Senin, Januari 14, 2013

Kisah taubatnya Ibnu Taimiyah di tangan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Fakta Sejarah)





بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله ذي الحمد المجيد، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله محمد خير العَبيد، ثم على المُبَشِّرين به وآله وصَحْبِه وخُلفائه وورثته إلى يوم المَزيد.

Sedikit saya akan mengungkap fakta sejarah yang jarang dikupas secara singkat tentang kisah taubatnya seorang figur yang menjadi cikal bakal ajaran wahhabiyah yaitu Ibnu Taimiyyah Al-Harrani. Fakta sejarah ini telah ditulis oleh banyak ulama Ahlus sunnah wal jama'ah yang hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyyah bahkan di antara mereka adalah mantan murid dari Ibnu Taimiyyah, seperti Adz-Dzahabi dan Ibnu Syakir.

Para ulama yang menulis sejarah Ibnu Taimiyyah adalah orang-orang yang hidup semasa dengan Ibnu Taimiyyah, mereka menyaksikan, bertemu langsung dan bahkan ada yang berguru kepadanya sebelum Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran salaf kemudian membebaskan diri setelah mengetahui Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran mayoritas umat muslim. Maka mereka para ulama tersebut lebih mengetahui sejarah dan ajaran Ibnu Taimiyyah ketimbang kita dan para wahhabi sekarang ini.

Sebelumnya ada baiknya kita mengetahui sedikit komentar para ulama Ahlus sunnah wal jama'ah tentang ajaran Ibnu Taimiyyah :

قال المحدث الحافظ الفقيه ولي الدين العراقي ابن الشيخ الحفاظ زين الدين العراقي : انه خرق الاجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الاصول و بعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الاجماع عليها. ( الاجوبة المرضية على المسألة المكية)

Seorang Ahli Hadits yang mendapat gelar Al-Hafidz Al-Faqih, Waliyuddin Al-Iraqi bin Syaikh Al-Haffadz Zainuddin Al-Iraqi berkata " Sesungguhnya Ibnu Taimiyyah telah merusak mayoritas umat muslim di dalam banyak permasalahan, dikatakan mencapai 60 permasalahan sebagian mengenai akidah dan sebagian lainnya mengenai furu'. Ia telah menyalahi permasalahan-permasalahan yang telah disepakati oleh umat Islam ".
(Al-Ajwibatul Mardhiyyah 'alal mas-alatil makkiyyah)

قال الشيخ ابن حجر الهيتمي ناقلا المسائل التي خالف فيها ابن تيميه اجماع المسلمين ما نصه : وان العالم قديم بالنوع ولم يزل مع الله مخلوقا دائما فجعله موجبا بالذات لا فاعلا بالاختيارتعالى الله عن ذالك, وقوله بالجسمبة والجهة والانتقال و انه بقدر العرش لااصغر ولا اكبر , تعالى الله عن هذا الافتراء الشنيع القبيخ والكفر البراح الصريح. (الفتاوى الحديثية ص: ١١٦)


Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitamy berkata dengan menukil permasalahan-permasalahan Ibnu Taimiyyah yang menyalahi kesepakaran umat Islam, yaitu : (Ibnu Taimiyyah telah berpendapat) bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan dengan perbuatan Allah scra ikhtiar, sungguh Maha Luhur Allah dari penyifatan yang demikian itu. Ibnu Taimiyyah juga berkeyakinan adanya jisim pada Allah Swt, arah dan perpindahan. Ia juga berkeyakinan bahwa Allah tidak lebih kecil dan tidak lebih besar dari Arsy. Sungguh Allah maha Suci atas kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata ".
(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 116)

وقال ايضا ما نصه : واياك ان تصغي الى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن القيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ الهه هواه واضله الله على علم و ختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعدالله. و كيف تجاوز هؤلاء الملحدون الحدود و تعدواالرسوم وخرقوا سياج الشربعة والحقيقة فظنوا بذالك انهم على هدى من ربهم وليسوا كذالك. (الفتاوى الحديثية ص:۲۰۳)

Beliau Syaikh Ibnu Hajar juga berkata " Maka berhati-hatilah kamu, jangan kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang atas pandangannya. Maka siapakah yang mampu member petunjuk atas orang yang telah Allah jauhkan ?. Bagaimana orang-orang sesat itu telah melampai batasan-batasan syare'at dan aturan, dan mereka pun juga telah merobek pakaian syare'at dan hakikat, mereka masih menyangka bahwa mereka di atas petunjuk dari Tuhan mereka, padahal sungguh tidaklah demikian ".
(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203)

Seorang ulama besar Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ad-Dimasyqi Rh berkata dari ayahnya bahwasanya beliau bercerita " Ketika kami sedang duduk di majlis Ibnu Taimiyyah, dan ia berceramah hingga sampai pada pembahasan ayat Istiwa, ia berkata " Allah Swt beristiwa di atas arasy-Nya seperti istiwaku ini ", maka manusia kaget dan segera melompat ke arah Ibnu Taimiyyah dengan satu lompatan dan menurunkanya dari kursi kemudian orang-orang segera menampar dan memukulnya dengan sandal-sandal mereka dan selainnya. Mereka membawa Ibnu Taimiyyah ke salah satu hakim, maka berkumpullah di majlis tersebut para ulama dan mereka mulai mengintrogasinya " Apa dalil dari yang telah engkau katakan tadi ? ", Ibnu Taimiyyah menjawab " Firman Allah Swt ; Ar-Rahmaanu 'alal arsyis tawaa ", maka para ulama tertawa dan tahulah mereka bahwa ibnu taimiyyah adalah orang bodoh. Yang tidak mengetahui kaidah-kaidah ilmu.
Kemudian para ulama bertanya lagi untuk memastikan urusannya " Apa pendapatmu tentang firman Allah :
فاينما تولوا فثم وجه الله " Dimanapun kamu menghadap maka di sanalah wajah Allah " ? Maka Ibnu Taimiyyah menjawab dengan jawaban yang meyakinkan bahwa ia termasuk orang bodoh yang sebenarnya, ia tidak mengetahui apa yang ia katakana dan ia telah tertipu oleh pujian orang-orang awam padanya dan beberapa para ulama jumud yang kosong dari ilmu yang berdasarkan dalil-dalil.
(Al-Maqoolat As-Sunniyah : 36)

Sangat banyak hujatan para ualam Aswaja (Ahlus sunnah wal jama'ah) kepada Ibnu Taimiyyah mengenai ajaran-ajarannya yang menyimpang dari mayoritas ulama dan umat Islam, bahkan para ulama sempat mengarang kitab-kitab untuk membantaha ajaran-ajarannya dan demi menyelamatkan umat Islam dari kesesatannya. Di antaranya :

1. Al-Qâdlî al-Mufassir Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Jama'ah asy-Syafi'i (w 733 H).
2. Al-Qâdlî Ibn Muhammad al-Hariri al-Anshari al-Hanafi.
3. Al-Qâdlî Muhammad ibn Abi Bakr al-Maliki.
4. Al-Qâdlî Ahmad ibn Umar al-Maqdisi al-Hanbali.
Ke empat ulama yang juga menjabat qodhi inilah yang merekomendasikan fatwa untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah. Dan sempat berpindah-pindah penjara.
4. Syekh Shaleh ibn Abdillah al-Batha-ihi, Syekh al-Munaibi' ar-Rifa'i. salah seorang ulama terkemuka yang telah menetap di Damaskus (w 707 H).
5. Syekh Kamaluddin Muhammad ibn Abi al-Hasan Ali as-Sarraj ar-Rifa'i al-Qurasyi asy-Syafi'i. salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. Tuffâh al-Arwâh Wa Fattâh al-Arbâh
6. Ahli Fiqih dan ahli teologi serta ahli tasawwuf terkemuka di masanya; Syekh Tajuddin Ahmad ibn ibn Athaillah al-Iskandari asy-Syadzili (w 709 H).
7. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) di seluruh wilayah negara Mesir; Syekh Ahmad ibn Ibrahim as-Suruji al-Hanafi (w 710 H) • I'tirâdlât 'Alâ Ibn Taimiyah Fi 'Ilm al-Kalâm.
8. Pimpinan para hakim madzhab Maliki di seluruh wilayah negara Mesir pada masanya; Syekh Ali ibn Makhluf (w 718 H). Di antara pernyataannya sebagai berikut: "Ibn Taimiyah adalah orang yang berkeyakinan tajsîm, dan dalam keyakinan kita barangsiapa berkeyakinan semacam ini maka ia telah menjadi kafir yang wajib dibunuh".
9. Syekh al-Faqîh Ali ibn Ya'qub al-Bakri (w 724 H). Ketika suatu waktu Ibn Taimiyah masuk wilayah Mesir, Syekh Ali ibn Ya'qub ini adalah salah seorang ulama terkemuka yang menentang dan memerangi berbagai faham sesatnya.
10. Al-Faqîh Syamsuddin Muhammad ibn Adlan asy-Syafi'i (w 749 H). Salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah yang telah mengutip langsung bahwa di antara kesesatan Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Allah berada di atas arsy, dan secara hakekat Dia berada dan bertempat di atasnya, juga mengatakan bahwa sifat Kalam Allah berupa huruf dan suara.

11. Imam al-Hâfizh al-Mujtahid Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 756 H). • al-I'tibâr Bi Baqâ' al-Jannah Wa an-Nâr. • ad-Durrah al-Mudliyyah Fî ar-Radd 'Alâ Ibn Taimiyah. • Syifâ' as-Saqâm Fî Ziyârah Khair al-Anâm. • an-Nazhar al-Muhaqqaq Fi al-Halaf Bi ath-Thalâq al-Mu'allaq. • Naqd al-Ijtimâ' Wa al-Iftirâq Fî Masâ-il al-Aymân Wa ath-Thalâq. • at-Tahqîq Fî Mas-alah at-Ta'lîq. • Raf'u asy-Syiqâq Fî Mas'alah ath-Thalâq.
12. Al-Muhaddits al-Mufassir al-Ushûly al-Faqîh Muhammad ibn Umar ibn Makki yang dikenal dengan sebutan Ibn al-Murahhil asy-Syafi'i (w 716 H). Di masa hidupnya ulama besar ini telah berdebat dan memerangi Ibn Taimiyah.
13. Imam al-Hâfizh Abu Sa'id Shalahuddin al-'Ala-i (w 761 H). Imam terkemuka ini mencela dan telah memerangi Ibn Taimiyah. Lihat kitab Dakhâ-ir al-Qashr Fî Tarâjum Nubalâ' al-'Ashr karya Ibn Thulun pada halaman 32-33. • Ahâdîts Ziyârah Qabr an-Naby.
14. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) kota Madinah Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Musallam ibn Malik ash-Shalihi al-Hanbali (w 726 H).
15. Imam Syekh Ahmad ibn Yahya al-Kullabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal (w 733 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. • Risâlah Fî Nafyi al-Jihah.
16. Al-Qâdlî Kamaluddin ibn az-Zamlakani (w 727 H). Ulama besar yang semasa dengan Ibn Taimiyah ini telah memerangi seluruh kesesatan Ibn Taimiyah, hingga beliau menuliskan dua risalah untuk itu. Pertama dalam masalah talaq, dan kedua dalam masalah ziarah ke makam Rasulullah.
17. Al-Qâdlî Shafiyuddin al-Hindi (w 715 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri.
18. Al-Faqîh al-Muhaddits Ali ibn Muhammad al-Baji asy-Syafi'i (w 714 H). Telah memerangi Ibn Taimiyah dalam empat belas keyakinan sesatnya, dan telah mengalahkan serta menundukannya.
19. Sejarawan terkemuka (al-Mu-arrikh) al-Faqîh al-Mutakallim al-Fakhr ibn Mu'allim al-Qurasyi (w 725 H). • Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu'tadî
20. Al-Faqîh Muhammad ibn Ali ibn Ali al-Mazini ad-Dahhan ad-Damasyqi (w 721 H). • Risâlah Fî ar-Radd 'Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah ath-Thalâq. • Risâlah Fî ar-Radd 'Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah az-Ziayârah
21. Al-Faqîh Abu al-Qasim Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad asy-Syirazi (w 733 H). • Risâlah Fi ar-Radd 'Alâ Ibn Taimiyah
22. Al-Faqîh al-Muhaddits Jalaluddin al-Qazwini asy-Syafi'i (w 739 H).
23. As-Sulthan Ibn Qalawun (w 741 H). Beliau adalah Sultan kaum Muslimin saat itu, telah menuliskan surat resmi prihal kesesatan Ibn Taimiyah.
24. Al-Hâfizh adz-Dzahabi (w 748 H) yang merupakan murid Ibn Taimiyah sendiri. • Bayân Zaghl al-'Ilm Wa ath-Thalab. • an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah.
Al-Mufassir Abu Hayyan al-Andalusi (745 H). • Tafsîr an-Nahr al-Mâdd Min al-Bahr al-Muhîth
25. Syekh Afifuddin Abdullah ibn As'ad al-Yafi'i al-Yamani al-Makki (w 768 H).
26. Al-Faqîh Syekh Ibn Bathuthah, salah seorang ulama terkemuka yang telah banyak melakukan rihlah (perjalanan).
27. Al-Faqîh Tajuddin Abdul Wahhab ibn Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 771 H). • Thabaqât asy-Syâfi'iyyah al-Kubrâ
28. Seorang ulama ahli sejarah terkemuka (al-Mu-arrikh) Syekh Ibn Syakir al-Kutubi (w 764 H). • 'Uyûn at-Tawârikh.
29. Syekh Umar ibn Abi al-Yaman al-Lakhmi al-Fakihi al-Maliki (w 734 H). • at-Tuhfah al-Mukhtârah Fî ar-Radd 'Alâ Munkir az-Ziyârah
30. Al-Qâdlî Muhammad as-Sa'di al-Mishri al-Akhna'i (w 750 H). • al-Maqâlât al-Mardliyyah Fî ar-Radd 'Alâ Man Yunkir az-Ziyârah al-Muhammadiyyah, dicetak satu kitab dengan al-Barâhîn as-Sâthi'ah karya Syekh Salamah al-Azami.
31. Syekh Isa az-Zawawi al-Maliki (w 743 H). • Risâlah Fî Mas-alah ath-Thalâq.
32. Syekh Ahamad ibn Utsman at-Turkimani al-Jauzajani al-Hanafi (w 744 H). • al-Abhâts al-Jaliyyah Fî ar-Radd 'Alâ Ibn Taimiyah.
33. Imam al-Hâfizh Abdul Rahman ibn Ahmad yang dikenal dengan Ibn Rajab al-Hanbali (w 795 H). •
34. Bayân Musykil al-Ahâdîts al-Wâridah Fî Anna ath-Thalâq ats-Tsalâts Wâhidah.
35. Imam al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani (w 852 H). • ad-Durar al-Kâminah Fî A'yân al-Mi-ah ats-Tsâminah. • Lisân al-Mizân. • Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri. • al-Isyârah Bi Thuruq Hadîts az-Ziyârah.
36. Imam al-Hâfizh Waliyuddin al-Iraqi (w 826 H). • al-Ajwibah al-Mardliyyah Fî ar-Radd 'Alâ al-As-ilah al-Makkiyyah.
37. Al-Faqîh al-Mu-arrikh Imam Ibn Qadli Syubhah asy-Syafi'i (w 851 H). • Târîkh Ibn Qâdlî Syubhah.
38. Al-Faqîh al-Mutakallim Abu Bakar al-Hushni penulis kitab Kifâyah al-Akhyâr (829 H). • Daf'u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad Wa Nasaba Dzâlika Ilâ Imam Ahmad.
39. Salah seorang ulama terkemuka di daratan Afrika pada masanya; Syekh Abu Abdillah ibn Arafah at-Tunisi al-Maliki (w 803 H).
40. Al-'Allâmah Ala'uddin al-Bukhari al-Hanafi (w 841 H). Beliau mengatakn bahwa Ibn Taimiyah adalah seorang yang kafir. Beliau juga mengkafirkan orang yang menyebut Ibn Taimiyah dengan Syekh al-Islâm jika orang tersebut telah mengetahui kekufuran-kekufuran Ibn Taimiyah. Pernyataan al-'Allâmah Ala'uddin al-Bukhari ini dikutip oleh Imam al-Hâfizh as-Sakhawi dalam kitab adl-Dlau' al-Lâmi'.

Dan masih banyak lagi ulama yang lainnya.



Sekarang marilah kita simak penuturan seorang ulama yang sezaman dengan Ibnu Taimiyyah yaitu Ibnu Syakir Al-Kutuby dalam salah satu kitab tarikhnya juz 20 yang telah diabadikan oleh seorang ulama besar dari kalangan Ahklus sunnah yang terkenal di seluruh penjuru dunia yaitu Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Astqolani dalam kitabnya " Ad-Duroru Al-Kaaminah " dan beliau juga penyarah kitab Shohih Bukhori yang dinamakan Fathu Al-Bari. Berikut penuturan beliau yang begitu panjang namun saya singkat dengan tanpa menghilangkan maksud tujuannya :
Sidang Pertama :


" Di tahun 705 di hari ke delapan bulan Rajab, Ibnu Taimiyyah disidang dalam satu majlis persidangan yang dihadiri oleh para penguasa dan para ulama ahli fiqih di hadapan wakil sulthon. Maka Ibnu Taimiyyah ditanya tentang aqidahnya, lalu ia mengutarakan sedikit dari aqidahnya. Kemudian dihadirkan kitab aqidahnya Al-Wasithiyyah dan dibacakan dalam persidangan, maka terjadilah pembahasan yang banyak dan masih ada sisa pembahasan yang ditunda untuk sidang berikutnya.

Dan di tahun 707 hari ke-6 bulan Rabi'ul Awwal hari kamis, Ibnu Taimiyyah menyatakan taubatnya dari akidah dan ajaran sesatnya di hadapan para ulama Ahlus sunnah wal jama'ah dari kalangan empat madzhab, bahkan ia membuat perjanjian kepada para ulama dan hakim dengan tertulis dan tanda tangan untuk tidak kembali ke ajaran sesatnya, namun setelah itu ia pun masih sering membuat fatwa-fatwa nyeleneh dan mengkhianati surat perjanjiannya hingga akhirnya ia mondar-mandir masuk penjara dan wafat di penjara sebagaimana nanti akan diutarakan ucapan dari para ulama.


Berikut ini pernyataan Ibnu taimiyyah tentang pertaubatannya :

الحمد الله، الذي أعتقده أن في القرءان معنى قائم بذات الله وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية وهو غير مخلوق، وليس بحرف ولا صوت، وليس هو حالا في مخلوق أصلا ولا ورق ولا حبر ولا غير ذلك، والذي أعتقده في قوله: ? الرحمن على آلعرش آستوى ? [سورة طه] أنه على ما قال الجماعة الحاضرون وليس على حقيقته وظاهره، ولا أعلم كنه المراد به، بل لا يعلم ذلك إلا الله، والقول في النزول كالقول في الاستواء أقول فيه ما أقول فيه لا أعرف كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله، وليس على حقيقته وظاهره كما قال الجماعة الحاضرون، وكل ما يخالف هذا الاعتقاد فهو باطل، وكل ما في خطي أو لفظي مما يخالف ذلك فهو باطل، وكل ما في ذلك مما فيه إضلال الخلق أو نسبة ما لا يليق بالله إليه فأنا بريء منه فقد تبرأت منه وتائب إلى الله من كل ما يخالفه وكل ما كتبته وقلته في هذه الورقة فأنا مختار فى ذلك غير مكره.

(
كتبه أحمد بن تيمية) وذلك يوم الخميس سادس شهر ربيع الآخر سنة سبع وسبعمائة.

" Segala puji bagi Allah yang aku yakini bahwa di dalam Al-Quran memiliki makna yang berdiri dengan Dzat Allah Swt yaitu sifat dari sifat-sifat Dzat Allah Swt yang maha dahulu lagi maha azali dan al-Quran bukanlah makhluq, bukan berupa huruf dan suara, bukan suatu keadaan bagi makhluk sama sekali dan juga bukan berupa kertas dan tinta dan bukan yang lainnya. Dan aku meyakini bahwa firman Allah Swt "
الرحمن على آلعرش آستوى adalah apa yang telah dikatakan oleh para jama'ah (ulama) yang hadir ini dan bukanlah istawa itu secara hakekat dan dhohirnya, dan aku pun tidak mengetahui arti dan maksud yang sesungguhnya kecuali Allah Swt, bukan istawa secara hakekat dan dhohir seperti yang dinyatakan oleh jama'ah yang hadir ini. Semua yang bertentangan dengan akidah I ni adalah batil. Dan semua apa yang ada dalam tulisanku dan ucapanku yang bertentangan dari semua itu adalah batil. Semua apa yang telah aku gtulis dan ucapkan sebelumnya adalah suatu penyesatan kepada umat atau penisbatan sesuatu yang tidak layak bagi Allah Swt, maka aku berlepas diri dan menjauhkan diri dari semua itu. Aku bertaubat kepada Allah dari ajaran yang menyalahi-Nya. Dan semua yang aku dan aku ucapkan di kertas ini maka aku dengan suka rela tanpa adanya paksaan "
Telah menulisnya :

(Ahmad Ibnu Taimiyyah)



Kamis, 6-Rabiul Awwal-707 H.


Di atas surat pernyaan itu telah ditanda tangani di bagian atasnya oleh Ketua hakim, Badruddin bin jama'ah.

Pernyataan ini telah disaksikan, diakui dan ditanda tangani oleh :


- Muhammad bin Ibrahim Asy-Syafi'i, beliau menyatakan :
اعترف عندي بكل ما كتبه بخطه في التاريخ المذكور
(Aku mengakui segala apa yang telah dinyatakan oleh Ibnu Taimiyyah ditanggal tersebut)
- Abdul Ghoni bin Muhammad Al-Hanbali :
اعترف بكل ما كتب بخطه
(Aku mengakui apa yang telah dinyatakannya)
- Ahmad bin Rif'ah
- Abdul Aziz An-Namrowi :
أقر بذلك (Aku mengakuinya)
- Ali bin Miuhammad bin Khoththob Al-Baji Asy-Syafi'I :
أقر بذلك كله بتاريخه (Aku mengakui itu dengan tanggalnya)
- Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Husaini :
جرى ذلك بحضوري في تاريخه (Ini terjadi di hadapanku dengan tanggalnya)
- Abdullah bin jama'ah (Aku mengakuinya)
- Muhammad bin Utsman Al-Barbajubi :
أقز بذلك وكتبه بحضوري (Aku mengakuinya dan menulisnya dihadapanku)

Mereka semua adalah para ulama besar di masa itu salah satunya adalah syaikh Ibnu Rif'ah yang telah mengarang kitab Al-Matlabu Al-'Aali " syarah dari kitab Al-Wasith imam Ghozali sebanyak 40 jilid.
Namun faktanya Ibnu Taimiyah tidak lama melanggar perjanjian tersebut dan kembali lagi dengan ajaran-ajaran menyimpangnya. Sampai-sampai dikatakan oleh seorang ulama :
لكن لم تمض مدة على ذلك حتى نقض ابن تيمية عهوده ومواثيقه كما هو عادة أئمة الضلال ورجع إلى عادته القديمة في الإضلال.
" Akan tetapi tidak lama setelah itu Ibnu Taimiyyah melanggar perjanjian dan pernyataannya itu sebegaimana kebiasaan para imam sesat dan ia kembali pada kebiasaan lamanya di dalam menyesatkan umat "

Sidang kedua :

Diadakan hari jum'ah hari ke-12 dari bulan Rajab. Ikut hadir saat itu seorang ulama besar Shofiyuddin Al-Hindiy. Maka mulailah pembahasan, mereka mewakilkan kepada syaikh Kamaluddin Az-Zamalkani dan akhirnya beliau memenangkan diskusi itu, beliau telah membungkam habis Ibnu Taimiyyah dalam persidangan tersebut. Ibnu Taimiyyah merasa khawatir atas dirinya, maka ia member kesaksian pada orang-orang yang hadir bahwa ia mengaku bermadzhab Syafi'I dan beraqidah dengan aqidah imam Syafi'i. Maka orang-orang ridho dengannya dan mereka pun pulang.

Sidang ketiga :

Sebelumnya Ibnu Taimiyyah mengaku bermadzhab Syafi'I, namun pada kenyataannya ia masih membuat ulah dengan fatwa-fatwa yang aneh-aneh sehingga banyak mempengaruhi orang lain. Maka pada akhir bulan Rajab, para ulama ahli fiqih dan para qodhi berkumpul di satu persidangan yang dihadiri wakil shulthon saat itu. Maka mereka semua saling membahas tentang permasalahan aqidah dan berjalanlah persidangan sbgaiamana persidangan yang pertama.
Setelah beberapa hari datanglah surat dari sulthon untuk berangkat bersama seorang utusan dari Mesir dengan permintaan ketua qodhi Najmuddin. Di antara isi surat tersebut berbunyi " Kalian mengetahui apa yang terjadi di tahun 98 tentang aqidah Ibnu Taimiyyah ". Maka mereka bertanya kepada orang-orang tentang apa yang terjadi pada Ibnu Taimiyyah. Maka orang-orang mendatangkan aqidah Ibnu Taimiyyah kepada qodhi Jalaluddin Al-Quzwaini yang pernah dihadapkan kepada ketua qodhi imamuddin. Maka mereka membincangkan masalah ini kepada Raja supaya mengirim surat untuk masalah ini dan raja pun mnyetujuinya.

Kemudian setelah itu Raja memerintahkan syamsuddin Muhammad Al-Muhamadar Ibnuuntuk mendatangi Ibnu Taimiyyah dan ia pun berkata kepada Ibnu Taimiyyah " Raja telah memerintahkanmu untuk pergi esok hari. Maka Ibnu Taimiyyah berangkat ditemani oleh dua Abdullah dan Abdurrahman serta beberapa jama'ahnya.

Sidang keempat :

Maka pada hari ketujuh bulan Syawwal sampailah Ibnu Taimiyyah ke Mesir dan diadakan satu persidangan berikutnya di benteng Kairo di hadapan para qodhi dan para ulama ahli fiqih dari empat madzhab. Kemudian syaikh Syamsuddin bin Adnan Asy-Syafi'I berbicara dan menyebutkan tentang beberapa fasal dari aqidah Ibnu Taimiyyah. Maka Ibnu Taimiyyah memulai pembicaraan dengan pujian kepada Allah Swt dan berbicara dengan pembicaraan yang mengarah pada nasehat bukan pengklarifikasian. Maka dijawa " Wahai syaikh, apa yang kau bicarakan kami telah mengetahuinya dan kami tidak ada hajat atas nasehatmu, kami telah menampilkan pertanyaan padamu maka jawablah ! ". Ibnu Taimiiyah hendak mengulangi pujian kepada Allah, tapi para ulama menyetopnya dan berkata " Jawablah wahai syaikh ". Maka Ibnu Taimiyyah terdiam ". Dan para ulama mengulangi pertanyaan berulang-ulang kali tapi Ibnu Taimiyyah selalu berbeli-belit dalam berbicara. Maka seorang qodhi yang bermadzhab Maliki memerintahkannya untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah di satu ruangan yang ada di benteng tersebut bersama dua saudaranya yang ikut bersamanya itu.

Begitu lamanya ia menetap di penjara dalam benteng tersebut hingga ia wafat dalam penjara pada malam hari tanggal 22, Dzulqo'dah tahun 728 H.

Sejarah ini telah ditulis oleh para ulama di dalam banyak literaul kitab yang mu'tabar di antaranya kitab Ad-Duraru Al-Kaminah karya Ibnu Hajar, kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab karya As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah dan yang lainnya.

Demikian lah sejarah singkat Ibnu Taimiyah seorag figur dari cikal-bakal munculnya ajaran wahhabiyyah dan seorang ulama andalan yang dijadikan rujukan oleh para ulama wahhabi.
Semoga hal ini menjadi renungan bagi para pengikut wahhabi…

Nb : Insya Allah (jika Allah menaqdirkan umur panjang), berikutnya saya akan menulis sejarah lengkapnya Ibnu Taimiyah dan saya tampikan teks surat-surat dari para hakim saat itu dan juga surat dari para ulama besar serta mantan-mantan muridnya yang juga sempat menulis surat nasehat untuk Ibnu Taimiyyah.)

(Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
Sumber: http://ibnu-alkatibiy.blogspot.com/2011/12/kisah-taubatnya-ibnu-taimiyah-di-tangan.html
 

Komentarku ( Mahrus ali):

Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Sejarah ini telah ditulis oleh para ulama di dalam banyak literaul kitab yang mu'tabar di antaranya kitab Ad-Duraru Al-Kaminah karya Ibnu Hajar, kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab karya As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah dan yang lainnya.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Tentang pernyataan Ibn Taimiyah dalam surat itu, telah saya telusuri dalam kitab tsb ternyata tidak ada. Dan ternyata ia dusta belaka, bukan kejujuran, penyesatan bukan pengarahan ke jalan yang lurus. Dan sudah sering sekali bukan sekali atau dua kali, ahli bid`ah dan syirik berdusta dan anti kejujuran untuk mendukung kesalahan ajarannya dan menyalahkan kebenaran ajaran rivalnya. Saya juga menjumpai kisah itu dalam situs Syi`ah yang suka dusta.
Ia sebenarnya telah di jawab dalam situs bahasa arab yang saya belum ada kesempatan untuk menterjemahkannya. Situsnya sbb:

Ini arabnya yang belum saya terjemahkan yang menjawab kedustaan artikel di atas sbb:
عليكم السلام ورحمه الله وبركاته

ملخص ما يقوله الجهمي في ما سوده أعلاه أن شيخ الإسلام رحمه الله انتكس في عام 707 ثم بقي أشعرياً إلى أن مات وقد توفى سنة 728 يعني بقي أكثر من عشرين سنة أشعرياً وأن من قرض من علماء مصر الرد الوافر لابن ناصر الدين الدمشقي –وقد زعم أن هذا الإمام أشعري !- إنما كان بتعليل أنه لم يكن يصر على الباطل ويلمحون لهذه الانتكاسة!!!!

وعلى هذا أقول: أمالك يا هذا حياء يكفيك عن مثل هذه الأكاذيب الواضحة والأباطيل الفاضحة ؟؟؟أما تستحي من الله؟! والله إن هذه المباهتة بإنكار الجليات وجحد المعلومات لا تطفيء نور الحق ولا تنور أبداً دخان الباطل بل يتميز بها المنصف من المتعسف والعارف من الجاهل والصادق من الكاذب وإليك البيان:

المسألة الأولى: زعمه أن ابن تيميه كان أشعرياً من تاريخ 707 هـ إلى أن توفي عام 728 هـ من أوقح الكذب وأعظم السفسطة سواء سلمنا بثبوت هذه الانتكاسة المزعومة في ذلك التأريخ أو لم نسلم لأن ابن تيميه ألف بعد هذا التأريخ كثير من مؤلفاته السلفية فدرء التعارض ألفه ابن تيميه بعد عودته من مصر كما بين هذا بأدلته الصريحة المحقق في مقدمة الكتاب والكتاب أشهر من رأس على علم وقد رد عليه الأشعري كمال الدين بن الشريشي ثم رد عليه ابن تيميه بمصنف على ما ذكره ابن رجب وابن عبد الهادي والذهبي وغيرهم وقد اختصر الكتاب بدر الدين الهكاري القاضي الشافعي واعتمد المحقق الشيخ رشاد رحمه الله على مختصره وعلى تسع نسخ أخرى بعضها مقابل ومصحح.ثم بعده ألف ابن تيميه منهاج السنة وهو من أشهر كتبه السلفية وقد قيلت فيه قصائد معروفة واختصره الذهبي -الذي اختصر المنهاج سنة 720 ينظر المختصر ص31 وفيه إثبات العلو وقيام الأفعال به وغير ذلك مما اختصره الذهبي مقراً له - واختصره كذلك العلامة الإمام ابن عبد الحق البغدادي-على ما يظهر لي ينظر مقدمة منهاج السنة 1/86 فقد رجح خلاف هذا-وغيرهم ونقل منه ابن حجر في الفتح وغيره من أشاعرة وسلفية وفيه بين عقيدته بوضوح وقد قال التقي السبكي قصيدته في هذا الكتاب التي نقلها ابنه كما سيأتي ذكره ، وقد ثبت أنه ألف أيضاً بعد هذا التأريخ القاعدة المراكشية والرد على المنطقيين والنبوات والفرقان بين أولياء الرحمن وأولياء الشيطان والجواب الصحيح والصفدية وشرح الأصبهانية وفي سجنه الأخير ألف تفسير آيات أشكلت.. والرسالة البعلبكية التي قُرأت على المؤلف سنة 718 هـ وعليها إجازته بخطه وفي جامع المسائل والفتاوى عدة تصانيف أخرى ، وغير هذا مما يطول سرده والمنصف يكفيه هذا دون المتعسف ، أبعد هذا يقول من يفهم أنه عاش أشعريا!؟ يالله أين الحياء؟؟

ثم على تقدير عدم ما سبق: ألا يعقل هذا الكذاب الجويهيل كيف لم ينقل عنه صديق ولا صاحب ولا عدو ولا مؤرخ ولا حتى بقال! طوال أكثر من عشرين سنة عاشها بعد ذلك ولا حرف واحد في بيان هذه العقيدة التي اعتنقها !؟بل لم ينقل عنه الأصحاب الملازمين له كابن عبد الهادي وابن القيم وابن المحب وغيرهم إلا الاعتقاد السلفي المعروف، مع شدة الرغبة بالظفر بمثل هذا من قبل أعدائه حتى أنهم زوروا غير مرة عليه أنه تراجع كما ذكر هذا ابن تيميه نفسه!! ألم يقرأ في ترجمته أنه ((ثم إن الشيخ بعد وصوله من مصر إلى دمشق واستقراره بها لم يزل ملازماً للاشتغال والأشغال ونشرالعلم وتصنيف الكتب وإفتاء الناس بالكلام والكتابة المطولة.))إلخ ، فأين كلامه في نصرة التجهم ؟ ، بل يا جهمي أين الحياء؟؟

بل بعض تلامذته السلفيين لم يلتق به ويأخذ عنه أصلاً إلا بعد هذا التأريخ كالحافظ ابن عبد الهادي حيث لازمه خمس سنوات كاملة وأخذ منه بعد هذا التأريخ وقد ألف ابن عبد الهادي في العقيدة السلفية ونصرتها أمثال الكلام على الاستواء وغيرها.

بل وجدت أن ابن القيم ما التقى بشيخ الإسلام إلا عام 712 هـ-وعمره حوالي 21 سنة- وهي السنة التي عاد فيها شيخ الإسلام من مصر إلى دمشق –ينظر مقدمة اجتماع الجيوش ص23-واستمر اللقاء بينهما إلى سنة 728 هـ وهي السنة التي توفى فيها ابن تيمية -أي لمدة سبعة عشر عاماً!- ، أفيقول عاقل يعرف كلام ابن القيم وكتبه ومنهجه وموقفه من الأشعرية أن شيخه ابن تيمية كان آنذاك أشعرياً ؟؟ لا والله لا يقوله إلا فاجر قد خلع جلباب الحياء ورماه تحت قدميه!

ألا يعلم ماذا قال ابن القيم في النونية عن تأثير شيخه عليه وكيف دله على طريق الحق؟

بل كيف يبقى هؤلاء التلاميذ كابن القيم أو ابن المحب أو ابن شيخ الحزامين وغيرهم وهم سلفية معروفون بل هم من ألد أعداء الأشاعرة أقول: كيف بقى هؤلاء يأخذون منه طوال هذه السنين بعد هذا التأريخ ولا يزالون على مدحه وحبه إن كان قد أصبح جهمياً أشعرياً؟؟؟؟ بل لم يذكر أحد منهم شيء في هذا بل نقلوا عنه ضد ذلك من إثبات الصفات إلخ مما يناقض عقيدة الجهمية .

بل لم يقل بهذه الكذبة القبيحة حتى ألد أعدائه وهو تقي الدين السبكي الذي يقول بعد وفاة ابن تيميه كما ينقل ابنه في طبقاته الكبرى:

( ولابن تيمية رد عليه-يعني المنهاج - وفى % بمقصد الرد واستيفاء أضربه )
( لكنه خلط الحق المبين بما % يوشبه كدرا في صفو مشربه )
( يخالط الحشو أنى كان فهو له % حثيث سير بشرق أو بمغربه )
( يرى حوادث لا مبدا لأولها % في الله سبحانه عما يظن به )
( لو كان حيا يرى قولي ويفهمه % رددت ما قال أقفو إثر سبسبه )
( كما رددت عليه في الطلاق وفي % ترك الزيارة ردا غير مشتبه )

فتأمل قوله في ابن تيميه أنه يرى حوادث إلخ وأنه يخالط الحشو أنى كان ، أفإن كان ابن تيميه رجع عن الحق إلى الأشعرية أفيقول هذا عنه التقي السبكي؟؟ أفلا اعتذر عنه ؟ حاشى التقي السبكي من فجورٍ في الكذب لا يقول به إلا من أوغل في الحماقة والتهور والله المستعان.

المسألة الثانية: زعمه أن اعتراض من اعترض على تكفير ابن تيميه فيما نقل ابن ناصر الدين الدمشقي –وقد زعم أن هذا الإمام أشعري !!-في الرد الوافر من علماء مصر إنما كان بتعليل أنه لم يكن يصر على الباطل وألمحوا لهذه الانتكاسة!!!! ثم قال المباهت: وهذا هو الحق!!

فأقول: تبين لي تماماً أن هذا الجهمي قد خلع جلباب الحياء بالمرة ، وهو لم يستفد والله بكذبه المفضوح هذا إلا أن يعلم الناس أنه كذاب!! بيانه :

1- أن الجهمي هنا يحاول بمثل هذه الدعاوى المعلومة الفساد أن ينسب كذبته القبيحة إلى أحد من هؤلاء الأئمة الأعلام ولكن لم يفلح بذكر نص واحد صريح منهم وحاشا أحد منهم أن يقول بما لا يقول به مسفسط! وأتحداه أن يذكر عن أحد من هؤلاء العلماء أنه نص على كذبته القبيحة نصاً صريحاً وهي أن ابن تيميه كان أشعرياً منذ 707 للهجرة وحتى مات ولذلك مدحه!! .
Artikel Terkait

3 komentar:

  1. jadi kesimpulannya , Ibnu Taimiyah itu termasuk ulama ahlusunnah atau tidak..dan apa beliau itu benar sesat..?soalnya selama ini saya tidak anggap beliau menyimpang..wallohu ta'ala 'alam..
    jazakalloh khoir..

    BalasHapus
  2. UNtuk Rohmat D. Prasetyo
    Ya benar, Ibn Taimiyah tidak menyimpang

    BalasHapus
  3. Bongkar semua Subhat subhat para abwaja yg ngaku aswaja ustad dan syi'ah

    semoga Allah menjaga ustad amin

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan