Minggu, Oktober 14, 2012

SYEIKH IBNU HAZAM ADH-DHAHIRI MENYIKAPI SYIAH




Penulis: Pejuang Islam [ 12/10/2012 ]

SYEIKH IBNU HAZAM ADH-DHAHIRI MENYIKAPI SYIAH

Luthfi Bashori

Di dalam kitab Almilal wan nihal yang dikarang oleh Al-Imam Syahrastani (wafat 548 H, dalam usia 70 tahun) disebutkan tentang bagaimana pandangan ilmiah Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri dalam menyikapi ajaran Syiah Imamiyah (yang sekarang, sekte ini berusaha dikembangkan di Indonesia oleh para alumni Iran).

Bermula di saat kaum Nasrani menuduh, bahwa umat Islam juga telah merubah ayat-ayat kitab suci Alquran, maka Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri menjawab tuduhan kaum Nasrani itu sebagai berikut:

Tuduhan mereka, yakni kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa golongan Islam Syiah juga merubah kitab suci Alquran, maka kami jawab : Sesungguhnya golongan Rafidhah (Syiah Imamiyah) ini bukanlah bagian kaum muslimin.

Karena golongan Syiah Imamiyah ini muncul pertama kali setelah dua puluh lima tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. Syiah Rafidhah ini adalah golongan yang mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nasrani dalam melakukan kebohongan dan kekafiran. (Almilal wan nihal, 2/65).

Ternyata pandangan ulama terdahulu pun tidak berbeda dalam menilai kesesatan sekte Syiah Imamiyah ini dengan pendapat ulama pakar aqidah dewasa ini dalam menerangankan perbedaan prinsip ajaran agama Syiah dengan ajaran agama Islam.

Para pakar ulama Ahlus sunnah wal jamaah juga menghukumi kaum Syiah Imamiyah sebagai golongan di luar Islam, pandangan ini sama halnya terhadap kaum Ahmadiyah yang juga dihukumi termasuk agama lain di luar Islam.

Coba perhatikan kelanjutan pandangan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri:

Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang terdahulu maupun yang sekarang, ialah mereka meyakini bahwa Alquran itu sesungguhnya telah diubah. Sedangkan orang yang mengatakan bahwa Alquran itu itu telah berubah, maka ia benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW. (Almilal wan nihal, 4/139).

Pernyataan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri ini sangat jelas dan tegas, karena beliau adalah seorang yang benar-benar alim dan benar-benar menguasai ilmu agama Islam khususnya dalam bidang aqidah dengan baik dan benar.

Kenyataan ini sangat kontras dengan pandangan tokoh-tokoh Indonesia yang kini sering tampil di depan publik dengan mengatasnamakan Islam, namun mereka mati-matian membela kepentingan Syiah Imamiyah di Indonesia bahkan berani menyatakan bahwa Syiah Imamiyah itu masih tergolong Islam.

Pernyataan tokoh-tokoh semacam ini jelas-jelas menandakan kedangkalan ilmu agama mereka semata. Repotnya, mereka sudah terlanjur dianggap sebagai tokoh Islam oleh masyarakat awwam, bahkan secara terang-terangan tokoh-tokoh publik semacam ini berani membela ajaran sesat Syiah Imamiyah itu tanpa rasa takut sedikit pun kepada Allah.

Di Indonesia ini memang aneh, seringkali terjadi, ada seseorang yang tiba-tiba mendapat gelar sebagai ulama, sekalipun dirinya sama sekali tidak menguasai ilmu agama Islam. Sebut saja jika ada orang yang benar-benar menjadi aktifis di sebuah organisasi berlabel Islam, lantas karirnya menanjak karena keaktifannya dalam keorganisasian itu, sekalipun dirinya tidak pernah belajar ilmu agama, maka di saat namanya sering muncul di media massa atas nama organisasi Islam,  masyarakat awwam akan menggolongkan orang semacam ini sebagai ulama. Entah itu dipanggil Kiai, Gus, atau Ustadz, maupun panggilan lainnya yang berkonotasi sebagai ulama.

Demikian juga jika ada pejabat pemerintah yang sering tampil di depan umum, lantas berbicara agama, sekalipun dirinya sama sekali tidak mengerti ilmu agama selain hanya kulitnya saja, maka kalangan awwam sering terpanah oleh ulasannya sekalipun bertentangan dengan kaedah agama. Sayangnya tak jarang pendapat si pejabat ini tetap dijadikan acuan oleh  awwam, karena yang berbicara dianggap seorang tokoh Islam.

Termasuk juga pada umumnya, jika ada perkumpulan ulama dan umara dalam suatu acara bersama, maka orang semacam ini juga sering mendapat undangan dari pihak panitianya atas nama ulama.

Kemudian mulailah dirinya sering tampil di depan publik atas nama ulama, dan ironisnya banyak pendapatnya sekalipun berlawanan dengan ajaran syariat yang sebenarnya, akan dibenarkan oleh masyarakat awwam.

Termasuk jika suatu saat si tokoh Islam karbitan model begini, tiba-tiba tampil di depan publik membela kepentingan aliran sesat semacam ajaran sekte Syiah Imamiyah, maka tak jarang kaum awwam pun ikut terpengaruh oleh pandangan si tokoh karbitan ini dalam pembenarannya terhadap aliran sesat yang dibelanya.
Artikel Terkait

1 komentar:

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan