Senin, Januari 16, 2012

Presiden terpilih selalu di jalan setan

Dahlan Mencuat, Hatta Menciut

Deden Gunawan - detikNews
Senin, 09/01/2012 16:28 WIB


Jakarta - Cerdas, pekerja keras dan merakyat. Itulah kesan sebagian kalangan terhadap Dahlan Iskan. Ini kontras dengan gaya para pejabat yang gila hormat dan gemar bermewah-mewah.

Dahlan jadi pusat perhatian, dan politisi Partai Demokrat pun merasa memilikinya. Maklum, SBY-lah yang menunjuk Dahlan sebagai Dirut PLN dan Menteri BUMN.

Makanya, setelah PD kehilangan masa depan politik Anas Urbaningrum akibat belitan skandal Wisma Atlet dan Hambalang, Dahlan jadi pilihan. PD harus mempunyai calon presiden karena SBY tidak mungkin dicalonkan lagi. Padahal SBY sudah berulang kali melarang istrinya, Ani Yudhoyono untuk maju pada Pilres 2014.

PD memang harus mulai mengelus jago capres, sebab para kadernya percaya, partai ini akan tetap bisa memenangkan pemilu mendatang. Jadi aneh bila partai-partai lain sudah memunculkan nama-nama, PD sebagai partai besar justru tampak kebingungan.

Jika Partai Golkar hendak mengajukan Aburizal Bakrie, PDIP memiliki Megawati atau Puan, PAN sudah menetapkan Hatta Rajasa, Gerindra percaya diri dengan Prabowo Subianto, lalu siapa calon PD?

"Saat ini kami fokus bekerja untuk rakyat dulu. Kami belum mau ikut-ikutan untuk memunculkan nama capres. Tahun ini paling sikap partai hanya sebatas mekanisme penjaringan calon. Misalnya lewat konvensi atau berdasarkan rekomendasi DPD, atau DPP," ujar Ketua DPP PD Kastorius Sinaga kepada majalah detik.

Partai besutan SBY ini memang terlihat serba salah dalam menentukan capres dari kader sendiri. Sumber majalah detik di internal PD mengatakan, sebenarnya pasca Kongres ke-2 PD, sejumlah pengurus partai yang baru terpilih menginginkan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum yang akan dijagokan dalam Pilpres mendatang.

Sayangnya Anas tersandera kasus suap Wisma Atlet SEA Games dan Hambalang. Dalam dua kasus itu, mantan Bendahara DPP PD M Nazaruddin yang kini jadi tersangka, berulang kali menyebut keterlibatan Anas. Sekalipun Anas juga berulang kali membantah tudingan mantan kolega dekatnya itu.

"Untuk bisa lolos dari masalah itu saja sudah syukur. Peluang memajukan Anas mungkin pada 2019. Toh pada saat itu usianya masih relatif muda, baru 50 tahun. Jadi masih layak dibilang tokoh muda," ujar sumber yang merupakan karib dekat Anas di PD.

Selain nama Anas, tersebut nama Ani Yudhoyono, istri SBY. Namun kemungkinan mengusung Ani semakin kecil bahkan bisa dibilang lenyap. Pasalnya, SBY saat pidato dalam Sarasehan PD, pertengahan Desember 2011, secara tegas menyatakan 100 persen istrinya tidak akan maju sebagai Capres 2014.

Karena dari dalam tidak ada yang mumpuni, muncul spekulasi PD akan mengusung tokoh luar partai. Dalam hal ini ada dua yang disebut-sebut: pertama, Menko Polhukam Djoko Suyanto; kedua, Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Kedua menteri ini meski bukan kader PD namun punya hubungan yang spesial dengan PD maupun SBY.

Djoko Suyanto, pada Pemilu 2009 merupakan ketua tim sukses, baik untuk pemilu legislatif maupun pemilu presdien. Marsekal purnawirawan ini merupakan komandan Tim Echo, salah satu tim operasi senyap yang dibentuk SBY.

Sedangkan Hatta Rajasa adalah teman dekat SBY, sejak sama-sama menjabat menteri pada era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) maupun Megawati. Hubungan Hatta-SBY kian lekat, setelah mereka berbesanan. Hubungan ini membuat peluang Hatta maju sebagai capres dari PD lebih terbuka. Apalagi, Hatta secara resmi sudah diusung PAN sebagai capres 2014.

Tapi agaknya peluang Hatta terganggu dengan munculnya nama Dahlan Iskan yang diwacanakan jadi capres PD. Dahlan bisa membahayakan Hatta.

"Dahlan bisa jadi ancaman serius bagi Hatta untuk diusung PD sebagai capres. Tapi itu tergantung perolehan suara PD di Pemilu 2014. Kalau masuk tiga besar PD tentu bisa mencalonkan capresnya sendiri, misalnya Dahlan," ujar pengamat politik Universitas Indonesia, Prof Dr Maswadi Rauf.

Tapi, menurut Ketua DPP PD Ulil Absar Abdalla, Dahlan, akan sangat cocok jika didampingi oleh Hatta sebagai cawapres. Pasangan Dahlan-Hatta menurut Ulil dapat menjadi sosok problem solver.

Tapi gagasan pasangan Dahlan-Hatta kurang sreg di hati para politisi PAN. Apalagi sejak jauh-jauh hari PAN sudah mempersiapkan majunya Hatta sebagai capres, bukan cawapres.

Ketua DPP PAN Arya Bima Sugiarto mengatakan, wacana Dahlan-Hatta akan menjadi pengamatan rakyat. Dan rakyat akan terus mengawasi kinerja-kinerja calon-calon tersebut.

"Tapi sikap kita jelas. Sesuai amanat Rakernas, PAN sudah bulat mengusung Bang Hatta sebagai capres. Sementara untuk pasangannya masih menunggu hasil pemilu legislatif," kata Arya.

Nah, dalam soal cawapresnya Hatta, kata Arya, PAN bersikap terbuka bagi tokoh-tokoh nasional. Misalnya Djoko Suyanto maupun Dahlan.(DIKS)

Komentarku ( Mahrus ali ):
   Sistem demokrasi di Indonesia ini bisa menunjuk seorang presiden yang dipilih rakyat muslim atau kafir atau tidak muslim juga tidak kafir – yaitu nasionalis, boleh di katakan: munafik. Belum pernah  presiden  terpilih di negara kita ini bukan di negara lain dari kalangan  Salafy atau Muhammadiyah yang konsis kepada ajaran Islam.- ajaran al quran atau hadis. Pernah juga Gus dur terpilih jadi presiden yang mewakili dari kalangan ahli bid`ah bukan ahlis sunnah.
    Presiden terpilih setahu saya, siapa yang paling munafik –paling  tidak konsis untuk menegakkan ajaran Allah dan konsis menegakkan undang – undang Thaghut  lalu di dukung oleh Yahudi Amirika bukan komunis Rusia. Presiden terpilih adalah yang bisa menyenangkan hati rakyat, bukan di benci oleh mereka dan  harus di dukung  oleh media massa Yahudi. Bukan media massa Islami.   Ingat saja firmanNya:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". (QS. Al-An'am : 116
  Jadi mereka yang dipilih jadi Presiden harus sesat dari jalan Allah menuju jalan setan.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan