Kamis, Januari 12, 2012

Ketegangan antara AS dan Iran, mana yang dibela?



REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Militer AS membantah  kapal induk militernya yang tiba di Laut Arab pada Senin (9/1) terkait ketegangan baru dengan Iran. 
"Kami secara rutin mengoperasikan kapal kami di Teluk Arab dan  itu akan terus berlanjut," kata juru bicara Pentagon, Kapten John Kirby, Rabu (11/1).
Sebelumnya, militer AS mengatakan pihaknya akan menghentikan setiap blokade Selat Hormuz dan perwira angkatan laut tertinggi AS mengakui telah siaga mengahadpi potensi konflik. 
Namun, Pentagon membantah adanya hubungan langsung antara ketegangan terbaru dan pergerakan kapal induk ke Laut Arab. 
Datangnya militer AS di Laut Arab diduga karena meningkatnya ketegangan dengan Iran yang mengancam menutup Selat Hormuz karena sanksi ekonomi dan sanksi yang diderita Iran. Selat Hormuz sendiri merupakan jalur pelayaran penting distribusi minyak dunia.
"Saya tidak ingin meninggalkan kesan bahwa kita sedang melakukan operasi di sana karena kami khawatir tentang apa yang terjadi di Iran. Hanya saja itu tidak terjadi," kata Kapten John Kirby menyangkal tuduhan tersebut.
Para pejabat militer mengatakan USS Carl Vinson tiba di Laut Arab untuk menggantikan USS John C. Stennis. Sebelumnya, Iran pekan lalu sudah memperingatkan AS untuk tidak kembali ke Teluk.  
Pasukan lain di kapal induk USS Abraham Lincoln juga mengunjungi pelabuhan  Thailand  pada hari Selasa dan sekarang berada di Samudera Hindia. Kemudian bergabung dengan Vinson di daerah komando pusat operasi, yang dimulai di Laut Arab. 
“Tidak biasa memiliki dua kapal di daerah Komando Pusat pada saat yang sama," kata seorang pejabat AS militer. Pejabat lainnya mengatakan ada dua kapal di kawasan Teluk setidaknya dua kali dalam 18 bulan terakhir.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat memang meningkat dalam seminggu terakhir. Iran membangun program uranium bawah tanah di dekat kota Qum, dan menghukum mati seorang warga Amerika yang diduga memata-matai.
Amerika juga diduga membunuh seorang nuklir Iran yang dilakukan agen-agennya. Sementara Washington dan Eropa telah meningkatkan upaya untuk melumpuhkan ekspor minyak Iran. Israel menolak untuk mengomentari pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dan AS membantah berperan atas terbunuhnya ilmuwan tersebut.
Redaktur: Ramdhan Muhaimin
Reporter: Lingga Permesti
Sumber: Reuters

Komentarku ( Mahrus ali ):
      Negara Iran dulu monarkhi, sekarang republik. Sistim khilafah atau kerajaan, semuanya memiliki dalil yang kuat. Nah sekarang permasalahannya yang organ adalah Negara Iran itu berbentuk republic syi`ah Iran bukan republik.Islam Iran karena banyak bukan sedikit penyimpangan di dalamnya . Namun dari pada di kuasai oleh AS, republik Iran  sekarang lebih baik dari pada AS yang biadab dan yahudi itu.
   Bagi saya sulit membela yang mana, kalau AS yang yahudi, harus di lawan dan tidak boleh taat kepada mereka sebagaimana ayat:
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَاداً كَبِيراً ﴿٥٢﴾
052. Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar. Al furqan.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan