Senin, Februari 13, 2012

Haul yang terkutuk

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S.AL-ISRO :36)
Valentine Day, begitulah kita menyebutnya. Sebuah hari yang dicitrakan sebagai hari ‘kasih-sayang’ oleh orang-orang yang berkepentingan. Valentine memang sudah menjadi fenomena tersendiri dikalangan muda-mudi kita di Nusantara. Tak hanya kaum muda Nasrani, bahkan sebagian kaum muda muslim pun ikut berpesta pora merayakan hari kematian Santo Valentinus tersebut.
Dibanyak Negara, tak terkecuali Indonesia Valentine mempunyai daya tarik tersendiri bagi kaula muda. Pencitraan sebagai hari kasih-sayang dijadikan dalil dalam merayakan hari tersebut. Pencitraan itupun kemudian dikesankan, bahwa cinta itu erat berhubungan dengan bulan Februari, coklat, kartu selamat dan ngedate. Bahkan oleh sebagian dijadikan moment sebagai ‘pembuktian cinta’ berskala serba terbuka.
Memang, banyak diantara kaula muda yang hanya melihat sebuah fenomena dengan kaca mata sederhana. Hingga mereka hanya ikut dalam arus yang ada tanpa berfikir kritis darimana dan mengapa momen itu tercipta. Mereka hanya melihat momen yang dikesankan indah oleh orang berkepentingan. Mengapa disebut berkepentingan? Karena moment Valentine yang dicitrakan sebagai hari kasih-sayang ini sarat kepentingan.
Salahsatunya kepentingan ekonomis. Bagi kaum kapitalis, moment valentine merupakan lumbung subur bisnis di bulan Februari. Karena mereka punya kepentingan ekonomis didalam pencitraan itu. Maka bisa dilihat, diberbagai media Valentine dijadikan ‘umpan’ bagi para kaula muda. Dimulai iklan Televisi, Radio, Majalah, Koran, Spanduk dan berbagai Reklame terpampang secara berkala bak serangan gerilya dalam peperangan.
Valentine; Lumbung Bisnis Kaum Kapitalis
Motiv niaga atau bisnis ini menjadi alasan utama kaum kapitalis karena menguntungkan, mereka merasa perlu memanfaatkan Valentine sebagai umpan bisnis. Hingga kemudian dibuat dan dikemas menjadi menarik. Disitulah, pencitraan Valentine sebagai hari kasih-sayang menjadi agenda utama kaum kapitalis dan orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka dikatakan tidak bertanggung jawab karena hanya melihat keuntungan materil semata, tidak menilai dan melihat aspek lain untuk dipertimbangkan. Mereka tidak mau tau, apakah Valentine merusak akidah (kepercayaan) kaula muda Islam sebagai mayoritas di Nusantara, apakah perayaan Valentine mempunyai keuntungan terhadap kemajuan moral bangsa atau tidak. Mereka sama sekali tidak memiliki pemikiran kearah itu, yang ada hanya bagaimana bisnis mereka bisa menguntungkan seuntung-untungnya dan orang suka dengan produk tersebut.
Selama ini, kaum muda muslim telah diperdaya dengan agenda setting kebohongan Valentine. Pencitraan terhadap public sangat intens, sehingga public langsung bisa percaya tanpa ada tanda-tanya. Dan ini perlu pelurusan.
Dengan melihat fenomena diatas, kita akan tersadar bahwa kita tengah berada dilapangan peperangan. Peperangan yang berlapangan pemikiran yang bersenjatakan argumen-argumen jitu dalam menyerang. Perang itu bukan perang fisik, namun perang pergulatan ideologis. Fenomena Valentine termasuk agenda perang pemikiran masa kini. Banyak pihak yang apriori terhadap masalah ini, mereka menganggap Valentine merupakan Fenomena social yang terjadi seperti fenomena-fenomena yang lain. Tidak perlu dipersoalkan. Tidak mau repot berpikir kritis. Padahal jika kita lihat aspek-aspek yang lain, maka akan kita dapati beragam macam keganjilan sebagai sebuah kebohongan yang disetting.
Valentine; Pembodohan Atas Nama Cinta
Valentine perlu dicermati serta dikritisi, seperti darimana sebabnya Valentine bisa dinamakan kasih sayang? Toh ketika memakai pendekatan bahasa, baik secara etimologi bahkan terminology sekalipun, kasih-sayang dan Valentine tidak punya kausalitas linguistik. Lebih jauh lagi jika kita kaji lewat pendekatan historis (sejarah), kita tidak akan pernah mendapati bahwa Valentine Day yang selalu dikaitkan dengan hari kasih-sayang memiliki mata rantai sejarah dengan cinta dan kasih sayang. Justru yang ada, pada tanggal 14 Februari memiliki muatan Teologis praktis dengan ritualitas Paganisme Romawi Kuno yang diadopsi oleh kaum Kristen yang hendak memasuki bangsa adidaya kala itu.
Berawal dari ritual perayaan Lupercalia Bangsa Romawi Kuno, embrio Valentine tercipta. Akulturasi perayaan Lupercalia dilakukan Kaum Kristen sebagai wasilah agar agama mereka dapat diterima masyarakat Romawi kala itu. Dengan berbagai eksplorasi, akhirnya Kaum Nasrani mempunyai jalan agar ritual itu tetap berjalan namun dengan landasan teologis mereka. Tanggal 14 sendiri dipilih karena memiliki sejarah kelam tentang kematian Santo Valentinus Sang Pendeta yang dihukum gantung karena enggan mengakui tuhan-tuhan Bangsa Romawi. Dia tetap bersikukuh mempercayai ketuhanan Yesus. Sang Raja Romawi pun menghukumnya.
Valentine dan Keruksakan Moral Bangsa
Seperti yang telah disinggung diatas, pencitraan Valentine sebagai hari Cinta dan Kasih-sayang memiliki dampak yang begitu serius terhadap keberlangsungan moralitas bangsa. Pasalnya, pencitraan tersebut cenderung menyalah gunakan nama cinta. Malam valentine selalu dijadikan momen hura-hura serta pesta pora. Hingga sebagai ajang pembuktian cinta serba terbuka, dalam hal ini kaula muda menjadikan momen aktivitas seksual atas nama pembuktian cinta. Tidak sedikit remaja perempuan yang rela memberikan keperawanannya atas nama cinta. Dan ini menjadi masalah serius bagi keberlangsungan moral bangsa. Jika terus dibiarkan, maka nilai yang dianggap salah sekalipun akan dianggap biasa-biasa saja karena dibiasakan. Dan disinilah peran pemerintah diuji.
Sejauh mana pemerintah dapat melindungi hak-hak warga negaranya. Terlebih generasi muda muslim sebagai mayoritas. Bila selama ini, banyak pihak yang selalu mengumandangkan sesuatu atas nama HAM. Maka umat Islam, dalam hal ini para kaula muda Islam memiliki hak yang sama untuk dilindungi dari kecacatan Spiritual dan Moral dari pencitraan sesat Valentine Day sebagai hari Cinta dan Kasih-sayang. Wallahu a’lam

Alan Ruslan Huban (Bidgar Da’wah PC PEMUDA PERSIS Cibatu, Mahasiswa STID Mohammad Natsir Jakarta)
Sumber era muslim
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam artikel itu di katakana;
Tanggal 14 sendiri dipilih karena memiliki sejarah kelam tentang kematian Santo Valentinus Sang Pendeta yang dihukum gantung karena enggan mengakui tuhan-tuhan Bangsa Romawi. Dia tetap bersikukuh mempercayai ketuhanan Yesus. Sang Raja Romawi pun menghukumnya.
Dikatakan lagi:
Tak hanya kaum muda Nasrani, bahkan sebagian kaum muda muslim pun ikut berpesta pora merayakan hari kematian Santo Valentinus tersebut.
Komentarku ( Mahrus ali ):

Kesimpulan: Merayakan hari Valentine  adalah mengadakan haul untuk sang pendeta yang musrik itu bukan muslim. Kalau mengadakan haul seorang muslim saja tidak diperkenankan apalagi haul seorang musrik.
Memperingati hari kelahiran atau hari wafat tiada perintahnya dalam Islam. Ia hanya di adakan oleh ahli bid`ah dan ahlus sunnah anti dengannya.  Lihat komentar komisi Fatwa Saudi Arabia sbb:



 (فَتْوَى رَقْمُ 9403- 3/59). اللَّجْنَةُ الدَّائِمَةُ لِلْبُحُوْثِ اْلعِلْمِيَّةِ وَاْلإِفْتَاءِ:
الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ:
أَوَّلاً: الْعِيْدُ ِاسْمٌ لِمَا يَعُوْدُ مِنَ اْلاِجْتِمَاع ِعَلَى وَجْهٍ مُعْتَادٍ، إِمَّا بَعُوْدُ السَّنَةَ أَوِ الشَّهْرَ أَوِ اْلأُسْبُوْعَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، فَالْعِيْدُ يَجْمَعُ أُمُوْراً مِنْهَا: يَوْمٌ عَائِدٌ كَيَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ وَيَوْمِ الْجُمْعَةِ، وَمِنْهَا: اْلاِجْتِمَاعُ فِي ذَلِكَ اْليَوْمِ، وَمِنْهَا: اْلأَعْمَالُ الَّتِي يُقَامُ بِهَا فِي ذلَِكَ اْليَوْمِ مِنْ عِبَادَاتٍ وَعَادَاتٍ.
ثَانِياً: مَا كَانَ مِنْ ذَلِكَ مَقْصُوْداً بِهِ التَّنَسُّكُ وَالتَّقَرُّبُ أَوِ التَّعْظِيْمُ كَسْبًا ِلْلأَجْرِ، أَوْ كَانَ فِيْهِ تَشَبُّهٌ بِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ أَوْ نَحْوِهِمْ مِنْ طَوَائِفِ اْلكُفَّارِ فَهُوَ بِدْعَةٌ مُحْدَثَةٌ مَمْنُوْعَةٌ دَاخِلَةٌ فِي عُمُوْمِ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ، مِثَالُ ذَلِكَ اْلاِحْتِفَالُ بِعِيْدِ الْمَوْلِدِ، وَعِيْدِ اْلأُمِّ، وَاْلعِيْدِ اْلوَطَنِيِّ، ِلماَ فِي اَلأَوَّلِ مِنْ إِحْدَاثِ عِبَادَةٍ لَمْ يَأْذَنْ ِبهَا اللهُ، وَلِمَا فِي الثَّانِي وَالثَّالِثِ مِنَ التَّشَبُّهِ بِاْلكُفَّارِ، وَمَا كَانَ الْمَقْصُوْدُ مِنْهُ تَنْظِيْمَ اْلأَعْمَالِ مَثَلاً ِلمَصْلَحَةِ اْلأُمَّةِ وَضَبْطِ أُمُوْرِهَا، كَأُسْبُوْعِ الْمُرُوْرِ، وَتَنْظِيْمِ مَوَاعِيْدِ الدِّرَاسَةِ، وَاْلاِجْتِمَاعِ بِالْمُوَظَّفِيْنَ ِللْعَمَلِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّا لاَ يُفْضِي إِلَى التَّقَرُّبِ بِهِ وَاْلعِبَادَةِ وَالتَّعْظِيْمِ بِاْلأَصَالَةِ، فَهُوَ مِنَ اْلبِدَعِ الْعَادِيَّةِ الَّتِي لاَ يَشْمَلُهَا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" فَلاَ حَرَجَ فِيْهِ، بَلْ يَكُوْنُ مَشْرُوْعاً، وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
Fatwa  nomer 9403 – 3/59 komisi tetap pengkajian ilmiyah dan fatwa :

Segala puji bagi Allah , sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada   , keluargarRasulullah   dan sahabatnya , Amma ba`duh .

Maksud hari ulang tahun adalah perkumpulan yang berulang – ulang  sebagaimana  budaya masarakat , adakalanya tiap tahun , bulan atau tiap minggu  dll .
Kalimat ulang tahun ini mencakup beberapa persoalan :
Hari ulang tahun seperti hari raya  atau hari jumat .
Ada kumpulan pada hari itu
Ada amal perbuatan ibadah atau adat istiadat di dalamnya .
1.    Ada hari ulang tahun yang bertujuan ibadah atau mendekat kepada Allah ,. mengagungkanNya  untuk mendapatkan pahala  atau  menyerupai pada kaum kafir atau suku , organisasi kafir  dan seterusnya maka  di katakan bid`ah yang terlarang  dan masuk dalam larangan hadis  rNabi  

"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ" رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ،
Barang siapa yang bikin perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak termasuk di dalamnya  maka tertolak . HR Bukhari dan Muslim .

Misal hal itu adalah perayaan maulid rNabi  , hari ibu dan hari nasional sebab termasuk membikin ibadah yang tidak di izini oleh Allah  dan hari ibu  dan hari nasional  termasuk menyerupai kepada non muslim .

Namun bila sekedar untuk menertibkan kerja atau managmennya  untuk kemaslahatan umat dan mengatur urusan mereka  seperti pekan lalu lintas , menertibkan jam belajar , berkumpul dengan para buruh  untuk kerja dan sesamanya yang  tidak sampai tergolong taqarrub , ibadah dan pengagungan , maka ia termasuk bid`ah biasa yang tidak terlang dalam hadis :
"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ"
Barang siapa yang bikin perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak termasuk di dalamnya  maka tertolak . HR Bukhari dan Muslim .

Jadi boleh saja , bahkan di anjurkan .
Kami mohon taufiq kepada Allah  dan semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad , keluarga dan sahabatnya  , wallahu a`lam . fatawa dan konsultasi ilam 75/17
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan