Senin, Desember 24, 2012

Allah – Allah al-Madad






الله الله المَدَدْ   
Allah – Allah al-Madad
Minta bantuan kepada Allah
Kasidah ini pernah saya dengar pada saat walimah melangsungkan pernikahan putri seorang Kiai didesa saya, dengan alunan suara yang merdu dari seorang wanita. Yang dapat membangkitkan syahwat laki-laki yang mendengarkannya, dan orang awampun tidak mengerti arti syair yang dilantunkan karena kemerduan suara sang pelantun mereka semua terbuai  Saya juga melihat orang syi`ah India mengenakan sorban hitam dengan tasbih di tangan,  lalu tangan kanan di angkat  ketika  bilang  al madad  ya rasulullah  dan tangan kiri di angkat ketika bilang al madad ya habiballah.  Dia duduk  dengan  mengalungkan selindang hitam  di lehernya,   di kelilingi bunga dan di iringi dengan pukulan terbang,  ketimpung dll.  Jadi enak kedengarannya,   anehnya dia tidak mengerti kalimat tsb adalah kesyirikan.
Biasanya orang syiah membawa mikropon di jalan dan salon yang di bawa  oleh beberapa lelaki lalu melantunkan al madad maulana raza  - salah satu nama nabi.  Saya melihat orang yang melantunkan berwajah tampan,  hidung mancung,  berewok layaknya orang India,  persi,  pakaistan dan afghanistan,  matanya tajam dengan memukul dadanya .  Dan kaum lelaki dan perempuan di belakangnya juga ikut memukul – mukul dadanya dengan  tangan kanan,   atau kiri.  Tangan kanan di pukulkan ke dada  kiri dan tangan kiri di pukulkan ke dada yang kanan.  Saya lihat di antara mereka tiada yang bergurau,  mereka rupanya serius dan melantunklan al madad itu dengan berjalan perlahan bersama orang banyak,   entah menuju kemana …….., hanya Allah yang tahu.  Ada  perempuan yang mengenakan abayah sepertinya  wanita – wanita Iran yang juga ikut menyanyikan al madad  yang di pimpin oleh seorang lelaki  yang tidak mengenakan   kopyah itu.  Anehnya seolah  mereka  itu ikut hadis hatinya dalam ritual  tsb.  Saya dengar  di kalangan  wanitanya ada yang menangis.  

الله الله المَدَدْ يَارَسُوْلَ الله     يَاعَطِيْمَ الْجَاهِ عَلَيْكَ صَلَوَاتُ الله
Allah, Allah, aku  mohon bantuan dari mu wahai Rasulullah! Wahai orang yang berkedudukan agung, hanya untukmu shalawat Allah.
Keterangan: Kalimat tersebut syirik karena minta–minta kepada Rasulullah SAW, tidak minta kepada AllahI. Komisi Fatwa dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia menyatakan:
فَكُلُّ مَنْ غَلاَ فِي نَبِيٍّ أَوْ رَجُلٍ صَالِحٍ أَوْ وَلِيٍّ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ وَظَنَّ فِيْهِ نَوْعًا مِنَ الْإِ لاَهَِِّيةِ مِثْلُ أَنْ يَقُوْلَ : يَا فُلاَنْ اِشْفِنِي أَوْ انْصُرْنِي أَوْ اُرْزُقْنِي أَوْ أَغِنْنِي وَنَحْوِ ذَلِكَ فَإِنَّ هَذاَ شِرْكٌ وَضَلاَلٌ يُسْتَتَابُ صَاحِبُهُ فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ.
“Setiap orang yang berbuat berlebihan terhadap nabi SAW, lelaki shalih, kepada seorang wali dari wali-wali yang ada, lalu mengira mereka punya sebagian sifat ketuhanan seperti dengan berkata: Wahai Fulan…sembuhkan aku! Tolonglah aku! Berilah rezeki kepadaku! Atau kayakanlah aku. Semua itu termasuk syirik dan kesesatan. Pelakunya diberi kesempatan untuk bertobat bila mau bertobat. Bila enggan dihukum mati.”[1]

Penyair berkata lagi:

عَبْدٌ بِاْليَابِ يَرْتَجِي لَثْمَ الْاَعْتَاب  جُدْ بِالْجَوَابْ مَرْحَبًا قَدْ قَبِلْنَا
Seorang hamba di muka pintu berharap…………... berilah jawaban kami : Selamat datang, sungguh kami telah menerima.
Keterangan: Permohonan pada Rasulullah e seperti itu tiada dalilnya dan tidak dilakukan oleh para sahabat.
أَنْتَ الْمَعْرُوفْ بِالْجُوْدِ مُقْرِي الضُّيُوفْ  إِنِّي مَلْهُوفْ أَغِثْنِي بِحَقِّ الله
Engkau terkenal  dermawan, suka menjamu tamu – tamu.  Sesungguhnya aku sedih, berilah pertolongan kepadaku wahai rasulullah! dengan hak Allah.
Keterangan:  Kalimat dalam syair tersebut syirik karena tidak minta kepada Allah SWT. tapi meminta/berdoa kepada sesama makhluk yaitu Rasulullah SAW. Bukankah Rasulullah SAW  telah meninggal dunia dan berbaring di bawah pusara? Mengapa justru diganggu dengan meminta/berdoa kepadanya. Mengapa tidak langsung minta kepada Allah SWT, apakah dikira  Allah SWT. tidak mampu mengabulkan secara langsung? 

أَنْتَ الْحَبِيْبُ الْاَعْظَمْ سِرُّ الْمُجِيْبْ   حَاشَا يَخِيْبُ مَنْ ذاَ بِرَسُوْلِ الله
Engkau adalah kekasih yang paling agung, rahasia Allah yang Maha Mengabulkan doa.[2] Tidak mungkin sia – sia orang yang berlindung kepada Rasulullah SAW.
Keterangan: Berlindung kepada Rasulullah SAW  juga tidak ada perintahnya baik dari ayat atau hadits, bahkan dilarang. Kesyirikan sedemikian persis dengan syair sebagai berikut:
يَاأَكْرَمَ الخَلْقِ مَالِي مَنْ أَلُوْذُ بِهِ          سِوَاكَ عِنْدَ حُلُولِ الحاَدِثِ العَمِمِ
        
Wahai makhluk termulia, aku tidak memiliki perlindungan kecuali kepadamu ketika  bahaya  melanda.
Bukan saya saja yang mengatakan syirik dalam syair tersebut, dalil dari Al-qur’an & As-sunnah dan didukung oleh fatwa-fatwa para Ulama di seluruh dunia,
Komisi Fatwa dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia menyatakan:  Kasidah itu termasuk syirik besar. Rasulullah SAW sendiri diperintahkan bertawakkal kepada Allah sebagaimana  tersebut dalam ayat:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”[3]

ذَا وَقَلْبِي وَامْنَحْهُ سِرَّ الْقُرْبِ  وَأَجْلِ كُرْبِي وَأَلْحِقْنِي بِأَهْلِ الله
Inilah hatiku, berilah rahasia pendekatan, lenyapkan kesedihanku, dan kumpulkan aku dengan ahlullah.
Bagaimana mungkin akal yang sehat dapat berkata semacam itu, bahkan Rasulullah saw sendiri tidak akan ridha dengan ucapan umatnya semacam itu, Beliau sendiri mengalami berbagai cobaan dan kesedihan saat paman satu-satunya yang membela dan melindungginya telah pulang kehadirat-Nya. Beliau tidak bisa menghilangkan kesedihan hatinya sendiri.
Keterangan: Kasidah tersebut juga syirik karena minta kepada Rasulullah SAW untuk menghilangkan kesedihan. Padahal Rasulullah SAW telah mengajari doa selamat dari duka dan nestapa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari  kesedihan dan kedukaan, aku berlindung dengan-Mu dari  lemah dan malas  dan aku berlindung dengan-Mu dari takut dan  bakhil  dan aku berlindung dengan-Mu dari banyak utang dan tekanan orang lain.”[4]
Dalam suatu ayat suci, Allah SWT. menjelaskan bahwa Dialah yang melenyapkan kesedihan dan kesusahan Nabi Musa p. Bunyi ayatnya sebagai berikut:
فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَامُوسَى
“Lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Mad-yan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.”
Komisi tetap fatwa dan irsyad kerajaan Saudi menyatakan:

وَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يَدْعُوَ الْإِنْسَانُ اْلأَمْوَاتَ؛ لِجَلْبِ مَنْفَعَةٍ أَوْ دَفْعِ مَضَرَّةٍ، بَلْ دُعَاؤُهُمْ وَالْاِسْتِغَاثَةُ بِهِمْ شِرْكٌ أَكْبَر يَخْرُجُ عَنْ مِلَّةِ اْلإِسْلاَمِ، والعياذ بالله.
Seseorang tidak boleh meminta/berdoa kepada mayat- mayat agar mendapat  manfaat atau menolak bahaya. Bahkan meminta/berdoa kepada mereka atau minta tolong kepada mereka adalah syirik besar yang  mengeluarkannya dari Islam.[5]

صَاحِبُ الْحَضْرَةْ أَكْرِمْنَا مِنْكَ بِنَضْرَة   يَاأَبَا الزَّهْرَاء وَالْقَاسِمْ وَعَبْدَ الله
Wahai Muhammad yang punya hadirat Allah, berilah kami kecerahan wajah, yakni kelak di akhirat, wahai Abuz Zahra`,[6] Abul Qasim dan Abu Abdillah.[7]
Keterangan: Kasidah tersebut syirik karena meminta/berdoa kepada orang mati. Allah berfirman:
..
“Dan orang - orang yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri."[8]
Jadi berdoa kepada mayat sekalipun mayat nabi atau Rasulullah SAW merupakan hal yang sia–sia belaka. Bila perbuatan itu benar, mesti ada sahabat yang melakukannya. Berhubung mereka tidak pernah menjalankannya, berarti Rasulullah SAW tidak memerintahkan hal seperti itu. Mereka hanya berdoa langsung kepada Allah SWT, Allah SWT. juga berfirman:
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."[9]
Sang penyair berkata lagi:
أَنْتَ الْحَبِيْبْ بِذِكْرِكْ قَلْبِي يَطِيبْ  حَاشَا يَخِيْبْ مَنْ لَاذَ بِرَسُوْلِ الله
Engkau adalah kekasih. dengan menyebutmu hatiku senang. Tidak mungkin orang yang berlindung dengan Rasulullah SAW  akan sia – sia.
Komentar: Kasidah terakhir ini juga syirik dan merusak akidah. Ia mirip syiriknya dengan kasidah waktu maqom sebagai berikut:
ياَغِياَثِي يَامَلاَذِي     فِى مُلِماَّتِ الأُمُورِ
Wahai penolongku  dan pelindungku dalam keadaan bahaya.


صََلُّوا مَعَنَا يَا إِخْوَانِ عَلىَ اْلعَدْنَانِ   بِالْاَمَانِ دَائِمَا مَعَ أَهْلِ الله
Bacalah shalawat bersama kami wahai saudara – saudaraku untuk Al-Adnan dengan selalu aman bersama ahlullah.[10]

Tiada satu pun hadits sahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW  dari keturunan Al-Adnan. Hanya Imam Bukhari yang menyebut datuk  Rasulullah SAW  ada yang bernama Adnan sebagai berikut:
بَاب مَبْعَثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنَافِ بْنِ قُصَيِّ بْنِ كِلَابِ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعبِ بْنِ لؤَيِّ بْنِ غالِبِ بْنِ فِهْرِ بْنِ مَالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ مُدْرِكَةَ بْنِ إِلْيَاسَ بْنِ مُضَرَ بْنِ نِزَارِ بْنِ مَعَدِّ بْنِ عَدْنَانَ
Bab: Nabi SAW  diutus, beliau bernama Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadhar bin Kinanah bin Huzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[11]

Jadi tentang keabsahannya wallahu a`lam sebab Rasulullah SAW sendiri tidak bilang bahwa beliau dari keturunan Adnan. Seluruh hadits yang menyatakan begitu lemah adanya.
Ada hadits :
Dari Aisyah Ra. berkata :
«استقامَ نَسَبُ النّاسِ إِلى معدِّ بنِ عدنانَ ».
Nasab manusia lurus sampai Ma`ad bin Adnan.[12]











[1]  Komisi Fatwa dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia dalam bab Nasehat penting dan umum.

[2] Tidak ada sahabat atau ulama salaf dahulu yang memuja  seperti itu.
[3] Surat al-Syu`ara`:217.
[4] Shahih al-Bukhari juz 4 no. 2736, 5109, 6002, dan 6008.
[5] Komisi Fatwa dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia nomor 6154.
[6]  Tiada hadits yang menjelaskan bahwa Fathimah punya  gelar al-Zahra` dan Fathimah sendiri tidak tahu gelar itu, para sahabat belum pernah memanggil Fathimah dengan gelar tersebut.
[7]   Tentang panggilan kepada Rasulullah Muhammad r, Allah berfirman:
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (Al-Nur:63)
Al-Dhahak membawakan penafsiran Ibnu Abbas a tentang ayat tersebut, “Mereka dahulu memanggil dengan “wahai Muhammad”, “wahai Abu Qasim”, kemudian Allah melarang mereka memanggil dengan cara tersebut untuk menghormati Nabi-Nya r. Kemudian mereka memanggil dengan sebutan “wahai Nabi Allah”, “wahai Rasulullah”.” Demikian pula perkataan Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah, dan Malik v. Hal ini demi untuk menghormati, memuliakan dan mengagungkan Nabi-Nya r”. Periksa dalam Tafsir al-Quran al-‘Azhim  (III/307) [Abu al-Fida, Ismail bin Umar bin Katsir al-Dimasyqi. Tafsir al-Quran al-Azhim. (Beirut: Daru al-Fikr. 1401H.)]Editor.
[8] Surat al-A`raf :197.
[9] Surat al-An`am:63.
[10] Kami kutip kasidah – kasidah di atas dari buku Kumpulan qosidah terpopuler abad ini, hal 16
[11] Shafiyurrahman bin Mubarakfuri, penulis kitab tarikh Al-Rahiq al-Makhtum, menyebutkan bahwa garis keturunan Rasulullah Muhammad r dipilahkan menjadi 3. Pertama rantai dari Muhammad hingga Adnan, kedua dari Adnan hingga Surat Ibrahim:, dan ketiga dari Surat Ibrahim: hingga Adam. Yang pertama merupakan rantai nasab yang disepakati oleh para muarrikh (ulama ahli sejarah) dan ahli nasab. Yang kedua terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, sementara yang ketiga lebih banyak lagi perbedaannya di samping juga sumbernya banyak yang diambil dari berita ahli kitab (Israiliyat). Mata rantai garis keturunan yang pertama adalah: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muththalib (namanya Syaibah) bin Hasyim (namanya ‘Amr) bin ‘Abdul Manaf (namanya al-Mughirah) bin Qushai (alias Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka‘b bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr (alias Quraisy and whose tribe was called after him) bin Malik bin al-Nadhar (alias Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (namanya ‘Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‘ad bin ‘Adnan. Editor.

[12] Riwayat Thabrani, namun sanadnya terdapat Ibnu Ishaq yang suka mengada–ada hadits. Majmauz Zawaid 458/1.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan