Senin, Oktober 31, 2011

Kentongan dan Bedug yang Dipukul untuk Memberitahukan Waktu Shalat


 
Apakah hukum kentongan yang dipukul untuk memberitahukan waktu­  shalat fardhu, dipukul sebelum adzan, malah sering dipukul pula setelah adzan, yang demikian itu tidak memberi bekas dalam hati, selain menyerupai orang yahudi atau Nasrani (walau sekarang ini inereka meninggalkannya). Dan bagaimana hukumnya "Bedug" yang dipukul bersama kentongan, tetapi seringkali dipukul bersama-sama dengan adzan, apakah hukumnya seperti kentongan itu? apakaah sunah beradzan di tempat yang tinggi seperti menara mesjid? Dan bagaimana hukumnya memukul bedug untuk memberitahu mulai bulan Ramadhan, atau hari raga, atau waktu sahur, dan lain-lain.
Bagaimana kebiasaan di desa-desa dalam mesjid sering mengganggu,terutama orang-orang yang berada di sekitar mesjid? Apakah demikian itu layak bagi agama yang suci maka tidak dilarang dan diingkari?
Jawaban Muktamar NU "  Adapun hukumnya kentongan, telah menjadi berselisih di antara pendapat para ulama yang besar-besar, kalau ingin mengetahui dalilnya masing-masing haraplah membaca kitab-kitabnya yang te­rcetak, kemudian supaya diingat kemaslahatannya dan mafsadahnya serta diperhatikan benar-benar.
Adapun hukumnya "Bedug", maka tidak ada larangan tentang memukul bedug itu, apalagi kalau dengan bedug itu dapat menimbulkan syiar agama Islam. Tapi kalau mengganggu orang yang sembahyang atau ­orang yang tidur, maka haramlah bedug itu karena mengganggunya.
Adapun adzan di tempat yang tinggi, seperti menara atau diatap ­masjid, maka hukumnya setidak-tidaknya di pinto mesjid.
Keterangan, dalam kitab-kitab filth.'
Komentarku ( Mahrus ali ) :
A.   Mun’im DZ menyatakan :
Bedug hanya dipasang di masjid di samping kentongan Islam termasuk beduk dan wayang dan juga gamelan.
Boleh saja orang setuju dengan keberadaan bedug di masjid – masjid atau tidak usah memakainya   .
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Untuk mengetahui hukum bedug itu , pikirlah hadis sbb:
Abdullah bin zaid bin Abd rabbih  datang kepada   Rasulullah  saw,  lalu berkata :
إِنَّمَا يُجْتَمَعُ إِلَيْهِ بِالصَّلاَةِ لِحِينِ مَوَاقِيتِهَا بِغَيْرِ دَعْوَةٍ ، فَهَمَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يَجْعَلَ بُوقاً كَبُوقِ الْيَهُودِ الَّذِينَ يَدْعُونَ بِهِ لِصَلاَتِهِمْ ثُمَّ كَرِهَهُ ، ثُمَّ أَمَرَ بِالنَّاقُوسِ فَنُحِتَ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلْمُسْلِمِينَ إِلَى الصَّلاَةِ ، فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ رَأَى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ أَخُو بَلْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ :
Sesungguhnya  untuk mengumpulkan orang – orang untuk melakukan salat tanpa undangan atau panggilan . Lantas Rasulullah SAW ingin membuat trompet ( corong ) seperti milik orang yahudi yang mengajak untuk melakukan salat  , lalu beliau tidak menyukainya . Kemudian beliau memerintah untuk bikin kentongan , lalu di buatkan  untuk di pukul sebagai tanda panggilan untuk melakukan salat . ketika  keada an seperti ini , maka Abdullah bin Zaid bin Abd Rabbih -  saudara Balharts bin Al Khozroj  bermimpi lalu datang kepada Rasulullah SAW , lalu berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ طَافَ بِىَ اللَّيْلَةَ طَائِفٌ ، مَرَّ بِى رَجُلٌ عَلَيْهِ ثَوْبَانِ أَخْضَرَانِ يَحْمِلُ نَاقُوساً فِى يَدِهِ فَقُلْتُ : يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَبِيعُ هَذَا النَّاقُوسَ؟ فَقَالَ : وَمَا تَصْنَعُ بِهِ؟ قُلْتُ : نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلاَةِ. قَالَ : أَفَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى خَيْرٍ مِنْ ذَلِكَ؟ قُلْتُ : وَمَا هُوَ؟ قَالَ تَقُولُ : اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ ، حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ ، حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
Wahai   Rasulullah  ! tadi malam ,aku bermimpi ada seorang lelaki yang mengenakan dua kain hijau dengan membawa kentongan di tangannya  ,aku berkata :” Wahai hamba Allah ! apakah kamu menjual kentongan itu ?”.
Dia berkata :”Untuk apakah  ? “.
Aku berkata : “Untuk mengundang salat  “.
Dia berkata :” Maukah  kamu ,aku tunjukkan yang lebih baik daripada  itu ? “.
Aku berkata :  Apakah itu ? “.
Bacalah :
تَقُولُ : اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ ، حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ ، حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه
ُ HR Ibnu Khuzaimah [1]
وَقَالَ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيْحِهِ هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ ثَاِبتٌ مِنْ جِهَةِ النَّقْلِ ِلأَنَّ مُحَمَّدًا سَمِعَ مِنْ أَبِيْهِ وَابْنُ إِسْحَاقَ سَمِعَ مِنَ التَّيْمِي وَلَيْسَ هَذَا ِممَّا دَلَّسَهُ وَقَدْ صَحَّحَ هَذِهِ الطَّرِيْقَةَ الْبُخَارِي فِيْمَا حَكَاهُ التِّرْمِذِيّ فِي اْلعِلَلِ
Ibnu Khuzaimah dalam kitab sahihnya berkata : Ini hadis sahih yang bisa di tetapkan  dari segi periwayatan . Perawi Muhammad mendengar dari ayahnya  dan Ibnu Ishak mendengar dari Attaimi  dan tidak tergolong hadis tambahannya .Imam Bukhori sendiri menyatakan sahih sebagaimana  di kisahkan oleh Tirmizi dalam kitab al ilal[2]

. ثُمَّ اسْتَأْخَرَ غَيْرَ كَثِيرٍ ثُمَّ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ ، ثُمَّ جَعَلَهَا وِتْراً إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ : قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، فَلَمَّا خَبَّرَ بِهَا رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، فَقُمْ مَعَ بِلاَلٍ فَأَلْقِهَا عَلَيْهِ ، فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتاً مِنْكَ ». فَلَمَّا أَذَّنَ بِلاَلٌ سَمِعَهَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَهُوَ فِى بَيْتِهِ فَخَرَجَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَجُرُّ إِزَارَهُ وَهُوَ يَقُولُ : يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« فَلِلَّهِ الْحَمْدُ فَذَاكَ أَثْبَتُ »
Malaikat tadi mundur , lalu berkata apa yang dia katakan : < lalu di jadikan ganjil dan ada tambahannya  yaitu : Qad qamatis sholat X2  Allahu akbar – Allahu akbar  la ilaha illallah .
Ketika Rasulullah SAW  di beri tahu , maka  beliau bersabda:
Sesungguhnya ia impian yang benar , insya Allah ! , berdirilah dan ajarkan kepada Bilal . sesungguhnya dia bersuara lebih  keras dari pada kamu .
Ketika Bilal menyampaikan adzan , maka Umar bin Al Khotthob mendengarnya , lalu menarik sarungnya seraya  berkata : Wahai Nabiyullah ,  Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar , sungguh aku bermimpi sebagaimana  dia mimpi .
Rasulullah SAW bersabda : Al Hamdulillah , hal itu lebih mantap .[3]

 Rasulullah SAW tidak mau menggunakan lonceng . kentongan  , trompet atau corong karena  sudah di lakukan  oleh non muslim dalam acara memanggil orang banyak untuk acara kebaktian .Bila sekiranya bedug itu  , asal usulnya budaya Cina  , India yang kafir , maka tidak layak di taruh di tempat peribadatan kaum muslimin . Jadi memukul bedug , kentongan untuk memanggil orang – orang yang salat adalah langkah yang harus di tinggalkan , karena menyerupai non muslim . Ia bid`ah yang di import dari non muslim.
Fatwa muktamar NU yang saya lihat di sini adalah ngambang sekali , kurang tegas dan tidak mengambil  refrensi atau tex dari refrensi yang akurat .Sulit mencari dalil yang memperbolehkan bedug .
 Saya  condong kalau bedug itu termasuk  kebudayaan  Cina karena  PT Jarum rokok mensponsori Festival bedug  atau kirap bedug dan saya dengar mengarak bedug terbesar . Karena ia budaya non muslim , maka  harus di berikan kepada mereka , tidak usah kita miliki apalagi sebagai syi`ar Islam . Kita berpegangan kepada hadis :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barang siapa  menyerupai suatu kaum , maka tergolong mereka . [4]
Dan kita juga tidak boleh simpati dengan mereka sebagaimana ayat :
وَلاَ تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.[5]

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Sungguh kamu sekalian akan mengikuti  prilaku bangsa sebelummu  sejengkal demi sejengkal, selengan demi selengan  hingga mereka masuk ke lobang biawak, kamu akan mengikutinya . Kami berkata : “  Wahai   Rasulullah  !  Yahudi dan Nasrani ?  Rasul  menjawab : “ Siapa lagi “. [6]

B.   Mun’im DZ menyatakan :
pemakaian kedua alat tersebut di masjid-masjid sangat diperlukan untuk memperbesar syiar Islam.
Komentarku ( Mahrus ali ) :

Tidak memakai bedug , islam tetap jaya , lihat saja di Saudi arabia yang suaru – suraunya bertebaran di perkampungan , dan tiada satupun yang memakai kentongan atau bedug . Jadi tidak benar , bila bedug merupakan  syi`ar Islam , malah sebaliknya . Masjid tanpa bedug lebih islami karena tiada unsur budaya lokal yang aslinya dari budha .


[1] Sahih Ibnu Khuzaimah 192/1   , Sunan Darimi 1232
[2] Aunul ma`buid  122/2
[3] Sunan Darimi  1332  Sahih Ibnu Huzaimah  370
[4]  HRAbu Dawud  / 4031.
[5] Hud 113
[6]  Muttafaq  alaih

Pawai Halloween sama dg mengajari anak kesyirikan

                                               Halloween 



SURABAYA | SURYA Online - Sebanyak 60 siswa The British Institute (TBI) Jl Darmokali, Surabaya Jawa Timur, menggelar pawai kostum Halloween, Senin (31/10/2011). Meski bertema hantu, tetapi siswa peserta pawai samasekali tidak ada yang memakai kostum yang menakutkan.
Sebaliknya, siswa TBI yang berusia 3,5 tahun hingga 9 tahun, justru tampil dengan mengenakan kostum idola mereka. Seperti Rakha Robredo (8), yang berjalan gagah berkostum Harry Potter, lengkap dengan jubah berwarna hitam, syal bergaris merah dan kuning.
Agar semakin mirip dengan Harry Potter, Kaka memakai kacamata berbingkai bulat dan menggenggam tongkat sihir. “Akan kusulap jadi ular, jika tak memberi permen,” kata Kaka.
Selain Harry Potter, anak-anak juga mengenakan kostum macam superman, batman, spiderman, cinderella, putri salju dan banyak lagi. Sambil memakai kostum semua anak berjalan menyusuri lorong di gedung TBI. Di sepanjang lorong ini, terdapat tiga ruangan yang bertuliskan knock here. Setiap kelompok akan mengetuk pintu ini, untuk kemudian dipersilahkan masuk oleh penjaganya. Sambil menyanyikan lagu trick or treat anak-anak ini menunggu diberi sesuatu.
“Jika penunggu ruangan mengatakan treat. ini artinya semua anak mendapatkan banyak permen dan cokelat. Namun jika penjaga berkata trick maka semua anak diminta untuk menari atau menyanyi terlebih dahulu sebelum mendapatkan permen,” jelas Dona Puspitasari, Office Supervisor TBI Surabaya.
Kegiatan merayakan Halloween itu, merupakan kegiatan tahunan di TBI, yang bertujuan untuk mengenalkan budaya lain pada anak-anak. Tahun lalu, mereka telah tampil dengan kostum seram, tapi untuk tahun ini diubah menjadi kostum sosok favorit anak-anak.
“Karena kalau ada yang terlalu seram, bisa membuat anak-anak ketakutan dan jadi tidak nyaman,” tandas Dona.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Halloween atau Hallowe’en adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama dirayakan di Amerika Serikat. Tradisi ini berasal dari Irlandia, dan dibawa oleh orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Utara. Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!" Ucapan tersebut adalah semacam "ancaman" yang berarti "Beri kami (permen) atau kami jahili." Di zaman sekarang, anak-anak biasanya tidak lagi menjahili rumah orang yang tidak memberi apa-apa. Sebagian anak-anak masih menjahili rumah orang yang pelit dengan cara menghiasi pohon di depan rumah mereka dengan tisu toilet atau menulisi jendela dengan sabun.
Halloween identik dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkan dari kebudayaan Barat. Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.
Itulah perayaan non muslim bukan syi`ar Islam , sama dengan syi`ar setan yang hanya  di lakukan oleh mereka bukan mukmin dan muslim . Kita sudah cukup berpegangan dengan ayat :

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ  
                             Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
  لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ   I worship not that which ye worship;   Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
  وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ   Nor worship ye that which I worship.   Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

  وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ   And I shall not worship that which ye worship.   Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
  وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ   Nor will ye worship that which I worship.   dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
  لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ   Unto you your religion, and unto me my religion.   Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
  Tidak di perkenankan merayakan Halloween sebagaimana  merayakan kegiatan non muslim seperti valentin, natalan  dll.




Peramal dan ahli magic di pancung di S.A.

MADINAH | SURYA Online - Semakin panjang daftar orang yang dipancung di Arab Saudi. Kabar terbaru, seorang warga Sudan dipenggal kepalanya di areal parkir gara-gara dianggap sebagai tukang sihir.
Dalam sebuah tayangan video tertanggal 20 September, Abdul Hamid Bin Hussain Bin Moustafa al-Fakki berlutut di tengah pelataran parkir di Madinah. Matanya ditutup dan disaksikan puluhan orang.
Sementara, seperti ditulis MailOnline, si algojo berdiri di sampingnya dengan pedang terhunus. Lalu dengan sekali tebas, lepas lah kepala Abdul Hamid.
Pria 44 tahun itu diyakini merupakan orang ke-44 dan orang asing ke-11 yang dipancung di Saudi tahun ini. Dalam daftar itu termasuk seorang perempuan Indonesia, Ruyati yang dipancung pada 19 Juni 2011.
Saat ini yang sedang mengantre hukuman pancung adalah Ali Hussain Sibat, seorang host televisi setempat yang divonis mati gara-gara meramal dalam acara yang dipandunya.
Pengacara Ali, May El Khansa, mengatakan eksekusi itu sebenarnya dijadwalkan Jumat (4/11/2011). Namun, kata Khansa, eksekusi tidak jadi dilakukan hari itu, namun bukan berarti ia sudah mendapat pengampunan.
Abdul Hamid ditahan pada 2005 setelah ia dijebak oleh seseorang yang bekerja pada mutawa’in atau polisi agama. Waktu itu ia diminta membuat guna-guna yang bisa membuat ayah si polisi meninggalkan istri keduanya.
Menurut keterangan si polisi agama, waktu itu Abdul Hamid setuju membuat guna-guna dengan imbalan 6.000 riyal. Setelah itu ia ditangkap setelah sebelumnya dipukuli. Pengadilan terhadap Abdul Hamid dijalankan secara tertutup sehingga tidak banyak yang terungkap tentang itu.
Malcolm Smart, Direktur Amnesty Internasional untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara mengecam keras eksekusi itu. “Eksekusi Abdul Hamid mengerikan. Saudi tetap melanjutkan penggunaan cara yang kejam dan ekstrem ini sebagai hukuman,” kata Malcolm.

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Seorang peramal atau ahli sihir , suka memisahkan antara suami istri m tukang santet yang sering menyantet banyak orang sampai mati , layak sekali di hukum bunuh dan dia termasuk orang yang berbuat kerusakan di atas bumi . Allah menyatakan :
قَالَ الْلَّهُ تَعَالَىْ (إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ الْلَّهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِيْ الْأَرْضِ فَسَادا أَنْ يُقَتَّلُوٓا أَوْ يُصَلَّبُوٓا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيَهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الَأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِيْ الْدُّنْيَا وَلَهُمْ فِيْ الْآَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ).

Allah berfirman :
5.33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik , atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, Maidah 33
Bacalah lagi di sini :  
23 Sep 2011
02 Okt 2011

Jawabanku untuk Guru Imam Nawawi

Mizan al adil berkata
قَالَ أَبُو شَامَةَ شَيْخُ اْلإِمَامِ النَّوَوَيِ: وَمِنْ أَحْسَنِ مَا ابْتُدِعَ فِي زَمَانِنَا مَا يُفْعَلُ كُلَّ عَامٍ فِي اْليَوْمِ الْمُوَافِقِ ِليوْمِ مَوْلِدِهِ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَالْمَعْرُوْفِ وَإِظْهَارِ الزِّيْنَةِ وَالسُّرُوْرِ، فَإِنَّ ذَلِكَ مَعَ مَا فِيْهِ مِنَ اْلإِحْسَانِ ِللْفُقَرَاءِ مُشْعِرٌ بِمَحَبَّتِهِ وَتَعْظِيْمِهِ فِي قَلْبِ فَاعِلِ ذَلِكَ، وَشُكْرِ اللهِ عَلَى مَا مَنَّ بِهِ مِنْ إِيْجَادِ رَسُوْلِهِ الَّذِي أَرْسَلَهُ رَحْمَةً ِللْعَالَمِيْنَ، هَذَا كَلاَمُهُ.

     Al imam Abu Syamah – guru Imam Nawawi berkata : Termasuk bid`ah yang terbaik di zaman kita ini apa yang di lakukan pada hari yang bersamaan dengan hari kelahiran Nabi   dengan memberikan sedekah , kebaikan , menampakkan pakaian yang baik  dan gembira / Sesungguhnya hal itu dengan berbuat baik kepada kaum fakir akan  memberikan rasa cinta dan mengagungkan nabi dalam hati pelakunya  , lalu bersukur kepada  Allah atas terwujudnya Rasulullah   yang di utus  sebagai rahmatan lil alamin ……………… inilah perkataannya .

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Siapakah yang memerintahkan untuk berbuat sepertri itu . Tunjukkan  hadis yang menyatakan tanggal kelahiran Nabi 
Seluruhnya tidak memiliki dalil dari hadis sahih baik tanggal atau bulannya . Jadi kelahiran Nabi   tidak di ketahui  pada bulan  atau tanggal berapa .
Al albani menyatakan : Menghususkan bulan Rabiul awal dengan membaca  kisah maulid  adalah bid`ah yang mungkar , harus di buang dan di larang .
Karena  itu , ketika Imam Nawawi memperbolehkan baca maulid pada bulan itu  dalam syarah Muslim  lalu menyatakan , Ibnu Maslamah al Maliki  tidak suka padanya , barang  kali  beliau belum menjumpai hadis tsb
Al bani menyatakan  : Jauh sekali . paling  tepat adalah hadis tsb telah  di ketahui  tapi pahamnya tidak sebagaimana  Nawawi dan lainnya  . Sungguh  kami telah menjelaskan yang benar  dalam masalah itu menurut kami . 
 Rasulullah   wafat pada bulan Rabiul awal 11 H .

Ibnu Taimiyah berkata :
وَأَمَّا اتِّخَاذُ مَوْسِمٍ غَيْرِ الْمَوَاسِمِ الشَّرْعِيَّةِ كَبَعْضِ لَيَالِي شَهْرِ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ الَّتِي يُقَالُ : إنَّهَا لَيْلَةُ الْمَوْلِدِ أَوْ بَعْضِ لَيَالِيِ رَجَبٍ أَوْ ثَامِنَ عَشَرَ ذِي الْحِجَّةِ أَوْ أَوَّلِ جُمْعَةٍ مِنْ رَجَبٍ أَوْ ثَامِنِ شَوَّالٍ الَّذِي يُسَمِّيهِ الْجُهَّالُ عِيدَ الْأَبْرَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْبِدَعِ الَّتِي لَمْ يَسْتَحِبَّهَا السَّلَفُ وَلَمْ يَفْعَلُوهَا وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ .

  Mengadakan peringatan di musim tertentu  yang di luar syariat  seperti sebagian malam  bulan Rabiul awal  yang konon  malam maulid  atau sebagian malam bulan Rajab  atau tgl 18 bulan Dzul hijjah atau permulaan jumat bulan Rajab atau tgl 8 Syawal yang di beri nama sebagai hari raya orang baik . Seluruhnya itu termasuk bid`ah yang tidak disunahkan oleh kalangan salaf , dan mereka  tidak menjalankannya  . Wahhu subhanhu wa taala a`lam . [1]

وَلَوْ كاَنَ هَذَا خَيْرًا مَحْضًا ، أَوْ رَاجِحًا لَكَانَ السَّلَفُ رَضِيَ الله عَنْهُمْ أَحَقَّ بِهِ مِنَّا ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا أَشَدَّ مَحَبَّةً لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَعْظِيْمًا لَهُ مِنَّا ، وَهُمْ عَلَى الْخَيْرِ أَحْرَصَ .
Seandainya mengadakan maulid ini murni kebaikan atau paling banyak baiknya  maka kaum salaf radhiyallohu anhu akan lebih berhak dari pada kita . Sebab mereka paling cinta kepada Rasulullah SAW  dan paling mengagungkan dari pada kita . Mereka  lebih senang kepada kebaikan . [2]




[1] Majmu` fatawa libni Taimiyah 107 /6
[2]  Iqtidhous shiratil mustaqim  84/2

Para habaib serukan tidak mengadakan maulid


Jajaran Ulama dari kalangan Habaib menyerukan Ahlul Bait Rasulullah untuk tidak memperturuti hawa nafsu mereka. Karena Perayaan yang mereka sebut dengan “Maulid Nabi” dengan dalih “Cinta Rasul”, dan berbagai acara yang menyelisihi syari’at, yang secara khusus dimeriahkan/ diperingati oleh sebagian anak keturunan Nabi yang mulia ini jelas merupakan sebuah penyimpangan, dan tidak sesuai dengan “Maqasidu asy-Syar’i al-Muthahhar” (tujuan-tujuan syariat yang suci) untuk menjadikan ittiba’ (mengikuti) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai standar utama yang dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dalam segala sikap dan perbuatan (ibadah) mereka.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir “Islam Today,” para Habaib berkata, “Bahwa Kewajiban Ahlul Bait (Keturunan Rasulullah) adalah hendaklah mereka menjadi orang yang paling mulia dalam mengikuti Sunnah Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, mengikuti petunjuknya, dan wajib atas mereka untuk merealisasikan cinta yang sebenarnya (terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, red.), serta menjadi manusia yang paling menjauhi hawa nafsu. Karena Syari’at Islam datang untuk menyelisihi penyeru hawa nafsu, sedangkan cinta yang hakiki pasti akan menyeru “Ittiba’ yang benar”.
Mereka (Para Habaib) menambahkan, “Di antara fenomena yang menyakitkan adalah terlibatnya sebagian anak-cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia (Ahlul Bait) dalam berbagai macam penyimpangan syari’at, dan pengagungan terhadap syi’ar-syi’ar yang tidak pernah dibawa oleh al-Habib al-Mushtafa Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di antara syi’ar-syi’ar tersebut adalah bid’ah peringatan Maulid Nabi dengan dalih cinta.
Para Habaib menekankan dalam pernyataannya, bahwa yang membuat perayaan tersebut sangat jauh dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah karena hal itu dapat menyebabkan pengkultusan terhadap beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang beliau sendiri tidak membolehkannya, bahkan tidak ridho dengan hal itu dan lainnya adalah bahwa peringatan tersebut dibangun di atas Hadits-hadits yang bathil dan aqidah-aqidah yang rusak. Telah shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan pengingkaran terhadap sikap-sikap yang berlebihan seperti ini, dengan sabdanya,
لَا‏ ُتطْرُونِي كَمَا َأطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ (رواه البخاري)
“Janganlah kalian mengkultuskan aku seperti pengkultusan orang-orang nasrani terhadap putra maryam.” (HR. al-Bukhari)
Sedangkan seputar adanya preseden untuk perayaan-perayaan seperti itu pada as-Salafu ash-Shalih, Para Habaib tersebut mengatakan, “Bahwa perayaan Maulid Nabi merupakan ibadah/ amalan yang tidak pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak pernah pula dilakukan oleh seorangpun dari kalangan Ahlul Bait yang mulia, seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein, Ali Zainal Abidin, Ja’far ash-Shadiq, serta tidak pernah pula diamalkan oleh para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam –Radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in- begitu pula tidak pernah diamalkan oleh seorang pun dari para tabi’in.
Para Habaib tersebut mengatakan kepada Ahlul Bait, “Wahai Tuan-tuan yang terhormat! Wahai sebaik-baiknya keturunan di muka bumi, sesungguhnya kemulian Asal usul (Nasab) merupakan kemulian yang diikuti dengan taklif (pembebanan), yakni melaksanakan sunnah Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berusaha untuk menyempurnakan amanahnya setelah sepeninggalnya dengan menjaga agama dan menyebarkan dakwah yang dibawanya. Dan karena mengikuti apa yang tidak dibolehkan oleh syari’at tidak mendatangkan kebenaran sedikitpun, bahkan merupakan amalan yang ditolak oleh Allah ta’ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam urusan (agama) kami ini yang bukan termasuk di dalamnya, maka ia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berikut ini adalah teks pernyataannya:
Risalah untuk Ahlul Bait (Anak-Cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) tentang Peringatan/ perayaan Maulid Nabi.
الحمد لله رب العالمين، الهادي من شاء من عباده إلى صراطه المستقيم، والصلاة والسلام على أزكى البشرية، المبعوث رحمة للعالمين، وعلى آله وصحبه أجمعين .. أما بعد:
Di antara Prinsip-prinsip yang agung yang berpadu di atasnya hati-hati para ulama dan kaum Mukminin adalah meyakini (mengimani) bahwa petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah petunjuk yang paling sempurna, dan syariat yang beliau bawa adalah syariat yang paling sempurna, Allah Ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِينًا (المائدة:3)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.” (QS. Al-Maaidah 5:3)
Dan meyakini (mengimani) bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan keyakinan atau tanda kesempurnaan iman seorang Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ، وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِين (رواه البخاري ومسلم)
“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dia cintai dari ayahnya, anaknya, dan semua manusia.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Beliau adalah penutup para nabi, Imam orang-orang yang bertaqwa, Raja anak-cucu Adam, Imam Para Nabi jika mereka dikumpulkan, dan Khatib mereka jika mereka diutus, si empunya tempat yang mulia, telaga yang akan dikerumuni (oleh manusia), si empunya bendera pujian, pemberi syafa’at manusia pada hari kiamat, dan orang yang telah menjadikan umatnya menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [الأحزاب:21]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab: 21) 
Dan di antara kecintaan kepada beliau adalah mencintai keluarga beliau (Ahlul Bait/ Habaib), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي (رواه مسلم)
“Aku mengingatkan kalian kepada Allah pada Ahlu Bait (keluarga)ku.” (HR. Muslim).
Maka Kewajiban keluarga Rasulullah (Ahlul Bait/ Habaib) adalah hendaklah mereka menjadi orang yang paling mulia dalam mengikuti Sunnah Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, mengikuti petunjuknya, dan wajib atas mereka untuk merealisasikan cinta yang sebenarnya (terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, red.), serta menjadi manusia yang paling menjauhi hawa nafsu. Karena Syari’at datang untuk menyelisihi penyeru hawa nafsu, Allah Ta’ala berfirman,
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [النساء:65]
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa’: 65)
Sedangkan cinta yang hakiki pastilah akan menyeru “Ittiba’ yang benar”. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ.. [آل عمران:31]
“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Tidak cukup hanya sekedar berafiliasi kepada beliau secara nasab, tetapi keluarga beliau (Ahlul bait) haruslah sesuai dengan al-haq (kebenaran yang beliau bawa) dalam segala hal, dan tidak menyalahi atau menyelisihinya.
Dan di antara fenomena menyakitkan adalah orang yang diterangi oleh Allah ta’ala pandangannya dengan cahaya ilmu, dan mengisi hatinya dengan cinta dan kasih sayang kepada keluarga NabiNya (ahlul bait), khususya jika dia termasuk keluarga beliau pula dari keturunan beliau yang mulia adalah terlibatnya sebagian anak-cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia (Ahlul Bait/ Habaib) dalam berbagai macam penyimpangan syari’at, dan pengagungan terhadap syi’ar-syi’ar yang tidak pernah dibawa oleh al-Habib al-Mushtafa Shallallahu ‘alaihi wasallam. 
Dan di antara syi’ar-syi’ar yang diagungkan yang tidak berdasarkan petunjuk moyang kami Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut adalah bid’ah peringatan Maulid Nabi dengan dalih cinta. Dan ini jelas merupakan sebuah penyimpangan terhadap prinsip yang agung, dan tidak sesuai dengan “Maqasidu asy-Syar’i al-Muthahhar”(tujuan-tujuan syariat yang suci) untuk menjadikan ittiba’ (mengikuti) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai standar utama yang dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dalam segala sikap dan perbuatan (ibadah) mereka.
Karena kecintaan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengharuskan ittiba’(mengikuti) beliau Shallalllahu ‘alaihi wasallam secara lahir dan batin. Dan tidak ada pertentangan antara mencintai beliau dengan mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan mengikuti (ittiba) kepada beliau merupakan inti/ puncak kecintaan kepadanya. Dan orang yang mengikuti beliau secara benar (Ahlul ittiba’) adalah komitmen dengan sunnahnya, mengikuti petunjuknya, membaca sirah (perjalanan hidup)nya, mengharumi majlis-majlis mereka dengan pujian-pujian terhadapnya tanpa membatasi hari, berlebihan dalam menyifatinya serta menentukan tata cara yang tidak berdasar dalam syariat Islam.
Dan di antara yang membuat perayaan tersebut sangat jauh dari petunjuk Nabi adalah karena dapat menyebabkan pengkultusan terhadap beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang beliau sendiri tidak membolehkannya, bahkan beliau tidak ridho dengan hal itu. Dan hal lainnya adalah bahwa peringatan tersebut dibangun di atas Hadits-hadits yang bathil dan aqidah-aqidah yang rusak. Telah shahih dari Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wasallam pengingkaran terhadap sikap-sikap yang berlebihin seperti ini, dengan sabdanya,
لَا‏ ُتطْرُونِي كَمَا َأطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ (رواه البخاري)
“Janganlah kalian mengkultuskan aku seperti pengkultusan orang-orang nasrani terhadap putra Maryam.” (HR. al-Bukhari)
Maka bagaimana dengan faktanya, sebagian majlis dan puji-pujian dipenuhi dengan lafazh-lafazh bid’ah, dan istighatsah-istighatsah syirik.
Dan perayaan Maulid Nabi merupakan ibadah/ amalan yang tidak pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak pernah pula dilakukan oleh seorangpun dari kalangan Ahlul Bait yang mulia, seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husein, Ali Zainal Abidin, Ja’far ash-Shadiq, serta tidak pernah pula diamalkan oleh para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam –Radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in- begitu pula tidak pernah diamalkan oleh seorang pun dari para tabi’in, dan tidak pula Imam Madzhab yang empat, serta tidak seorangpun dari kaum muslimin pada periode-periode pertama yang diutamakan.
Jika ini tidak dikatakan bid’ah, lalu apa bid’ah itu sebenarnya? Dan Bagaimana pula apabila mereka bersenandung dengan memainkan rebana?, dan terkadang dilakukan di dalam masjid-masjid? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hal ini secara gamblang dan tanpa pengecualian di dalamnya,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ (رواه مسلم)
“Semua bid’ah itu sesat.” (HR. Muslim).
“Wahai tuan-tuan yang terhormat! Wahai sebaik-baiknya keturunan di muka bumi, sesungguhnya kemuliaan Asal usul/ nasab merupakan kemulian yang diikuti dengan taklif (pembebanan), yakni melaksanakan sunnah Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berusaha untuk menyempurnakan amanahnya setelah sepeninggalnya, dengan menjaga agama, menyebarkan dakwah yang dibawanya. Dan karena mengikuti apa yang tidak dibolehkan oleh syari’at tidak mendatangkangkan kebenaran sedikitpun, dan merupakan amalan yang ditolak oleh Allah ta’ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam urusan (agama) kami ini yang bukan termasuk di dalamnya, maka ia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Demi Allah, demi Allah, wahai para habaib (Ahlu bait Nabi)! Jangan kalian diperdayakan oleh kesalahan orang yang melakukan kesalahan, dan kesesatan orang yang sesat, dan menjadi pemimpin- pemimpin yang tidak mengajarkan petunjuk beliau! Demi Allah, tidak seorangpun di muka bumi ini lebih kami cintai petunjuknya dari kalian, semata-mata karena kedekatan kalian dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini merupakan seruan dari hati-hati yang mencintai dan menginginkan kebaikan bagi kalian, dan menyeru kalian untuk selalu mengikuti sunnah lelulur kalian dengan meninggalkan bid’ah dan seluruh yang tidak diketahui oleh seseorang dengan yakin bahwa itu merupakan sunnah dan agama yang dibawanya, maka bersegeralah, Beliau bersabda,
مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ (رواه مسلم)
“Barang siapa yang lambat dalam amalnya, niscaya nasabnya tidak mempercepat amalnya tersebut.” (HR. Muslim).
والحمد لله رب العالمين،،
YANG MENANDATANGANI RISALAH DI ATAS ADALAH:
1.    Habib Syaikh Abu Bakar bin Haddar al-Haddar (Ketua Yayasan Sosial “Adhdhamir al-Khairiyah” di Traim).
2.    Habib Syaikh Aiman bin Salim al-Aththos (Guru Ilmu Syari’ah di SMP dan Khatib di Abu ‘Uraisy).
3.    Habib Syaikh Hasan bin Ali al-Bar (Dosen Kebudayaan Islam Fakultas Teknologi di Damam dan Imam serta khatib di Zhahran).
4.    Habib Syaikh Husain bin Alawi al-Habsyi (Bendahara Umum “Muntada al-Ghail ats-Tsaqafi al-Ijtima’i di Ghail Bawazir).
5.    Habib Syaikh Shalih bin Bukhait Maula ad-Duwailah (Pembimbing al-Maktab at-Ta’awuni Li ad-Da’wah wal Irsyad wa Taujih al-Jaliyat, dan Imam serta Khatib di Kharj).
6.    Habib Syaikh Abdullah bin Faishal al-Ahdal (Ketua Yayasan ar-Rahmah al-Khairiyah, dan Imam serta Khatib Jami’ ar-Rahmah di Syahr).
7.    Habib Syaikh DR. ‘Ishom bin Hasyim al-Jufri (Act. Profesor Fakultas Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam di Universitas Ummu al-Qurra’, Imam dan Khotib di Mekkah).
8.    Habib Syaikh ‘Alawi bin Abdul Qadir as-Segaf (Pembina Umum Mauqi’ ad-Durar as-Saniyah).
9.    Habib Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Maqdi (Pembina Umum Mauqi’ ash-Shufiyah, Imam dan Khotib di Damam).
10.                       Habib Syaikh Muhammad bin Muhsi al-Baiti (Ketua Yayasan al-Fajri al-Khoiriyah, Imam dan Khotib Jami’ ar-Rahman di al-Mukala.
11.                       Habib Syaikh Muhammad Sami bin Abdullah Syihab (Dosen di LIPIA Jakarta).
12.                       Habib Syaikh DR. Hasyim bin ‘Ali al-Ahdal (Prof di Universitas Ummul Qurra’ di Mekkah al-Mukarramah Pondok Ta’limu al-Lughah al-‘Arabiyah Li Ghairi an-Nathiqin Biha).
(Istod/Rydh/AN)
Selasa, 15 Februari 11
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Merayakan  hari kelahiran atau hari wafat bukan ajaran Islam , tapi bid`ah yang di adakan untuk di jadikan sunah yang  di lakukan oleh banyak masarakat . Para  sahabat , tabiin juga tidak merayakan dua hari tsb. Mereka menjadikan dua hari itu sebagaimana hari yang lain , tiada perayaan di dalamnya.
Peganglah ayat Allah sbb :
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.[1]
Jadi sariat selain sariat Nabi   adalah hawa nafsu . Dan ajaran Islam ini telah sempurna  sebagaimana ayat :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا

“Hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian dan telah Aku sempurnakan kepada kalian nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian.” (Al-Ma`idah: 3)





[1] Al Jatsiyah 18

Ketua MUI Kepulauan Aru teladan buruk yg perlu di bimbing

REPUBLIKA.CO.ID,DOBO - Umat Islam di Dobo, ibu kota kabupaten Kepulauan Aru, turut memeriahkan pembukaan sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) XXXIII Sinode Gereja Protestan Maluku, Ahad (30/10) malam. Sidang dibuka oleh Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu.
Laporan Antara menyebutkan Ketua MUI Kepulauan Aru, H.Z.A. Halim bersama Pengurus Majelis Ta'kum Al Muhajirin berbaur dengan umat Kristen di lokasi pembukaan persidangan di lapangan Yos Sudarso. Dengan rasa sebagai orang basudara (saudara), mereka mengikuti acara pembukaan persidangan yang dihadiri Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy; Pelaksana tugas (Plt ) Bupati Kepulauan Aru, Umar Djabumona; para pimpinan agama di Maluku serta warga setempat.
''Mereka terlihat tidak canggung,'' tulis Antara.
Bahkan saat pemberian persembahan syukur, Ketua MUI Kepulauan Aru dengan suka cita juga memberikan uang yang dimasukkan dalam anyaman "tumang sagu" (tempat menampung tepung sagu). Begitu pun saat Ketua MPL Sinde GPM, Pdt. DR John Ruhulesin, membacakan akta pembukaan Sidang MPL XXXIII.
Suasana pembukaan Sidang MPL bertambah semarak dengan empat putri memperagakan tarian bernuangsa Islami. Aksi mereka sontak mengundang tepuk tangan hadirin maupun masyarakat yang berjubel di lapangan Yos Sudarso.
Ketika dikonfirmasi tentang kehadirannya tersebut, Halim menyatakan dirinya bersama pimpinan agama lainnya telah menyosialisasikan kegiatan MPL XXXIII Sinode GPM kepada masyarakat Kepulauan Arun. Karena, acara itu strategis dalam mewujudkan jalinan keharmonisan antarumat beragama di Maluku.
"Umat Islam di Kepulauan Aru siap menyukseskan sidang MPL menyusul Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) Angkatan Muda GPM XXV pada 23 - 27 Oktober 2011," ujarnya.
Umat Kristen Protestan maupun Katholik sebelumnya ikut berperan dalam menyukseskan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran(MTQ) XXIV Maluku di Dobo pada 21 - 28 Mei 2011. Pada acara MTQ di Dobo, pendeta serta jemaat Kristen Protestan maupun Katholik berjumlah 100 orang ikut menyanyikan Hymne dan Mars MTQ.
"Sukses MTQ di Dobo bukan berarti harus membalas peranserta basudara Kristen Protestan yang akan menyelenggarakan MPL Sinode GPM. Tapi, ini komitmen umat beragama di daerah ini untuk memelihara jalinan keharmonisan antarumat beragama sebagai warisan leluhur," tandas Halim.
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Dalam artikel itu di katakan :
Umat Islam di Dobo, ibu kota kabupaten Kepulauan Aru, turut memeriahkan pembukaan sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) XXXIII Sinode Gereja Protestan Maluku, Ahad (30/10) malam. Sidang dibuka oleh Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu.
 Sebetulnya mengikuti perayaan Kristen , protestan , Budha , Konghucu  jelas tidak di benarkan , begitu  juga mengikuti ritual Hindu apalagi mengadakan nya  . Ini boleh di lihat dlm ayat sbb :
         
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ         
                             Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
  لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ   I worship not that which ye worship;   Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
  وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ   Nor worship ye that which I worship.   Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

  وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ   And I shall not worship that which ye worship.   Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
  وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ   Nor will ye worship that which I worship.   dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
  لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ   Unto you your religion, and unto me my religion.   Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Dalam artikel itu  juga  di katakan :
Suasana pembukaan Sidang MPL bertambah semarak dengan empat putri memperagakan tarian bernuangsa Islami. Aksi mereka sontak mengundang tepuk tangan hadirin maupun masyarakat yang berjubel di lapangan Yos Sudarso
Komentarku ( Mahrus ali ) :
  Tari – tarian di atas pentas  dari kaum perempuan yang di lihat kaum lelaki dan perempuan merupakan kebid`ahan dan kemungkaran yang tak layak di lakukan  kaum muslimin , karena si penari   menampakkan aurat dan bertentangan dengan ayat :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal orang baik , karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.[1]  Ibnu Abbas memerintah agar jilbab tersebut untuk menutup wajah  dan hanya  mata satu yang tampak [2]
 Ketua MUI yang melihat  acara  itu adalah contoh jelek bukan teladan baik , tapi muslim durja yang perlu di beri contoh yang baik .





[1] Al Ahzab  59
[2] Tafsir Ibnu katsir