Senin, Juli 02, 2012

Dialog antara Nabi dan Halimah

Dialog antara Nabi dan Halimah
( Lokasi masa kacil Rasulullah   )  

وَكُلُّ مَنْ فِي اْلكَوْنِ مُتَشَوِّقٌ لِظُهُوْرِكَ *مُنْتَظِرٌ ِلاِشْرَافِ نُوْرِكَ *فَبَيْنَمَا الْحَبِيْبُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ* ‏مُنْصِتٌ لِسَمَاعِ تِلْكَ اْلاَشْبَاحِ *وَوَجْهُهُ مُتَهَلِّلٌ كَنُوْرِ الصَّبَاحِ* اِذْ اَقْبَلَتْ حَلِيْمَةُ مُعْلِنَةً بِالصِّيَاحِ* تَقُوْلُ ‏وَاغَرِيْبَاه* فَقَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مُحَمَّدُ مَا اَنْتَ بِغَرِيْبٍ * بَلْ اَنْتَ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ * وَاَنْتَ لَهُ صَفِىٌّ وَحَبِيْبٌ ‏‏* فَقَالَتْ حَلِيْمَةُ وَاوَحِيْدَاه * فَقَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مُحَمَّدُ مَا اَنْتَ بِوَحِيْد * بَلْ اَنْتَ صَاحِبُ التَّأْيِيْدِ* وَأَنِيْسُكَ ‏الْحَمِيْدُ الْمَجِيْدُ * وَإِخْوَانُكَ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ وَاَهْلِ التَّوْحِيْدِ *قَالَتْ حَلِيْمَةُ وَايَتِيْمَاه * فَقَالَتْ الْمَلاَئِكَةُ ِللهِ دَرُّكَ ‏ِمنْ يَتِيْمٍ * فَإِنَّ قَدْرَكَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ*‏
Seluruh orang di alam ini merindukan kedatanganmu, menantikan cahayamu memancar ?
Ketika  Rasulullah   mendengarkan hayalan – hayalan itu, wajah beliau cerah laksana cahaya pagi, tahu – tahu Halimah datang dengan berteriak, wahai anak ku yang terasing. Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau bukan terasing, bahkan Engkau dekat dengan Allah, dan Engkau orang pilihan dan kekasihnya.
Halimah berkata: Wahai anakku yang sendirian !
Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau tidak sendirian, bahkan  engkau orang yang mendapat dukungan dan temanmu adalah Allah yang Maha terpuji dan Maha agung dan teman- temanmu  dari kalangan malaikat yang bertauhid
Halimah berkata: Wahai anak Yatim
Malaikat berkata:
Malikat menjawab: Bagus sekali anda menjadi yatim, sesungguhnya  martabatmu di sisi Allah agung sekali.  

Komentarku ( Mahrus ali ):
Kisah tsb tiada dalilnya  dan ini sekedar apa yang terdapat dalam benak si pengarang Diba` lalu di tuangkan dalam karya tulisan lalu di baca orang banyak dan tidak ada  orang yang menganggapnya keliru lalu di kira asli sejarah Rasulullah   lalu di ajarkan kepada masarakat.  Jadinya  kekeliruan demi kekeliruan  terus bertambah tanpa  filter.
Kini tiba saatnya  untuk di katakan bahwa kisah  tersebut sekedar inspirasi dari si pengarang tanpa dalil, bukan realita sejarah. Jangan di percaya sama sekali tapi buang saja di tong sampah.
Pengarang menyatakan:
Halimah berkata: Wahai anakku yang sendirian !
Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau tidak sendirian, bahkan  engkau orang yang mendapat dukungan dan temanmu adalah Allah yang Maha terpuji dan Maha agung dan teman- temanmu  dari kalangan malaikat yang bertauhid
Komentarku:
Apakah seperti itu kekeliruan bertambah tanpa filter? Apakah tidak mengerti bahwa  Muhammad ketika kecil masih sesat, sudah tentu bukan malaikat yang membantunya dan Allah belum mengangkatnya menjadi kekasih, kembalilah kepada ayat:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu  dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.[1]

  Muhammad waktu kecil tidak mengerti tauhid dan Iman, tidak mengerti ajaran al Quran. Sudah tentu, masih sesat.  
Pengarang diba  berkata lagi:
Ketika  Rasulullah   mendengarkan hayalan – hayalan itu, wajah beliau cerah laksana cahaya pagi, tahu – tahu Halimah datang dengan berteriak, wahai anak ku yang terasing. Malaikat menjawab: Wahai Muhammad ! Engkau bukan terasing, bahkan Engkau dekat dengan Allah, dan Engkau orang pilihan dan kekasihnya.
Komentarku:
Itu keliru sekali dan tidak benar sedikitpun. Ketika Rasulullah   belum mendapatkan wahyu, masih sesat, belum tahu jalan lurus  dan  tidak  menjadi kekasih allah. Bahkan para  sahabat, asalnya  juga bermusuhan, kafir, sesat, lalu mengikuti al Quran dan mendapat hidayah  sebagaimana  ayat:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.[2]

 
Tugu Hudaibiyah – dan di daerah ini tempat tinggal Banu Sa`ad yaitu suku Halimah Assa`diyah,  daerah ini masa kecil Rasulullah .  Ia di luar tanah haram. Antara Mekkah dan Hudaibiyah sekitar 169 Km.  Ia terletak di utara Mekkah.   Di daerah ini pula pernah terjadi perdamaian antara komunitas Kafir Quraisy dan kaum muslimin  dan terjadi juga  baiat Ridwan sebagaimana ayat:

لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).[1]
Damai antara kaum musrikin dan kaum muslim juga di jelaskan dalam hadis sbb:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ الصُّلْحَ بَيْنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ فَكَتَبَ هَذَا مَا كَاتَبَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالُوا لاَ تَكْتُبْ رَسُولُ اللَّهِ فَلَوْ نَعْلَمُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ لَمْ نُقَاتِلْكَ فَقَالَ النَّبِيُّ لِعَلِيٍّ امْحُهُ فَقَالَ مَا أَنَا بِالَّذِي أَمْحَاهُ فَمَحَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ قَالَ وَكَانَ فِيمَا اشْتَرَطُوا أَنْ يَدْخُلُوا مَكَّةَ فَيُقِيمُوا بِهَا ثَلاَثًا وَلاَ يَدْخُلُهَا بِسِلاَحٍ إِلاَّ جُلُبَّانَ السِّلَاحِ قُلْتُ لِأَبِي إِسْحَقَ وَمَا جُلُبَّانُ السِّلَاحِ قَالَ الْقِرَابُ وَمَا فِيهِ * 
Dri al-Bara' bin Azib r.a katanya: “ Ali bin Abu Talib penulis isi naskhah perdamaian antara Nabi saw dengan orang-orang Musyrikin pada hari perjanjian Hudaibiah, Ali menulis: Inilah yang dijanjikan oleh Muhammad utusan Allah. Orang-orang musyrik membantah: Jangan kamu tulis kalimah utusan Allah. Kalau kami sudah  yakin bahwa beliau (baginda) adalah utusan Allah, maka kami tidak perlu memusuhinya.
Ali menjawab: “Tidak”.
 Baginda bersabda kepada Ali: “Hapuslah kalimat itu”.
 Ali menjawab: “Tidak! Aku tidak mau menghapusnya”.
 Nabi saw menghapusnya sendiri. Salah satu syarat yang diajukan oleh orang-orang Quraisy di dalam perjanjian tersebut ialah: Nabi  saw  dan para  sahabat  hanya boleh memasuki dan tinggal di kota Mekah selama tiga hari dan tidak dibenarkan membawa senjata kecuali bersarung. Aku bertanya kepada Abu Ishak Apakah yang dimaksudkan dengan bersarung? Lalu beliau menjawab: “Senjata dan sarungnya”[2]

   Tampak tembok masjid lama  dan juga ada masjid baru di Hudaibiyah – lokasi Nabi   waktu kecilnya  bersama Halimah Sa`diyah.  

[1] Al Fateh 18
[2] Muttafaq alaih, Bukhori  1713


[1]  Assyura 52
[2] Ali imran 103
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan