oleh wabah yang sangat ganas.
Makam Siti Fatimah binti Maimun dengan langit-langit menyempit ke atas, yang dibuat dengan ornamen garis-garis lurus simetris dan repetitif.
Siti Fatimah, yang juga dikenal sebagai Putri Dewi Retno Swari atau Dewi Swara, adalah puteri dari ayah yang bernama Maimun asal Iran, dan ibu bernama Dewi Aminah asal Aceh, yang lahir pada 1064. Sumber lain menyebut bahwa Siti Fatimah binti Maimun berasal dari negeri Kedah, Malaka.
Makam Siti Fatimah binti Maimun dengan sebuah bentuk menyerupai wadah di luar tembok keliling, yang diberi penutup besi.
Sebelum meninggalkan kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun, saya sempat mampir ke tempat kuncen, dan dari perbincangan dengannya ternyata Makam Panjang yang berada agak jauh di sebelah kanan Makam Siti Fatimah binti Maimun belum saya kunjungi. Saya pun melangkah masuk lagi ke dalam kompleks, dan belok ke kanan di depan Makam Siti Fatimah binti Maimun.
Makam panjang di kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun ini tanpa cungkup, dikelilingi oleh tembok rendah, dan gapura masuk yang juga rendah.
Di tempat ini ada dua kelompok makam panjang. Yang satu berisi tiga makam, dan satu lagi berada di sebelah kanannya berisi dua makam dan tanpa gapura masuk.
Makam Panjang yang berisi tiga makam ini adalah makam Sayid Kharim, Sayid Djakfar, dan Sayid Sarif, yang masing-masing panjangnya sembilan meter. Makam terpanjang yang pernah saya lihat. Ukuran makam ini konon menjadi perlambang bahwa dakwah untuk menyebarkan Islam adalah merupakan suatu perjuangan yang sangat panjang.
Makam panjang yang satu lagi adalah makam Sayid Jalal dan Sayid Djamal yang panjangnya masing-masing enam meter.
Di luar kedua kelompok makam ini, ada lagi makam Sayid Djamaludin yang sendirian dan tanpa tembok keliling.
Makam Siti Fatimah binti Maimun dilihat dari arah makam panjang. Agak jauh memang, sehingga tidak heran jika saya hampir saja melewatinya. Ada baiknya dibuat papan penunjuk ke arah makam panjang ini di depan Makam Siti Fatimah binti Maimun, untuk membantu para pejalan menemukan makam panjang yang sangat unik ini.
Makam Siti Fatimah binti Maimun sungguh merupakan kompleks yang sangat mengesankan buat saya. Bukan saja karena bentuknya yang unik dan usianya yang sudah sangat tua, namun juga karena cerita menarik mengenai penghuni makamnya.
Sumber:http://ppal-itqon.blogspot.com/2012/01/makam-siti-fatimah-binti-maimun.html
 
 
Komentarku ( Mahrus ali): 
Melihat bangunan seperti itu, gaya arsiteknya terkesan dalam hati saya ini bukan gaya kuburan kaum muslimin tapi gaya kuburan kafirin, musyrikin, mulhidin. Islam tidak mengajarkan mode makam seperti itu. Ia adalah budaya Budha dan kafir.
Blog ke tiga
Peringatan: Bila mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah:  mantan kiyai nu    lalu teks yang kamu cari
Mau nanya hubungi kami:
088803080803. 081935056529
Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1
                           Waru Sidoarjo
 






Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan