Minggu, Januari 08, 2012

TKW pahlawan devisa yang menghianati agamanya


Awes bin Supriadi tampak sedih di samping peti jenasah istrinya Tarlem binti Unus Tajeum di RSCM, Minggu (8/1/2012) Foto: Fabian Januarius K/Kompas.com
JAKARTA| SURYA Online- Satu lagi kisah pilu dialami tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di luar negeri. Tarlem binti Unus Tajeum asal Subang, Jawa Barat, meninggal dunia di Jordania pada 24 november 2011. Penyebab kematiannya tidak jelas.
Jenasah Tarlem dipulangkan ke Tanah Air, Minggu (8/1/2012) sore. Bersama pendamping dari Migrant Care, suami Tarlem, Awes Bin Supriadi (44), bersama anak semata wayang mereka, Wahyan (20) menjemput jenasah di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka kemudian membawanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, sekitar pukul 17.00 WIB.
Jenasah sebelumnya diterbangkan dari Jordania melalui maskapai Etihad Airways. Awes dan anaknya tampak tegar ketika melihat peti jenasah orang yang mereka sayangi itu dikeluarkan dari mobil jenasah. Di RSCM, jenasah Tarlem akan diotopsi sesuai keinginan keluarga.
Belasan kamera pewarta foto membuat Awes tak bisa berkata apa-apa tentang kematian istrinya. Setelah diyakinkan, ia mulai mencurahkan isi hatinya. “Saya terakhir kontak dia tanggal 13 november 2012, waktu itu dia bilang habis diberangkatin umroh sama majikannya,” ujarnya pelan.
Dalam hati kecilnya, Awes merasa saat itu ada sesuatu yang aneh pada istrinya. “Kayaknya dia tertekan gitu ngomongnya, tapi ya sudah,” ujarnya.
Tarlem juga sempat memberitahu bahwa kepulangannya ke Indonesia, yang semula Januari 2012, diundur menjadi Maret 2012. “Yang sabar ya, Pak,” ujar Awes menirukan ucapan istrinya waktu itu.
Setelah komunikasi tersebut, Awes kesulitan menghubungi istrinya lagi. Nomor ponsel  istri serta majikannya tidak aktif hingga pada 14 Desember 2011 keluarga didatangi oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Subang Tunggul Silaban. Tunggul menyampaikan surat pemberitahuan bahwa Tarlem meninggal dunia di Jordania.
Bagai mimpi di siang bolong, Awes kaget mendengar berita duka tersebut. Hatinya semakin bertanya-tanya karena surat itu tak menunjukkan penyebab kematian Tarlem.
Awes teringat, ketika pertama kali istrinya mengaku ingin bekerja di luar negeri, ia sempat tidak mengizinkan. Namun, karena Tarlem memaksa membantu ekonomi keluarga, hati Awes pun luluh dan ia mengizinkan istrinya berangkat ke negeri jauh. Tarlem berangkat ke Jordania pada 13 April 2011 melalui agen PT Delta Rona Adiguna. “Saya nyesel, Mas,” kata Awes dengan nada bergetar.
Setelah kepergian istrinya, Awes yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani serabutan pun mengaku masih syok. Ia tak menyangka istri yang selama ini selalu berjuang demi keluarganya bisa meninggal tanpa penyebab yang jelas.
Ketika istrinya masih bekerja sebagai TKW, keluarganya kerap terbantu dengan dikirimi uang untuk membantu biaya hidup. “Dia kirim duit enggak tentu bulannya, tapi kerja lima bulan, gaji dua bulannya dikirim Rp 2,4 juta,” kata Awes.
Kini, kehidupan Awes dan anaknya hanya tergantung pada hasil tani sang ayah sebesar Rp 800.000 per bulan. Awes tak berharap banyak, ia hanya ingin ada kepastian informasi mengenai kematian istrinya yang biasa dijuluki “Pahlawan Devisa”. Dengan begitu, rasa penasarannya bisa sedikit terobati dan dapat segera membawa jenasah sang istri ke kampung halaman untuk dimakamkan.

Judul asli: Kisah Pilu TKW Tewas di Jordania

Komentarku ( Mahrus ali ):
  TKW keluar negri, baik ke Saudi atau ke China tetap tidak diperkenankan  bukan di perbolehkan, sekalipun menurut hukum Negara Kafir, bukan negara Islam dia termasuk pahlawan devisa. Hakikatnya dia adalah   penghianat agamanya - Islam. Islam tidak memperkenankan wanita kerja di luar rumah apalagi menjadi TKW  di dalam keluarga orang lain– yang sudah tentu, masalah auratnya tidak terpikirkan dan terbuka, tidak terpelihara lagi. Kasihan bukan gembira tapi perihatin sekali wanita Indonesia  kerja di luar negri yang sangat membikinnya menderita, bukan enak, melanggar hukum agama Islam, sekalipun diperbolehkan oleh orang kafir. Kembalilah kepada ayat:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً. وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 32-33.
Baca lagi disini:
10 Agt 2011
.

01 Mei 2011
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan