Sabtu, Desember 15, 2012

Mbah Ma'shum yang Mberkai





Ada cerita dari Ulil Hadrawi tentang almarhum Mbah Ma'shum (Kiai Haji Ma'shum Lasem). Suatu hari, ketika Mbah Ma'shum mengajar bertanya pada para santrinya.

"Paham belum? Ada pertanyaan tidak?" tanya Mbah Ma'shum, ayahanda dari almarhum Kiai Ali Makshum Krapyak.

Semua santri diam saja. Tapi tiba-tiba, ada seorang santri di pojok belakang mengacungkan tangan.

"Kulo Mbah.." kata santri
"Kulo Sinten?" tanya Mbah Ma'shum.
"Ma'shum.." jawab santri.
"Ma'shum sinten?" Mbah Ma'shum mulai penasaran.
"Ma'shum Lasem.." jawab santri dengan santai.

Suasana pengajian menjadi tegang. Ada seorang santri berani-berani mengaku bernama Ma'shum di depan pemilik nama sebenarnya. Tak ada santri yang berani bergeser dari tempat duduknya, apalagi tertawa, tidak ada seorang pun. Mbah Ma'shum juga hanya diam.

Namun, sorang santri yang duduk di depan mendengar Mbah Ma'shum berdoa pelan-pelan, dengan bahasa Jawa, "Semoga jadi orang Saleh, ilmunya bermanfaat."

Di kemudian hari, doa Mbah Ma'shum Lasem terbukti, seorang santri yang didoakan itu jadi kiai yang disegani dan ahli fiqih. Santri tersebut bernama Kiai Haji Imron Hamzah, almarhum. (Hamzah Sahal)
Komentar(2 komentar)
Kamis, 29/11/2012 16:29
Nama: Muhammad Bashri
meniru sang guru
sang guru bisa ditiru sang murid bisa memburu sikap dan prilaku ilmu sang guru
Kamis, 22/11/2012 15:17
Nama: achmad syairofy
subhanallah.....
subhanallah....

Komentarku ( Mahrus ali): 
Baca lagi artikel dibawah ini:

kH. Imron Hamzah

Achmad Fahrizal Zulfani Al Hanif 
LAHIR di Desa Ngelom, Kecamatan Taman Sidoarjo, 17 Agustus 1938. Kiai yang sekarang menjadi Rois Syuriah PBNU ini adalah anak kedelapan dari sebelas bersaudara. Lahir dari pasangan Kiai Chamzah Ismail dan Nyai Muchsinah. Semasa hidup, sebagian besar waktunya lebih dikonsentrasikan untuk kepentingan umat dengan dakwah.
Ketika umur 9 tahun (1946), Imron yang masih darah biru keturunan Mas Karebet atau Joko Tingkir itu, dikirim ke PP Tebuireng Jombang, bersama kakak tuanya KHM Rifa’i. Dari pesantren asuhan KHM Hasyim Asyari ini, Imron pindah ke PP Buntet Cirebon.
Setelah tiga tahun, pindah lagi ke PP Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang hingga 1954. Dari Jombang berguru kepada Mbah Maksum di PP Al Hidayah Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Dari situ pindah-pindah lagi ke Salatiga dan Krapyak Yogyakarta.
Semenjak masih mondok, Imron sudah aktif berorganisasi. Mulai mencuat namanya pada tahun 1952, menjadi anggota pleno GP Ansor Cabang Jombang. Tahun 1954, menjadi pengurus IPNU Cabang Jombang. Ketika di Lasem (1959), kiai yang tak dikaruniai anak ini menjadi pengurus cabang NU Lasem. Tahun 1962-1965 naik ke puncak menjadi ketua. Pada tahun terakhir di Lasem ini meletus pembernatakan G 30 S/PKI, Kiai Imron tampil sebagai wakil komandan penumpasan PKI.
Setelah pulang ke Ngelom, 1967, masuk di bagian penerangan PERTANU Wilayah Jatim. Tahun itu juga, menjadi ketua Departemen Penerangan GP Ansor Jatim. Tahun 1967-1982 sebagai Katib Syuriyah NU Jatim, yakni saat KH Machrus Ali menjadi Rais.
Saat NU menjadi partai politik, maka jabatan yang disandang Kiai Imron adalah jabatan politik. Untuk itu, pada tahun 1971-1982 menjadi anggota DPRD Tingkat I Jatim, 1973-1986 wakil ketua PPP Wilayah Jatim (Ketuanya KHM Hasyim Latif), 1982-1987 wakil ketua DPRD Tingkat I Jatim, 1989-1994 Sekjen PP RMI. Dua kali menjadi anggota MPR-RI utusan Daerah Jatim, masa jabatan 1987-1992 dan 1992-1997.
Suami Hj Churiyah ini juga pernah menjabat Rois Syuriyah PWNU Jatim selama dua periode 1992-1997 dan 1997-2002. Saat itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim dipegang KH A Hasyim Muzadi. Hanya saja, amanah periode kedua ini tidak bisa tuntas, karena Kiai Imron dipercaya menjadi Rois Syuriah PBNU periode 1999-2004 berdasarkan keputusan Muktamar Lirboyo. (hel - Duta Masyarakat Baru 23 Mei 2000)
 

Sumber: http://zulfanioey.blogspot.com/2010/12/kh-imron-hamzah.html


Komentarku ( Mahrus ali): 

Setahu saya, orang yang fanatik kepada golongan bukanlah orang saleh dan ilmunya tidak bermanfaat tapi berbahaya kepada umat. Sebab umat ingin kebenaran, sedang orang yang fanatisme golongan memberikan keterangan yang bermanfaat kepada golongannya dan berbahaya kepada golongan lain dan Islam. Ahirnya keterangannya adalah kesalahan yang berbau golongan bukan kebenaran yang islami. Orang yang fanatik kepada golongan terancam dengan ayat:

 

وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(31)مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ(32)

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.  Surat Rum 31-32

Klik lagi disini:

Dan kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan