Senin, Desember 24, 2012

Jawabanku untuk gus Sholah



Meluruskan Gus Sholah yang Bolehkan Ucapkan Selamat Natal

Oleh: Ust. Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada keimanan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shabatnya.
Pernyataan nyeleneh datang lagi dari keluarga besar mendiang Gusdur. Sholahuddin Wahid yang lebih akrab dipanggil Gus Sholah - Adik Gus Dur yang kini mengelola Pondok Pesantren Tebuireng- mengatakan, umat Islam sah-sah saja mengucapkan Natal kepada umat Kristiani. Pasalnya, tidak ada dasar yang melarang Muslim mengucapkan natal.
"Mengucapkan Natal adalah bentuk ungkapan saling menghormati antarpemeluk agama," kata Gus Sholah kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (20/12/2012).
Menurutnya, saling mengucapkan selamat itu bagian kehidupan sosial dan tak masuk dalam ranah ritual peribadatan. "Itu masalah muamalah (hubungan antar manusia)," katanya.
Gus Sholah melakukan pembenaran terhadap kesimpulannya yang berlawanan dengan fatwa para ulama lainnya dengan alasan, "Aspek sosial tidak pernah melarang Muslim mengucapkan Natal. Saya sendiri juga mengucapkan Natal." (Kompas.com, , Kamis, 20/12/2012).
Padahal kebenaran tidak diukur dengan Gus Sholah, tapi Gus Sholah yang diukur dengan kebenaran. Jika tidak sesuai dengannya maka berarti ia salah. Jika diperhatikan, ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani menunjukkan tidak adanya pengingkaran terhadap keyakinan batil mereka. Di dalam ucapan ini juga terdapat pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridha terhadapnya walaupun dia sendiri tidak ridha kekufuran itu bagi dirinya. Silahkan baca tulisan kami sebelumnya: Inilah Alasan Haramnya Mengucapkan Selamat Natal.
Selanjutkan kami akan berikan tambahan bantahan dan pelurusan terhadap pernyataannya yang nyeleneh tersebut yang bukan hanya bagian kehidupan sosial dan masalah muamalah (hubungan antar manusia).
. . . ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani menunjukkan tidak adanya pengingkaran terhadap keyakinan batil mereka. Di dalam ucapan ini juga terdapat pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridha terhadapnya walaupun dia sendiri tidak ridha kekufuran itu bagi dirinya. . . .
Prinsip Akidah Islam Dalam Surat Al-Ikhlas
Mayoritas kaum muslimin pastinya hafal surat Al-Ikhlas, pastinya juga Cendekiawan Muslim Sholahuddin Wahid. Karena suratnya sangat pendek dan sedikit. Namun di dalamnya terkandung fadhilah/keutamaan yang luar biasa. Yaitu menyamai sepertiga Al-Qur'an sebagaimana yang tercantum dalam Shahihain. Maksudnya, pahala membaca surat al-Ikhlas adalah seperti membaca sepertiga Al-Qur'an.
Kenapa demikian? Karena Al-Qur'an berisi tiga bagian: Sepertiganya membicarakan hukum, sepertiga kedua tentang janji dan ancaman, dan sepertiga terakhir menjelaskan tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Sementara surat Al-Ikhlas mengumpulkan bagian seperti terahir. (Lihat: Majmu' al-Fatawa, Ibnu Taimiyah: 17/103)
Surat al-Ikhlas juga menjadi bagian Al-Qur'an yang rutin dizikirkan sesudah shalat. Bahkan sesudah shalat Shubuh dan Maghrib dibaca tiga kali. Karena inilah wajar sekali kalau setiap muslim menghafalnya. Bahkan tidak sedikit murid-murid TK yang sudah menghafalnya.
Surat Al-Ikhlas mengandung prinsip-prinsip pokok dalam akidah Islam. Di mana setiap muslim wajib meyakininya, dan tak boleh ia jahil terhadapnya. Yaitu, bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa. Tidak ada Tuhan yang sesungguhnya (haq) kecuali hanya Dia semata. Dia tidak beranak dan Tidak diperanakkan. Dan tak ada seorangpun yang sebanding/setara dengan Dia.
Siapapun yang tidak memiliki keyakinan semacam ini, atau ragu dengannya maka dia keluar dari Islam (menjadi kafir). Seperti orang yang meyakini bahwa Nabi Isa (Jesus,-dalam Istilah Kristen) adalah anak Allah, satu dari tiga oknum tuhan, atau Allah itu sendiri.
Allah Ta'ala berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga"." (QS. Al-Maidah: 73)
Al-Qur'an menyebutkan tentang dialog antara Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Nabi Isa 'Alaihis Salam tentang pengklaiman umatnya, ia sebagai anak Allah.
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.  Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)-nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (QS. Al-Maidah: 116-117)
Allah sangat murka dengan tuduhan bahwa ia menjadikan anak untuk-Nya. Bahkan langitpun hampir pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh karena ucapan yang munkar ini.
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-95)
Karenanya seorang muslim wajib memiliki sikap tegas dan jelas kepada mereka yang menuduh Allah punya anak. Ia berbara' (berlepas diri) dari mereka atas keyakinan batil ini. Karena keyakinan ini sangat-sangat menyakiti Allah Ta'ala dan membuat Dia murka. Disebutkan dalam sebuah hadits Shahih, "Tak seorangpun yang lebih sabar daripada Allah saat mendengar sesuatu yang menyakitinya. Mereka membuat anak untuk Allah, padahal Allah-lah yang memberi mereka rizki dan kesehatan kepada mereka." (HR. al-Bukhari)
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Allah menyebut tindakan mengklaim Allah punya anak sebagai tindakan mencela Allah. Karena, jika Allah memiliki anak berarti Allah butuh kepada selain-Nya dan pastinya ada Tuhan selain Diri-Nya karena seorang anak itu pasti mewarisi sifat dari orang tuanya.
Sikap tegas ini telah Allah perintahkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan umatnya, yaitu agar mengajak mereka keluar dari keyakinan batil ini, lalu menuhankan Allah semata.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. Ali Imran: 64)
. . . seorang muslim wajib memiliki sikap tegas dan jelas kepada mereka yang menuduh Allah punya anak. Ia berbara' (berlepas diri) dari mereka atas keyakinan batil ini. Karena keyakinan ini sangat-sangat menyakiti Allah Ta'ala dan membuat Dia murka. . .
Namun sayang, apa yang diserukan Gus Sholah tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an untuk memperingatkan umat Nasrani akan keyakinan sesat mereka dan mengajak mereka untuk kembali kepada kayakinan yang lurus. Tapi sebaliknya, ia malah menunjukkan persetujuannya terhadap keyakinan batil tersebut dengan mengucapkan selamat Natal. Yang menunjukkan pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridha terhadapnya.  Sehingga tidak mungkin dengan sikap ini, umat nasrani meninggalkan kekufuran dan kesesatan yang mereka berada di atasnya. [PurWD/voa-islam.com]
Komentarku ( Mahrus ali): 
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Menurutnya, saling mengucapkan selamat itu bagian kehidupan sosial dan tak masuk dalam ranah ritual peribadatan. "Itu masalah muamalah (hubungan antar manusia)," katanya
Komentarku ( Mahrus ali): 
Menyampaikan salam itu ternasuk bagian ibadah yang di tuntun oleh ayat sebagaimana  berikut.
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.[1]
Malaikat juga membaca salam untuk penghuni surga sebagaimana ayat :
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".[2]
Jadi membaca salam, mengucapkan selamat ( tuntunannya : Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh)  itu diperintahkan oleh Allah bukan setan. Ia tidak di senangi oleh kalangan ahli bid`ah. Lalu ahli bid`ah berkata: Apakah ada larangannya tidak membacanya. Memang manusia itu suka membantah sebagaimana ayat:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ وَكَانَ الْإِنسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلاً ﴿٥٤﴾
054. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Al kahfi.
Terus apakah ada dasar .yang memperbolehkan mengucapkan selamat natal, atau memerintahkannya. Bila  tidak ada, maka apakah ada para sahabat dan ulama  yang dulu mengucapkan selamat hari natal. Bila tidak ada, mengapa anda tidak diam saja, mengapa anda berani memperbolehkannya tanpa dalil. Anda jangan nentang ayat sbb:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
               Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui dalilnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Al isra` 36 ).
Klik lagi disini:
 Pergilah ke blog kedua http://www.mantankyainu2.blogspot.com/
Dan kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.


[1] Annisa` 86
[2] Zumar 73
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Mari belajar yang tersirat dari yang tersurat, semoga Allah memberi petunjuk bagi kita semua... Amiiin

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan