Selasa, Maret 12, 2013

Kang Said, Ingat Obama lupa sunnah Nabinya

Jumat pagi (8/3), warga Nahdliyyin di kota Konya, Turki, menemani Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj bersama beberapa kiai berkunjung ke kota Maulana Jalaluddin Rumi.

Rombongan PBNU sudah selesai memenuhi undangan konferensi perdamaian untuk Afganistan yang diselenggarakan pada 4-5 Maret 2013 di Istanbul, dan memenuhi beberapa undangan di Ankara. Sejak pagi buta kiai yang akrab dipanggil Kang Said itu beserta rombongan langsung menuju kota Konya menaiki kereta cepat.

Niatan yang tadinya hanya ingin berziarah ke beberapa makam auliya di kota ini, ternyata disambut antusias oleh para ulama di Konya. Sukru Ozbugday, yang merupakan Mufti Konya langsung mengutus Mufti Meram, Ahmet Ozkan untuk mengundang rombongan dan menemani selama di Konya.

Selain menceritakan tentang apa itu NU, Kang Said juga menjelaskan panjang lebar mengenai hubungan antara Turki dan Indonesia. “Kami sangat senang dapat mengunjungi kota Konya. Maulana Jalaluddin Rumi sangat populer di kalangan Nahdliyyin. Alhamdulillah kami sekarang akan berziarah ke makam beliau. Walaupun waktu kami di Konya sangat terbatas, kami berharap hubungan ini akan terus berlanjut,” Kang Said.

Pertemuan ini begitu hangat, apalagi mustasyar PCINU Turki Dr. Seyit Bahcivan yang juga teman sekelas dengan KH. Said Aqil Siroj sewaktu dulu bersama-sama belajar di Ummul Qura University Mekkah juga hadir dalam pertemuan ini dan ikut menemani rombongan. Seakan ingin bernostalgia, DR. Seyit Bahcivan yang sejak awal lengket dengan sahabat lamanya ini pun diisengi oleh Kang Said.

“Ya Seyit, dimana janggutmu yang panjangnya se dada itu?. Mengapa sekarang kamu tak berjanggut?” canda Kang Said. Semua yang ada diruangan itu pun tertawa sembari melihat Dr. Seyit Bahcivan yang sudah tak berjanggut lagi.

Di akhir pertemuan singkat itu, Sukru Ozbugday memberikan cendera mata berupa hiasan seni bergambar bunga mawar yang merekah.

“Di Konya, bunga mawar adalah simbol cinta kepada Rasulullah SAW, Semoga kecintaan kita kepada Rasulullah dapat mempersatukan kita dan umat muslim seluruhnya. Ujar Sukru Ozbugday berharap.

Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan menuju makam beberapa auliya. Maulana Rumi dan gurunya Syamsuddin at-Tibrizi atau yang lebih dikenal dengan Semsi Tebriz menjadi tempat pertama yang diziarahi.

KH Said Aqil Siroj sendiri yang langsung memimpin pembacaan tahlil dan doa. Rombongan juga menyempatkan berziarah ke makam seorang wali yang hidup sezaman dengan Rumi yaitu Sadruddin al-Konawi. Menyadari waktu singkat Kang Said di Konya, di sela-sela ziarah inilah pengurus PCINU Turki berdialog ringan dan menjelaskan kegiatan-kegiatan warga NU di Konya.

“Walaupun usia PCINU Turki masih dibilang baru terbentuk, Alhamdulillah kami istiqomah mengadakan kagiatan-kegiatan diniyyah. Termasuk sebulan yang lalu Alhamdulillah warga NU di Turki berkumpul di Konya untuk mengadakan kagiatan Maulid Nabi dan Harlah NU. Mohon doa dan dukungan kiyai supaya kegiatan-kegiatan seperti ini dapat kami jalankan secara istiqamah dan bernilai barokah,” papar Abdul Ghaffar Chodri, wakil sekretaris Tanfidziyyah PCINU Turki.

“Kegitan-kegiatan positif seperti itu tentu saya dukung. Tapi yang paling penting ya itu tadi, teman-teman disini bisa mengerjakannya dengan istiqomah. Salam saya untuk teman-teman semua ya,” ujar Kang Said.

Sebelum kembali ke Istanbul dan terbang ke Indonesia, rombongan juga sempat membeli aksesoris berupa kucuk kur’an (Al-Qur’an super mini yang di Indonesia sering disebut Qur’an Istanbul). Nampaknya, bukan hanya para ulama Konya yang menghormati rombongan ini, pedagang yang menjual aksesoris ini pun sangat senang ketika tahu bahwa mereka adalah rombongan kiai dari Indonesia. Ini terbukti pedagang tersebut langsung memberikan 30 kucuk kur’an yang semuanya bersampul hijau sebagai hadiah.

Walaupun hanya tiga jam Kang Said dan rombongan berada di kota Konya, namun ini menjadi saat yang membahagiakan dan tak terlupakan bagi warga NU di kota Darwis ini.

Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Abdul Ghaffar Chodri

Komentarku ( Mahrus ali): 

Dalam masalah jenggot, rupanya kang Said ingat Obama dan lupa kepada sunnah nabinya, ingat setan lupa pada Allah, ingat budaya barat dan lupa pada  budaya para sahabat yang berjenggot.
Perintah Nabi Agar Memelihara Jenggot
Hadits pertama, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
Hadits kedua, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى
Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 625)
Hadits ketiga, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
أَنَّهُ أَمَرَ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ وَإِعْفَاءِ اللِّحْيَةِ.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memotong pendek kumis dan membiarkan (memelihara) jenggot.” (HR. Muslim no. 624)
Hadits keempat, dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ
Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.” (HR. Muslim no. 626)
Hadits kelima, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْهَكُوا الشَّوَارِبَ ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Bukhari no. 5893)
Hadits keenam, dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ ، وَفِّرُوا اللِّحَى ، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis.” (HR. Bukhari no. 5892)
Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Kesimpulannya ada lima riwayat yang menggunakan lafazh,
أَعْفُوا وَأَوْفُوا وَأَرْخُوا وَأَرْجُوا وَوَفِّرُوا
Semua lafazh tersebut bermakna membiarkan jenggot tersebut sebagaimana adanya.” (Lihat Syarh An Nawawi ‘alam Muslim, 1/416, Mawqi’ Al Islam-Maktabah Syamilah 5)
 


blog ke tiga





Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan