Rabu, Februari 13, 2013

Tareqat syatariyah ke 3


Khusus dzikir dengan nama-nama Allah (al-asma' al-husna), tarekat ini membagi dzikir jenis ini ke dalam tiga kelompok. Yakni, a) menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, seperti al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir, dan lain-lain; b) menyebut nama Allah SWT yang berhubungan dengan keindahan-Nya seperti, al-Malik, al-Quddus, al-'Alim, dan lain-lain; dan c) menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut, seperti al-Mu'min, al-Muhaimin, dan lain-lain. Ketiga jenis dzikir tersebut harus dilakukan secara berurutan, sesuai urutan yang disebutkan di atas. Dzikir ini dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, sampai hati menjadi bersih dan semakin teguh dalam berdzikir. Jika hati telah mencapai tahap seperti itu, ia akan dapat merasakan realitas segala sesuatu, baik yang bersifat jasmani maupun ruhani.

Satu hal yang harus diingat, sebagaimana juga di dalam tarekat-tarekat lainnya, adalah bahwa dzikir hanya dapat dikuasai melalui bimbingan seorang pembimbing spiritual, guru atau syekh. Pembimbing spiritual ini adalah seseorang yang telah mencapai pandangan yang membangkitkan semua realitas, tidak bersikap sombong, dan tidak membukakan rahasia-rahasia pandangan batinnya kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
Di dalam tarekat ini, guru atau yang biasa diistilahkan dengan wasithah dianggap berhak dan sah apabila terangkum dalam mata rantai silsilah tarekat ini yang tidak putus dari Nabi Muhammad SAW lewat Ali bin Abi Thalib ra, hingga kini dan seterusnya sampai kiamat nanti; kuat memimpin mujahadah Puji Wali Kutub; dan memiliki empat martabat yakni mursyidun (memberi petunjuk), murbiyyun (mendidik), nashihun (memberi nasehat), dan kamilun (sempurna dan menyempurnakan).
Secara terperinci, persyaratan-persyaratan penting untuk dapat menjalani dzikir di dalam Tarekat Syattariyah adalah sebagai berikut: makanan yang dimakan haruslah berasal dari jalan yang halal; selalu berkata benar; rendah hati; sedikit makan dan sedikit bicara; setia terhadap guru atau syekhnya; kosentrasi hanya kepada Allah SWT; selalu berpuasa; memisahkan diri dari kehidupan ramai; berdiam diri di suatu ruangan yang gelap tetapi bersih; menundukkan ego dengan penuh kerelaan kepada disiplin dan penyiksaan diri; makan dan minum dari pemberian pelayan; menjaga mata, telinga, dan hidung dari melihat, mendengar, dan mencium segala sesuatu yang haram; membersihkan hati dari rasa dendam, cemburu, dan bangga diri; mematuhi aturan-aturan yang terlarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji, seperti berhias dan memakai pakaian berjahit.

Sanad atau Silsilah Tarekat Syattariyah
Sebagaimana tarekat pada umumnya, tarekat ini memiliki sanad atau silsilah para wasithahnya yang bersambungan sampai kepada Rasulullah SAW. Para pengikut tarekat ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW, atas petunjuk Allah SWT, menunjuk Ali bin Abi Thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan fungsinya sebagai Ahl adz-dzikr, tugas dan fungsi kerasulannya. Kemudian Ali menyerahkan risalahnya sebagai Ahl adz-dzikir kepada putranya, Hasan bin Ali, dan demikian seterusnya sampai sekarang. Pelimpahan hak dan wewenang ini tidak selalu didasarkan atas garis keturunan, tetapi lebih didasarkan pada keyakinan atas dasar kehendak Allah SWT yang isyaratnya biasanya diterima oleh sang wasithah jauh sebelum melakukan pelimpahan, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW sebelum melimpahkan kepada Ali bin Abi Thalib.

Berikut contoh sanad Tarekat Syattariyah yang dibawa oleh para mursyid atau wasithahnya di Indonesia:

Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kepada Sayyidina Hasan bin Ali asy-Syahid, kepada Imam Zainal Abidin, kepada Imam Muhammad Baqir, kepada Imam Ja'far Syidiq, kepada Abu Yazid al-Busthami, kepada Syekh Muhammad Maghrib, kepada Syekh Arabi al-Asyiqi, kepada Qutb Maulana Rumi ath-Thusi, kepada Qutb Abu Hasan al-Hirqani, kepada Syekh Hud Qaliyyu Marawan Nahar, kepada Syekh Muhammad Asyiq, kepada Syekh Muhammad Arif, kepada Syekh Abdullah asy-Syattar, kepada Syekh Hidayatullah Saramat, kepada Syekh al-Haj al-Hudhuri, kepada Syekh Muhammad Ghauts, kepada Syekh Wajihudin, kepada Syekh Sibghatullah bin Ruhullah, kepada Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali, kepada Syekh Muhammad Ibnu Muhammad, Syekh Abdul Rauf Singkel, kepada Syekh Abdul Muhyi (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada Kiai Mas Bagus (Kiai Abdullah) di Safarwadi, kepada Kiai Mas Bagus Nida' (Kiai Mas Bagus Muhyiddin) di Safarwadi, kepada Kiai Muhammad Sulaiman (Bagelan, Jateng), kepada Kiai Mas Bagus Nur Iman (Bagelan), kepada Kiai Mas Bagus Hasan Kun Nawi (Bagelan) kepada Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung), kepada Raden Margono (Kincang, Maospati), kepada Kiai Ageng Aliman (Pacitan), kepada Kiai Ageng Ahmadiya (Pacitan), kepada Kiai Haji Abdurrahman (Tegalreja, Magetan), kepada Raden Ngabehi Wigyowinoto Palang Kayo Caruban, kepada Nyai Ageng Hardjo Besari, kepada Kiai Hasan Ulama (Takeran, Magetan), kepada Kiai Imam Mursyid Muttaqin (Takeran), kepada Kiai Muhammad Kusnun Malibari (Tanjunganom, Nganjuk) dan kepada KH Muhammad Munawar Affandi (Nganjuk).

by rizal @ 12 Mar 2004 05:43 pm
tarekat ini apakah mementingkan syariat tidak, seperti sholat berjamaah dimasjid? kesannya tarekat ini khas petapa-petapa orang hindu? 
by Syahrul Jamil @ 19 Mar 2004 07:31 pm
Ass.wr.wb
Semoga kita semua ada dalam lindungan Allah S.w.T. selalu..amin
Yth,redaksi majalah Sufi saya mohon alamat dan no.telp Bapak.Lukman Hakim yang ada di majalah Sufi,saya sangat kagum akan nasehat-nasehatnya yang bijak.demikian permohonan dari saya dan Wassalam.
by suradihakmalullah @ 23 Mar 2004 12:59 pm
dimana pusat tarekat syatariyah di indonesia saya ingin silahturahmi
by suradihakmalullah @ 23 Mar 2004 01:05 pm
saya sangat tertarik untuk belajar tarekat syatariyah dimana tempatnya di indonesiasebelumnya dapatkah saya dikirimkan buku ajaran tarekat ini hubungi saya di 0811826566
by bayufitrihutami @ 23 Mar 2004 01:07 pm
saya sangat tertarik untuk belajar tarekat syatariyah dimana tempatnya di indonesia sebelumnya dapatkah saya dikirimkan buku ajaran tarekat ini hubungi saya di 021-7406508
by S.Jamil @ 26 Mar 2004 04:12 pm
Ass.wr.wb.
Kepada Yth,Bapak-Bapak.
Saya seorang yang awam akan Tarekat, saya ingin tanya apakah seorang awam itu dapat mengikuti Tarekat Syattariah,dan apakah ada batasan usia bila masuk Tarekat Syattariah ini,saya baca juga salah satu email yang katanya kalau masuk Tarekat Syattariah harus berani mati,melarat,dan wani isin.tolong saya jelaskan arti dari semua ini. demikianlah kiranya pertanyaan dari saya apabila ada yang salah dan tidak berkenan mohon kiranya di maafkan.Wassallam.
by na2 @ 28 Mar 2004 08:56 pm
artikel ini penulisnya siapa? dan darimana sumbernya?kok ada yang tidak sesuai aslinya. saya pengikut syaththariyah(nganjuk).mohon balasan.terimakasih 
by aris @ 26 Mar 2004 06:48 pm
saya tertarik untuk mengenal lebih jauh ttg ajaran Tarekat Syattariyah, tlg beri informasi alamat & no telp cabang yang ada di surabaya. thx
by s_gihartons @ 14 Apr 2004 06:59 pm
berani mati= berusaha menghilangkan budi pekerti yang tidak baik, berani menngekang nafsu yang tidak baik, mlarat /miskin = maiskin dari perasaan iri dengki, dendam, prasangka buruk dan semua sifat /pikiran yang tidak baik u/ diri sendiri maupun untuk sesama hidup. krn ada 4 nafsu dpt jadi baik dan juga jelek/. trims
by s_gihartons @ 22 Apr 2004 03:51 pm
tuk belajar syattariyah tak dibatasi usia. u/ ket wani mati, mlarat, isin (peristilahan dlm bhs Jawa) yg jelas Tidak mempunyai sifat, tabiat yng jelek:dendan.iri.dengkiu= tak memiliki penyakit hati. di forum ini kurang leluasa penyampaian krn dibatasi karakter huruf. mohon dpt kirim email ke: S_gihartons@Yahoo.com@. sbg sarana silaturrakhim
Bersambung ..........




Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan