Rabu, Juli 08, 2015

Kesalahan ulama ke 25



- وسئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل يجوز أداء الصلاة على مكان مرتفع عن الأرض كالسرير أو نحوه إذا شك الإنسان في طهارة الأرض وليس له عذر من مرض أو نحوه ؟
فأجاب : "لا بأس أن يصلي الإنسان على شيء مرتفع كالسرير أو نحوه إذا كان طاهرًا وكان ثابتًا لا يحصل منه اهتزاز وخلل على المصلي ، وتشويش على المصلي " انتهى من "المنتقى" (2/143).
Syaikh Shalih al Fauzan hafidhahullah ditanya: Apakah  boleh seorang yg menjalankan shalat di tempat yg tinggi dari pada bumi  spt ranjang atau sesamanya   bila  seorang ragu kesucian tanah  dan tdk punya udzur sakit atau sesamanya.

Syaikh Shalih Al Fauzan menjawab:
Boleh saja  seorang menjalankan shalat di tempat yg tinggi seperti ranjang atau sesamanya  bila suci, kokoh , tidak tergoyang dan membikin cacat / terganggu bagi orang yang menjalankan shalat . Al muntaqa 143/2.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Bacalah jati diri syaikh shalih al Fauzan sbb:
صالح بن فوزان الفوزان هو الشيخ الدكتور صالح بن فوزان بن عبد الله الفوزان. ولد 28 سبتمبر 1935م الموافق 1 رجب 1354 هـ، وعضو في هيئة كبار العلماء، وعضو في المجمع الفقهي بمكة المكرمة التابع للرابطة، وعضو في لجنة الإشراف على الدعاة في الحج، إلى جانب عمله عضوا في اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء، وإمام وخطيب ومدرس في جامع الأمير متعب بن عبد العزيز آل سعود في الملز، ويشارك في الإجابة في برنامج (نور على الدرب) في الإذاعة، كما أن له مشاركات منتظمة في المجلات العلمية على هيئة بحوث ودراسات ورسائل وفتاوى، جمع وطبع بعضها.


Shalih bin Fauzan al fauzan  adalah syaikh Doktor Shalih bin Fauzan bin Abdillah al fauzan – dilahirkan  pd 28 September 1935 M  - 1. Rajab 1354 H .
Beliau anggota dari organisasi  ulama  senior ( kibarul ulama ), dan anggota Dewan Fiqih cabang Rabitah di Makkah, anggota komite yang mengawasi khotbah di waktu haji, di samping kerjanya sebagai anggota Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Ifta`, Imam dan penceramah  dan guru di Masjid Amir mut`ib bin Abdul Aziz Al Saud di Malaz, dan mengambil bagian untuk menjawab dalam program  nurun al darb ( acara keagamaan ) di radio, juga ikut aktif  di jurnal ilmiah dalam bentuk penelitian dan studi, risalah , fatwa, beliau mengoleksi dan sebagiannya di cetak.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Menurut sy bila tanah betul najis, maka cari tanah lainnya yang masih luas ini untuk shalat.
Bila maksud fatwa  itu untuk shalat sunat silahkan.
Bila untuk shalat wajib, maka sy tidak menjumpai dalilnya sejak dulu sampai sekarang.
Bila  ia pendapat pribadi untuk peribadi, mk tetap salah, dan membahayakan dirinya, apalagi bila kosumsinya untuk umat Islam, tambah keliru, tidak benar, perlu di rujuk kembali agar  cocok dengan hadis dan tidak menyelisihinya.
Kasihan umat ini yg ingin kebenaran disuguhi dengan kesalahan.

Fatwa Syaikh Shalih Al Fauzan tsb  bila kita ikuti , kita akan menyelisihi tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabatnya dlm menjalankan shalat wajib. Krena mereka selama hidupnya  tidak pernah menjalankan shalat wajib di ranjang.Mereka selalu shalat di tanah tanpa tikar , kain atau sajadah. Pada hal tikar, kain dan sajadah ( khumrah ) saat itu sudah ada. Mengapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak memakainya untuk selamanya.Tapi sajadah , tikar ditinggalkan and beliau sujud ke tanah langsung.
Bila  kita ikuti fatwa tsb kita taat pada syaikh tsb , lalu kita menentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dlm hadisnya:
حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ وَالْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ *
 Dimana saja  kamu menjumpai waktu salat telah tiba , salatlah dan bumi adalah tempat sujudmu. Bukhori 3172
Menurut riwayat Muslim  sbb:
صحيح مسلم - (ج 3 / ص 106)
ثُمَّ الْأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ فَحَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ
Lantas bumilah sebagai tempat sujudmu ( bukan karpet ) , dimana saja kamu menjumpai  waktu salat, salatlah.

Kalimat fa sholli adalah fi`il amar – perintah, harus di taati , jangan sampai menyelisihinya dengan melakukan shalat  di sajadah atau tikar.


اْلأَمْرُ بِالشَّيْءِ نَهْيٌ عَنْ ضِدِّهِ
Perintah sesuatu adalah larangan untuk mengerjakan lawannya .
Bila kita diperintahkan untuk melakukan salat di tanah langsung , maka sudah tentu kita harus taat dan menjalankannnya  dan kita tidak boleh melakukan salat di atas karpet , koran , tegel atau marmer, apalagi ranjang . Menurut kaidah itu adalah haram shalat dikarpet dan ranjang dan wajib shalat di tanah karena taat pada perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Lalu kpn Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjalankan shalat wajib di ranjang? Atau tempat tidurnya.
Fatwa itu sama dengan mengajak manusia untuk menyelisihi tuntunan shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sama dengan pendapat orng sekarang.
Bila kita ikut fatwa syaikh Shalih al fauzan, maka selamanya kita tdk pernah menjalankan shalat pakai sandal yg merupakan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dlm shalat .
Karena itu, inventarisir saja fatwa itu di berankas dan ambillah tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yg mulia dan jangan hinakan diri dengan mengikuti fatwa tanpa dalil. Ikutilah ayat:

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu( dalilmu ), jika kamu memang orang-orang yang benar". Namel 64
Di ayat lain, Allah menyatakan:
أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ(156)فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar. Shoffat.
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan