Minggu, Maret 08, 2015

TAHUN 2015 INDONESIA “PECAH”

GERAKAN ALMAHDI MELAWAN GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL

GERAKAN ALMAHDI MELAWAN GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL


Oleh: Cahyo Nayaswara
Judul tulisan ini mengadopsi buku dengan Judul yang sama yang ditulis oleh Djuyoto Suntani (DS) dan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Perdamaian Tahun 2007. Djuyoto Suntani adalah Presiden The World Peace Communitee (WPC) sebuah Institusi Kemasyarakatan Internasional yang memiliki jaringan di seluruh dunia dan mempunyai pengaruh sangat kuat pada dunia internasional. Djuyoto Suntani juga adalah pencipta “Gong Perdamaian Dunia (GPD)”.
Gong Perdamaian Dunia diciptakan oleh Djuyoto Suntani (DS) bersama Gde Sumarjaya Linggih akhir tahun 2002 pasca “bom Bali I”. Atas prakarsa Susilo Bambang Yudoyono (Menko Polkam RI), GPD dibunyikan untuk pertama kalinya oleh Presiden dan Wakil Presiden RI di Bali pada tanggal 31 Desember 2002 pukul 00.00 wita untuk mencanangkan “2003 sebagai Tahun Perdamaian Indonesia”.  Gong yang dibunyikan tersebut adalah gong yang berasal dari desa Plajan, Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah. Gong itu dibuat oleh seorang wali 450 tahun yang lalu dan digunakan untuk da’wah syiar Islam di lereng gunung muriah. Gong yang bernilai sakral tersebut adalah milik ibu Mursini, generasi ketujuh dari wali yang membuatnya.
Sebagai putra yang lahir di lereng gunung Muriah, Djuyoto Suntani membuat duplikat gong tersebut untuk dijadikan gong perdamaian dunia. sebagai satu-satunya sarana persaudaraan dan pemersatu ummat manusia. Duplikat Gong Perdamaian Dunia telah dipasang secara permanen di China, India, Swiss, Helsinki (Finlandia), Maputo (Mozambik), Godollo (Hongaria) dan selanjutnya menyusul akan dipasang di gedung putih, Washington DC (Amerika), Caracas (Venezuela), Islamabad (Pakistan), London (Inggris), Berlin (Jerman), Paris (Perancis), Moskow (Rusia), Istanbul (Turki), Cape Town (Afsel), Madrid (Spanyol), Amsterdam (Belanda) dan tahun 2015 dipasang di seluruh dunia termasuk satu unit Gong Perdamaian Dunia akan dipasang di bulan.
Sebagai bangsa Indonesia, kita semua sepatutnya menyambut baik dan mendukung sepenuhnya ide cemerlang ini sebab apa yang dilakukan oleh bapak Djuyoto Suntani (DS) sudah sesuai sebagaimana amanah UUD 1945 yaitu “ikut aktif menjaga perdamaian dunia”.
Djuyoto Suntani (DS) mensinyalir adanya konspirasi global yang berusaha menghancurkan bangsa Indonesia agar pecah menjadi 17 negara merdeka. Gerakan ini telah berhasil menghilangkan Uni Soviet dari peta dunia. Uni Soviet yang selama 70 tahun adalah satu negara kuat terpecah menjadi 15 negara merdeka yaitu;    Azerbaijan,   Kazakstan,  Uzbekistan,   Tajikistan,   Turkmenistan, Kirgiztan, Latvia, Lithumania, Estonia, Belarusia, Ukraina, Moldova, Georgia, Armenia dan Rusia.
Selain Uni Soviet, Yugoslavia juga telah dilenyapkan peta negaranya dari muka bumi setelah bertahan selama 70 tahun. Tahun 1991-1992 Yugoslavia dipecah menjadi 6 negara merdeka yaitu:  Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzeqovina, Macedonia dan Serbia Montonegro. Tahun 2005 Montonegro lepas dari Serbia.
Jauh sebelum imperium Uni Soviet runtuh dan terpecah belahnya Yugoslavia telah diprediksikan dan diramalkan oleh bapak Djuyoto Suntani. Sama halnya dengan Indonesia, jauh sebelum Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi Presiden RI ke 5 telah diramalkan oleh bapak DS bahwa Indonesia satu waktu akan dipimpin oleh Presiden wanita. Ini dituangkan dalam buku yang ditulis oleh DS “perspektif wanita Indonesia abad 21”  tahun 1988. Secara pribadi saya himbau kepada kita semua agar tidak menyepelekan buku “Tahun 2015, Indonesia Pecah” yang ditulis oleh DS karena hal itu merupakan warning bagi kita semua yang mencintai NKRI agar waspada. Buku tersebut ditulis berdasarkan perenungan yang sangat mendalam, kajian secara cermat bersumber dari siklus alam, peranan konspirasi jaringan global, berbagai tanda-tanda dan fenomena alam, sejarah perpolitikan nusantara, telaah ilmiah sampai rumusan rumit dalam bentuk prediksi spiritual.
Menurut DS, konspirasi global yang berusaha menghancurkan bangsa Indonesia agar pecah menjadi “17 negara merdeka” dikomando oleh satu gerakan Illuminati Internasional melalui jaringan the Luciferians Conspiration dengan operator lapangan Freemasonry. Jaringan tingkat tinggi dunia yang kini menguasai dan mengendalikan bumi ini menggunakan kata sandi misteri angka “666”. Kantor Pusatnya di Brussel – Belgia berbentuk salib terbalik dengan sandi puncak angka “666”. Kantor operasional di Dallas – Amerika Serikat menggunakan gedung bernama “666” (666 Building).
Pada awal 1990 an jaringan the Luciferians Conspiration sepakat menyusun strategi untuk menghancurkan ekonomi Indonesia. Mereka memutuskan tahun 1997 sebagai awal proses penghancuran. Mereka menyusun skenario maha dahsyat “menghancurkan kekuatan Indonesia”.  Pada Juli 1997 perekonomian Indonesia babak belur. Mereka melakukan serangan Jum’at. Setiap hari Jum’at, saat karyawan Bank Indonesia melaksanakan shalat Jum’at dengan bantuan teknologi canggih gerakan Illuminati mengambil simpanan cadangan dollar USA di Bank Indonesia. Minggu kedua Juli 1997 nilai tukar dollar kerupiah Rp.2.400 tiba-tiba naik menjadi Rp.3.500 pada Jum’at sore harinya, pasar dan pelaku ekonomi jadi panik. Jum’at berikutnya naik ke level Rp.5.500 seterusnya setiap Jum’at sore bergerak naik ke Rp. 7.000 sampai menembus angka Rp.20.000.-
Setelah strategi serangan Jum’at berhasil, gerakan itu melangkah ke strategi berikutnya yaitu memecah belah antara pemimpin dan membuat pengkotak-kotakan.
Gerakan mereka terbungkus rapi dengan mengatasnamakan demokrasi, hak azasi manusia dan kebebasan pers. Setelah berhasil memecah-belah kekuatan pemimpin bangsa, mereka masuk pada strategi berikutnya yaitu penyesatan opini dan penciptaan musuh bersama.
Illuminati Internasional membuat garis kebijakan mendasar pada patron penciptaan “Tata Dunia Baru”. Peta negara di dunia digambar ulang. Negara Uni Soviet dipecah menjadi 15 negara merdeka. Yugoslavia dipecah menjadi enam negara (sebentar lagi tujuh, Kosovo segera merdeka). Cekoslowakia menjadi dua, Irak segera dipecah menjadi “tiga Negara” (negara Syiah, negara Sunni dan negara Kurdistan). Peta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) kini sedang digarap untuk dipecah menjadi “17 negara merdeka”. Dalam “versi mereka” Republik Indonesia disisakan tinggal “Republik Jamali” (Jawa, Madura dan Bali) sebagai induk imperium Majapahit Mataram.
Mereka mengusung tema “Tata Dunia Baru” secara terus menerus. Sejumlah negara Eropa yang melawan, diejek dengan sebutan “old Euro” (Eropa Tua) yang sudah usang. Dalam sistem “Tata Dunia Baru”, obsesi besar mereka, dunia harus berada dalam “Satu Sistem Pemerintahan (kapitalis di bawah AS), Satu Mata Uang  (Dollar AS), Satu Sistem Agama (Sekulerisme-Universal).
Melalui matra berdimensi spiritual yang diletakkan pada gambar sebelah kiri mata uang “satu dollar USA”, mereka berambisi menguasai dunia. Dengan strategi “satu Dollar menguasai dunia”, mereka berupaya memporak-porandakan struktur budaya, tradisi masyarakat, ekonomi, politik internasional dan peta geografi dunia. Strategi itu dijabarkan lewat pemasangan lambang Illuminati pada mata uang satu dollar USA.
Keterangan Gambar :
Sebelah kiri LOGO Iuminati berbentuk piramid terpancung

di puncaknya dengan simbol satu mata (dajjal)
   
Simbol Illuminati Internasional berbentuk piramid terpancung dengan puncak satu mata (dajjal), dikenal sebagai Dewi Iris atau Dewi Mesir alias setan (dajjal). Pada gambar segitiga di sisi kiri “uang satu dollar USA” terdapat tulisan Annuit Coeptitis berarti setan setuju dengan gerakan Lucifer. Satu mata dalam segitiga (All Seeing Eye) merupakan mata setan (dajjal). Dajjal dalam pemahaman Islam dilukiskan berupa mahluk produk dunia. Sepak terjang mahluk bengis bermata satu, sangat membahayakan tatanan moral manusia.
Di bawah Dewi Iris terdapat piramid terpancung dengan 13 blok. Ke 13 blok merupakan grand strategy global menguasai dan mengendalikan seluruh isi dunia.
Melihat latar belakang warisan sejarah, wilayah nusantara sudah dihuni orang ribuan tahun lalu. Berbagai peninggalan masa silam telah menunjukkan nenek moyang kita dulu sudah memiliki peradaban yang jauh lebih unggul dibanding bangsa Eropa. Di museum Sangiran-Jawa Tengah terdapat fosil manusia purba berusia jutaan tahun. Di daerah Fakfak tanah Papua terdapat “gunung nabi” berupa fosil berbentuk kapal berusia ribuan tahun. Di Kalimantan Barat ada temuan tentang Republik Borneo yang jauh lebih tua dibanding kehadiran United State of America (USA).
Di dataran tinggi Dieng-Jawa Tengah terdapat peninggalam candi berusia ratusan tahun. Melihat struktur tata ruang kawasan Dieng, dulu merupakan sebuah pusat kota sekaligus pusat kerajaan yang memiliki peradaban tinggi. Bukti riil kalau nenek moyang kita memiliki peradaban tinggii dapat dilihat pada peninggalan spektakuler candi Borobudur.
Pusat ibadah agama Budha di Magelang-Jawa Tengah itu merupakan karya legendaries nenek moyang kita yang jauh lebih unggul dibanding bangsa Eropa.
Pada saat candi Borobudur dibangun oleh Gunadharma pada abad kedelapan masehi, bangsa Eropa masih hidup dalam kegelapan. Bangsa Eropa masih menjadi bangsa primitif. Benua Amerika masih kosong. Benua Amerika baru ditemukan oleh Laksamana Muhammad Cheng Ho zaman Dinasti Ming pada abad ke 14. Sedangkan Christopher Colombus baru menjejakan kaki di benua Amerika 70 tahun kemudian. Penemu benua Amerika seorang Muslim asal China, Laksamana Muhammad Cheng Ho.
Tapi kenapa sekarang justru mereka jauh lebih unggul mampu “menguasai dunia” sementara kita menjadi bangsa terbelakang?.  Kenapa bangsa kita selalu merasa inferior, rasa rendah diri, minder terhadap bangsa bule yang dulu belajar ilmu dari kita bangsa Asia?. Jawabnya Cuma satu: mentalitas, kita tidak punya nyali.
1.     Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda
Melihat sejarah masa silam, penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara dan sekarang menamakan diri sebagai bangsa Indonesia, selama ini telah tiga kali melakukan integrasi bersatu menjadi satu bangsa. Namun  karena intrik di dalam negeri didukung oleh kekuatan luar, lalu pecah dan bubar. Berubah menjadi “negara-negara” atau kerajaan-kerajaan” kecil.
Persatuan pertama dilakukan pada zaman kerajaan Sriwijaya abad 6 – 7 Masehi. Kerajaan dengan pusat kekuasaan di Sumatera Selatan dekat kota Palembang sekarang, memiliki kekuatan armada angkatan laut yang kuat, mampu menyatukan penduduk nusantara dalam satu bendera Sriwijaya.   Waktu itu kerajaan Sriwijaya begitu dihormati dunia sebagai kerajaan besar, menjadi pusat agama Budha di Asia Tenggara, pusat ilmu pengetahuan serta pusat perdagangan. Pengaruh Sriwijaya sampai kawasan yang sekarang disebut Malaysia, Thailand dan Philipina.
Kebesaran Sriwijaya yang mampu menyatukan penduduk nusantara, memasuki tahun ke 70, hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika pemerintah pusat di Palembang mulai melemah, muncul pergolakan di berbagai daerah menuntut “merdeka” menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri. Hilangnya figur pemersatu menyebabkan “pemerintah pusat Sriwijaya” kehilangan wibawa, kemudian bermunculan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh kepulauan nusantara.
Persatuan kedua terjadi terjadi pada abad ke 13-14 Masehi di bawah bendera Majapahit dengan pusat kerajaan di Trowulan-Jawa Timur sekarang. Sewaktu Hayam Wuruk menjadi raja, ia memiliki seorang Mahapatih bernama Gajah Mada yang memiliki nyali dan obsesi maha-besar. Gajah Mada yang memiliki tubuh ukuran sedang, bersumpah untuk menyatukan seluruh penduduk nusantara dalam satu bendera negara Majapahit. Sumpah legendaris itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”.
Sumpah Palapa merupakan spirit, sebuah tekad yang sangat kuat menyatukan penduduk yang mendiami kepulauan nusantara. Dari pulau Andalas (Sumatera) di barat sampai tanah Papua di ujung timur. Rakyat di seluruh kawasan nusantara berada dalam satu kesatuan di bawah imperium Majapahit. Pengaruh wilayah Majapahit waktu itu bukan seukuran Republik Indonesia sekarang, melainkan jauh lebih luas lagi, sampai semenanjung Malaya, Philipina, Thailand, hingga Srilangka bahkan masuk ke Madagaskar di pantai timur Afrika.
Tapi sejarah kembali terulang. Kebesaran Majapahit tidak bisa dipertahankan. Ketika usia kerajaan itu mencapai angka 70 tahun, terjadi gesekan intrik politik dari dalam. Kehilangan figur kuat sebagai pemersatu Majapahit yang mampu mengendalikan kerajaan, menyebabkan wilayah kekuasaan di berbagai daerah, pelan-pelan melepaskan diri dari ikatan Majapahit. Pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Raden Patah sebagai keturunan langsung berdarah Sriwijaya dan Majapahit, membangun kerajaan baru di tanah Demak-Jawa Tengah sekarang.
Persatuan ketiga terjadi pada abad ke 20-21 dengan nama Republik Indonesia. Melalui deklarasi 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya – Jakarta Pusat, dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”, para pemuda berikrar : “Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, Berbahasa Satu Bahasa Indonesia, Bertanah Air Satu Tanah Air Indonesia”. Perjuangan panjang para pemuda Indonesia mengintegrasikan tanah nusantara menjadi satu bangsa yang merdeka dan berdaulat, diwujudkan melalui pembacaan proklamasi oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
2.     Belajar dari Sriwijaya dan Majapahit
Sejak 17 Agustus 1945 penduduk di tanah Nusantara secara resmi untuk “ketiga kali” bersatu menjadi “satu bangsa”. Pertama bernama Sriwijaya, kedua bernama Majapahit dan ketiga bernama Republik Indonesia.
Sekarang kita patut bertanya : apakah pengorbanan para pendiri republik yang susah payah menyatukan “tanah nusantara”  itu mesti kembali terpecah-belah, hancur menjadi negara-negara kecil?. Kerajaan Sriwijaya pecah pada usia 70 tahun (abad ketujuh). Kerajaan Majapahit terpecah pada usia 70 tahun (abad ke 14), apakah Republik Indonesia juga akan pecah pada HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) nanti?. Apakah terjadi siklus “700 tahun”, tiap tujuh abad penduduk di persada nusantara bercerai berai ?.
Misteri siklus usia 70 tahun dalam siklus periode tujuh abad, telah memberi sinyal khusus di balik fenomena alam. Pertama kita bersatu di bawah payung Sriwijaya (mayoritas Budha) pada abad ketujuh. Kedua bersatu di bawah payung  Majapahit (mayoritas Hindu) abad ke 14. Ketiga bersatu dibawah payung Republik Indonesia (mayoritas Islam) pada abad ke 21.
Apakah peringatan HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) “kapal Republik Indonesia” mesti pecah lagi?. Muncul negara-negara baru bernama Negara Aceh? Negara Riau? Negara Celebes? Negara Kutai? Negara Maluku? Negara Papua? Negara Bugis? Negara Borneo? Negara Tapanuli, dan seterusnya seperti yang sekarang sedang dirancang dalam peta baru oleh jaringan the Luciferians Conspiration menjadi “17 negara baru”?.
Mitos angka tahun ke 70 an biasa menjadi tanda “bubarnya sebuah Negara”. Imperium Uni Soviet yang maha luas, memiliki territorial terbesar di dunia, punya kekuatan militer menggetarkan jagat raya, bubar pada sekitar 70 an tahun. Uni Soviet pecah menjadi 15 negara merdeka. Negara Balkan Yugoslavia juga pecah menjadi 6 (enam) negara merdeka pada usia sekitar 70 an tahun.
Fenomena perpecahan bagi Republik Indonesia seperti saya lukiskan di atas, sudah tampak di depan mata. Melalui semangat otonomi daerah, para bupati dan walikota menjadi “raja-raja kecil” di daerah. Mereka sering memandang “sebelah mata” keberadaan pemerintah pusat. Apalagi pertanggung-jawaban jabatan mereka bukan lagi kepada pemerintah pusat.
Untuk mencegah pecahnya kapal NKRI yang kita cintai, kita membutuhkan “Sarana Pemersatu Bangsa”
Seperti bentuk benua, pulau-pulau di kawasan nusantara yang dihuni bangsa Indonesia mengalami perubahan bentuk. Contoh paling mutakhir bisa disaksikan pasca tsunami akhir 2004 yang menerjang propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Pasca tsunami terjadi erosi daratan di kawasan pantai barat pulau Sumatera bagian Utara. Bila digambar ulang secara cermat, bentuk daratan bagian barat pulau Sumatera tidak lagi seperti gambar dalam peta selama ini. Laut makin luas, daratan kian berkurang.
Pada bagian lain, peta negara pulau tetangga kita, Singapura juga berubah, tapi bertambah luas. Melalui eksplorasi pencurian pasir dari Indonesia, negeri kecil itu terus memperluas daratan. Bila daratan Indonesia berkurang karena diterjang bencana alam, daratan negara pulau Singapura justru bertambah luas karena eksplorasi pasir asal Indonesia. Begitu pula kawasan Sidoarjo-Jawa Timur, karena muncul Lumpur panas Lapindo, terjadi perubahan peta wilayah.
Pada masa mendatang, perubahan peta nusantara bakal terjadi. Mengingat sekitar 8.500 pulau milik Indonesia sampai sekarang belum bernama, belum berpenghuni, serta tidak dikelola secara baik, bila kita ceroboh, dalam waktu tidak lama, segera berganti pemilik. Jika pemerintah dan putera-puteri bangsa Indonesia masih terus “sibuk berkelahi” berebut kekuasaan, bukan mustahil pulau-pulau kita nanti tahu-tahu dihuni dan dikuasai warga negara tetangga. Pulau-pulau itu telah dihuni warga negara asing, lalu tiba-tiba berkibar bendera negara lain. Kasus lepasnya Sipadan dan Ligitan dari Indonesia merupakan contoh pembelajaran mahal bagi bangsa ini. Kita mudah kecolongan karena lemah dalam segala hal.
Jika pulau-pulau kosong secara diam-diam dihuni oleh warga asing atau warga Indonesia tapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah, jangan kaget bila nanti kita dikejutkan oleh keinginan mereka untuk melepaskan diri dari ikatan “Merah Putih”. Mereka menuntut lepas atau memilih bertindak pada negara tertentu. Contoh paling aktual terjadi pada penduduk pulau Gibraltar di sebelah Selatan Spanyol. Pemerintah Madrid mendadak dikejutkan keinginan warga pulau Gibraltar melepaskan diri dari ikatan bangsa Spanyol. Mereka menuntut dua opsi, merdeka atau ikut Persemakmuran Inggris.
Konspirasi global jaringan the Luciferians Internasional sudah puluhan tahun menggarap Indonesia untuk dipecah belah menjadi kepingan “17 negara merdeka”. Dimulai lepasnya Propinsi Timor Timur (Timtim), Penguatan Otonomi Daerah, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua secara rutin tiap tanggal 1 Desember, kemenangan rakyat Aceh dalam Pilkada Gubernur yang menempatkan calon Independen (non-partai) dari GAM menjadi Gubernur Aceh, penguatan eksistensi RMS hingga tampil mengibarkan bendera di depan presiden RI pada acara Hari Keluarga Nasional 27 Juli 2007 di Ambon, dan lain-lain.
Bila pusat banyak mengecewakan rakyat, kedepan rakyat tidak begitu peduli dan tidak respek terhadap Jakarta. Bila para elit politik sibuk berkelahi, sibuk mengurusi kepentingan diri sendiri dan kelompok, jangan salahkan bila saudara-saudara kita di daerah punya keinginan mandiri. Pada era informasi sekarang, akses ke seluruh penjuru dunia mudah diperoleh.
Konspirasi global telah lama menyusun “peta baru Nusantara”. Pola strategi penggarapan dilakukan melalui dua jalur, dari dalam dan luar negeri. Paling intensif digarap dari dalam negeri. Ketidakadilan dan kekurangmampuan pemerintah pusat  dalam mengelola negara, menjadi pemicu utama. Dua jalur itu kini sudah mengepung Indonesia. Dilakukan secara sistematis, terprogram dengan mengusung tema indah tentang perubahan menuju demokratisasi, transparansi, kebebasan serta kesejahteraan.
Awal tahun 2000 sejalan semangat reformasi yang sulit dikendalikan, sejumlah anak bangsa mengusung isyu tentang tema mengubah NKRI menjadi Negara Federal. Isyu keinginan mengubah NKRI menjadi Negara Federal jangan dipandang enteng. Bila pemerintah yang berkuasa tidak pernah mewujudkan janji-janji indah selama masa kampanye, rakyat yang lapar pasti kecewa, lantas memberontak mengikuti skenario global mengubah peta NKRI menjadi negara Federal.
Mulai akhir 2004 bangsa ini setiap hari didera musibah demi musibah. Sejak 26 Desember 2004, bencana tsunami menghancurkan propinsi Aceh dan sebagian Sumatera Utara, puluhan juta penduduk Indonesia hidup menderita. Musibah tsunami disusul gempa bumi Yogya-Jateng pertengahan tahun 2005 menewaskan lebih setengah juta penduduk negeri. Puluhan juta penduduk lain dilanda frustasi hebat karena kehilangan masa depan.
Belum habis didera derita bencana alam, masyarakat Indonesia “dihajar bencana pemerintah”. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) disusul kenaikan semua harga kebutuhan hidup sebanyak dua kali selama tahun 2005, melengkapi penderitaan rakyat Indonesia. Rakyat semakin hari kian sulit untuk sekedar dapat bertahan hidup di negeri sendiri. Di negeri yang subur makmur ini kelaparan terjadi di mana-mana.
Di tengah-tengah penderitaan sebagian besar rakyat, penduduk Sidoarjo Jawa Timur dihajar badai bencana mengerikan ciptaan manusia bernama Lumpur Lapindo. Sepanjang tahun 2006 dan 2007 musibah demi musibah datang beruntun tanpa henti. Pesawat Adam Air jalur penerbangan Surabaya-Manado hilang misterius tanpa jejak. KM Senopati Nusantara tenggelam di lautan, ratusan penumpang hilang tanpa bekas. Awal Februari 2007 kota Jakarta dan sekitar dikepung banjir, 70 persen daratan ibukota negara tenggelam.
Jika sebagian besar rakyat sudah frustasi, kehilangan akal sehat, mereka rela melakukan apa saja, asal bisa bertahan hidup. Rakyat tidak lagi peduli terhadap bentuk Negara. Apakah berbentuk NKRI atau negara Federal. Dalam pola fikir rakyat yang penting bisa hidup layak. Bisa makan kenyang dan nyenyak tidur.
Mencermati kehidupan sebagian besar rakyat kita semakin hari terasa kian sulit menjalani hidup layak, wacana negara Federal yang diusung sejumlah anak bangsa, perlu dikaji dan telaah secara serius. Wacana itu dapat berubah menjadi kemauan rakyat. Jangan kaget bila suatu saat rakyat berteriak: “Kami hanya butuh hidup layak, punya masa depan yang jelas. Kami tidak peduli apapun bentuk Negara dan namanya…”
Sebagai sesama bangsa, kita tidak ingin bangsa ini pecah menjadi kepingan “17 negara merdeka” sebagaimana rancangan skenario  global yang disiapkan jaringan the Luciferians Conspiration. Kita ingin Republik Indonesia berdiri tegak, gagah sampai akhir zaman. Kita berharap kelak Indonesia menjadi negara super-power, memiliki peradaban tinggi, mampu mewarnai percaturan dunia internasional melalui “Gong Perdamaian Dunia (GPD)”.
Konspirasi global telah merancang tahun 2015 Indonesia dipecah menjadi “17 negara merdeka”. Untuk mengantisipasi konspirasi global itu, kami telah berupaya melakukan penetrasi global melalui pemasangan GPD secara permanen di seluruh penjuru dunia. Jika the Luciferians Conspiration membuat skenario tahun 2015 Indonesia dipecah menjadi “17 negara merdeka”, pada tahun sama kami punya target pasang GPD di seluruh penjuru negara merdeka. Dengan keberadaan GPD terpasang di seluruh dunia, menjadi tali pengikat semangat kebersamaan kebanggaan seluruh bangsa. Menjadi sumber inspirasi, spirit jatidiri, serta dorongan kuat bangsa ini agar tumbuh menjadi  bangsa besar yang disegani dunia.
Untuk menghadapi kekuatan super-misteri angka “666” yang telah sukses mengacak  acak isi dunia, menancapkan kuku taring kekuatan di mana-mana, mengendalikan bumi, kita dapat menghadapi melalui kekuatan misteri angka “6666”. Misteri angka “6666” merupakan angka Illahiah, angka kebenaran. Angka “6666” memiliki kekuatan maha-dahsyat yang mampu menangkis semua bentuk kejahatan di seluruh alam semesta.
Angka “6666” merupakan angka kejayaan, sama dengan jumlah ayat Alqur’an. Kitab suci Alqur’an merupakan satu-satunya wahyu Illahi yang tidak pernah “diamandemen” sepanjang masa. Dari dulu sampai akhir zaman. Alqur’an tetap berisi “6666” ayat. Setiap ayat bila dikaji secara mendalam, memiliki makna luar biasa. Angka “6666” merupakan angka kesempurnaan. Coba kita jumlahkan: 6+6+6+6 = 24. Angka 24 = 2+4 = angka 6.
Dibolak balik dengan cara apapun, angka “6666” tetap menjadi angka kejayaan dan kesempurnaan. Rukun iman ada 6, jumlah hari kerja ada 6 (hari ada tujuh, libur 1 hari tinggal enam). Bentuk angka 6 kebalikan dari angka 9. Bila angka 9 milik Tuhan (99 sifat Tuhan), angka 6 menjadi milik mahluk ciptaanNya. Mahluk licik kubu setan menggunakan kekuatan misteri “666”, kita yang berada di jalur kebenaran harus hadapi dengan menggunakan misteri angka “6666”. Itulah rahasia Tuhan kenapa jumlah kitab suci Alqur’an ada “6666” ayat.
Untuk menghadapi misteri “666” sebagai kekuatan angka setan, kita melakukan perlawanan dengan misteri “6666” sebagai angka Illahiah. Cara menghadapi bukan secara kasat mata dijumlahkan menjadi lebih besar, melainkan menggunakan akal fikiran, kecerdasan, kritis, berjiwa besar, bermental dunia, pintar serta meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan. Bangsa Indonesia mesti bersatu, menjadi bangsa cerdas dengan memiliki kepribadian kuat, tidak gampang dikibuli kekuatan modern yang mengkapanyekan tema demokrasi, hak azasi, tranparansi dan kebebasan pers. Indonesia memiliki model demokrasi sendiri.
Di Amerika Serikat sensor pers sangat ketat. Pers dilarang memberitakan keburukan bangsa sendiri. Yang diekspos pers Amerika melulu tentang kehebatan, kemajuan, kejayaan dan kedigdayaan. Sehingga dunia tahu bahwa Amerika Serikat itu hebat, padahal di sana banyak orang miskin, kumuh, buta huruf, kriminal, teroris dan sejenis. Semua dikemas dengan halus, tidak “total transparan” seperti pers Indonesia.
Pernah ada seorang pendeta Kristen bertanya kepada saya, untuk apa setan diciptakan Tuhan di alam semesta? Jika pekerjaan setan hanya membuat berbagai kerusakan di alam semesta, kenapa tidak dimusnahkan saja? Sang pendeta ini bertanya setelah melakukan perenungan yang sangat mendalam. Ia berfikir, mengapa dunia mesti kacau balau? Mangapa dunia mesti ada setan? Mengapa dunia mesti banyak orang jahat? Mengapa dunia mesti ada misteri angka “666” milik setan?
Mendapat pertanyaan seperti itu, saya beri jawaban secara logika sederhana. Setan diciptakan Tuhan untuk menjadi mitra “latih tanding” (sparring) ummat manusia. Manusia sebagai mahluk paling sempurna dibekali akal fikiran, kecerdasan intelektual dan hati nurani memiliki derajat paling tinggi. Tuhan mengangkat manusia menjadi khalifah (pemimpin) di alam semesta. Dengan ada setan sebagai mitra latih tanding, manusia dapat menggunakan akal fikiran dan hati nurani. Manusia bisa membedakan, mana yang buruk dan mana yang baik. Sebagaimana diulas di atas, di alam semesta semua serba “berpasangan” (ganda). Setan menjadi personifikasi kejatahan menggunakan misteri angka “666” diplot untuk menjadi penghuni neraka. Kalau setan dihabisi, semua jadi baik, otomatis neraka kosong tidak memiliki penghuni. Mitra tanding misteri “666’ ya misteri angka “6666” yang menjadi personifikasi kebaikan.
Mendengar jawaban sederhana itu, sang pendeta nampak puas. Kegelisahan selama bertahun-tahun terhadap eksistensi setan sebagai perusak alam semesta, telah sirna. Ia hadapi kekuatan setan dengan angka kesempurnaan misteri “6666”. Ia terus berbuat kebaikan bagi seluruh alam tanpa henti. Ia jalani hidup dengan ikhlas, tenang dan damai.
Demikian Summary buku: Tahun 2015 Indonesia “Pecah” yang disusun oleh bapak Djuyoto Suntani
PANDANGAN GERAKAN ALMAHDI TERHADAP INDONESIA
Saya mendapatkan buku Djuyoto Suntani “tahun 2015 Indonesia Pecah” dari seorang kawan saya di Jakarta pada tahun 2008. Sebagai seorang seniman, jujur saya katakan bahwa saya tidak tertarik boleh dikata alergi terhadap buku-buku atau apapun yang berbau politik. Saya terlalu lugu untuk masuk ke dunia politik, dunia yang mengenyampingkan rasa welas asih, dunia yang penuh dengan kepalsuan dan kebohongan. Ternyata setelah saya membolak balik daftar isi buku DS saya tidak melihat hal-hal yang berbau politik di dalamnya. Saya justru melihat niat baik, ketulusan, kejujuran dan kebaikan budi pekerti seorang hamba Allah yang bernama Djuyoto Suntani. Ada dua gagasan DS yang menarik buat saya pertama; ide pembuatan gong perdamaian dunia. Ide ini dapat mengangkat pamor bangsa Indonesia di dunia internasional. Kedua, misteri angka 6666 untuk melawan misteri angka 666 (triple six) yang digunakan oleh gerakan Illuminati Internasional. Dalam injil angka “666” disebut sebagai simbol setan sedangkan dalam Alqur’an “666” disebut sebagai binatang yang melata (ular). Untuk melawan triple six kita gunakan angka “6666”. Angka 6666 adalah jumlah ayat yang ada didalam kitab suci Alqur’an, kitab yang diimani oleh ummat islam di seluruh belahan dunia.
Setiap tahun saya membaca buku Djuyoto Suntani setidaknya dua kali setahun sekedar untuk menyegarkan ingatan saya. Rutinitas keseharian saya mencari makan buat menghidupi istri dan keempat putra-putri saya tidak boleh menghalangi kewajiban saya sebagai putra bangsa untuk memikirkan pecahnya NKRI. Gagasan pertama DS tidak perlu dipermasalahkan karena saya sudah terima dan telan bulat-bulat. Yang patut dipertanyakan adalah gagasan kedua. Diibaratkan; mau makan nasi basi, belum masuk mulut, tercium bau busuk, jika ditelan ahirnya keluar juga. Saya memberi analogi seperti ini sebab DS tidak menjelaskan bagaimana cara menggunakan angka 6666 itu. Alqur’an sebagai kitab suci meski diimani oleh seluruh ummat islam akan tetapi tidak semua orang islam pandai membaca Alqur’an (buta huruf Alqur’an). Meski tahu membacanya belum tentu tahu artinya. Meski tahu artinya belum tentu mengerti maksudnya. Meski tahu maksudnya belum tentu memahaminya. Meski faham akan tetapi belum tentu memahami dengan benar. Ambil contoh saja KH. Abu Bakar Ba’asyir, pengasuh pondok pesantren Ngruki-Solo, Jawa Tengah yang merasa diri faham terhadap Alqur’an kemudian membimbing orang-orang melakukan jihad di jalan Allah (menurut keyakinan pribadinya sendiri) lalu menebar teror di mana-mana, melukai bahkan membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Apakah ini yang diinginkan oleh Alqur’an?. Perintah jihad di dalam Alqur’an amat sangat sedikit, itupun sudah salah dipahami. Ummat islam terpecah belah kedalam banyak golongan, sumber perpecahannya lantaran salah memahami satu-dua ayat saja kemudian masing-masing mempertahankan pendapat dan keyakinannya. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika ummat islam sudah berbeda pendapat dalam memahami 6.666 ayat.
Jika ummat islam saja berbeda pendapat dan tidak bersatu dalam memahami Alqur’an bagaimana mungkin misteri angka 6666 bisa digunakan melawan gerakan Illuminati Internasional yang menggunakan angka 666 (triple six/simbol syetan atau Lucifer). Patut digaris bawahi bahwa Indonesia ini bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam. Saudara-saudara kita yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong hu chu dan aliran kepercayaan termasuk kejawen adalah pemilik sah republik ini. Mereka juga harus diberi tempat yang terhormat sebab mereka juga mencintai negaranya. Mereka juga tidak mau negaranya dipecah belah oleh gerakan Illuminati Internasional. Mereka juga akan tampil di depan melakukan perlawanan dengan cara mereka sendiri bahkan boleh jadi mereka akan lebih dulu bergerak dibanding ummat islam karena ummat islam masih memperdebatkan permasalahan satu dua ayat.
CAHYO NAYASWARA, sebagai seorang anak bangsa tidak sependapat dengan ide Djuyoto Suntani menjadikan angka 6666 (Alqur’an) untuk dijadikan simbol perlawanan terhadap angka 666 (angka syetan-lucifer). CAHYO NAYASWARA berprinsip Alqur’an adalah bacaan mulia. Firman yang difirmankan. Dari Tuhan Semesta Alam.
CAHYO NAYASWARA berpendapat manusia memiliki kesalahan yang fatal dalam memahami makna Alqur’an baik itu makna ayat yang tersurat terlebih-lebih lagi pada makna ayat yang tersirat. Agar Alqur’an dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal fikirannya maka kita harus melakukan kajian kritis terhadap ayat-ayat. Jika hal ini tidak kita lakukan maka kita menerima Alqur’an hanya sebatas pada keyakinan. Jika hanya pada keyakinan maka Alqur’an tidak ada bedanya dengan kitab-kitab yang dipegang atau diimani oleh agama-agama lainnya dan betapa celakanya, tanpa kita sadari kita telah menempatkan Alqur’an sebatas hanya sebagai sebuah mitos yang harus diyakini. Alqur’an menjadi mulia jika kita mengkritisi ayat-ayatnya dengan menggunakan akal fikiran. Bila logika befikir kita telah tunduk menerima dan membenarkan ayat-ayatnya barulah bisa dikatakan bahwa Alqur’an adalah alfurqan (kitab pembeda). Pertanyaannya sekarang adalah kepada siapakah kita bertanya dan kepada siapakah kita berguru?
Suatu malam, sekitar ahir Mei 2012 (tiga minggu yang lalu) saya didera oleh kegelisahan karena belum tahu cara yang tepat yang bisa digunakan untuk melawan triple six “666” (angka syetan-lucifer). Saya mencoba membuka internet untuk mencari tahu GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL. Setelah mengetik kata GERAKAN, seharusnya saya mengetik “IL” akan tetapi saya merasa ada kekuatan gaib yang saya juga tidak tahu dari mana dan bagaimana bisa tangan saya dipindahkan ke tombol “AL” sehingga muncullah tulisan GERAKAN AL MAHDI. SEBUAH HIKMAH DAN PELAJARAN (Khusus untuk anak-anakku). Nama penulisnya tidak, diketahui. Mungkin penulisnya sengaja tidak ingin ditahu atau sengaja menyembunyikan dirinya. Entahlah. Wallahu’alam.
Setelah saya membaca Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) maka saya langsung print out, kemudian jilid spiral untuk memudahkan saya membacanya. Berulang-ulang saya membaca tulisan itu, lalu mengkaji dan menganalisis kemudian membaca dan mengkaji lagi sehingga saya berlabuh pada satu kesimpulan yang merupakan pertanyaan :
1.     Gerakan Illuminati Internasional (GII) adalah sebuah gerakan yang nyata adanya akan tetapi kita tidak tahu karena mata kita tidak melihat jaringan mereka. Lantas bagaimana dan dengan cara apa kita melawannya atau mengalahkan mereka ?.
2.     Tanpa kita sadari sesungguhnya kita semua ini, tanpa kecuali adalah pendukung setia Gerakan Illuminati Internasional (GII) meskipun secara tidak langsung. Bagaimana mungkin kita bisa melawannya ?
Siapapun yang menggunakan bank konvensional sebagai sarana menyimpan dan mengambil uang adalah termasuk pendukung GII, tidak terkecuali bank syariah karena bank syariah dan bank-bank konvensional tunduk kepada bank sentral (Bank Indonesia), bank sentral tunduk pada bank dunia, bank dunia tunduk pada induk GII di Swiss yang mengontrol keuangan dunia. Siapapun yang dengan sadar (tidak gila) menggunakan mata uang rupiah sebagai alat tukar maka orang itu termasuk pendukung GII oleh karena kurs rupiah dikontrol oleh nilai mata uang satu dollar yang secara kasat mata dan terang-terangan menggunakan logo GII, yang berbentuk piramida terpancung dengan puncak satu mata (dajjal)
Dalam arti sempit kafir artinya tidak percaya kepada Allah atau mengingkari adanya Tuhan. GII menjadikan syetan (lucifer) sebagai objek pemujaan mereka karena mereka memandang syetan bukan melawan Tuhan akan tetapi meniadakan Tuhan. (Untuk kajian ini nantikanlah tulisan CAHYO NAYASWARA yang berjudul “GII, MEREKA ADALAH YAHUDI PALSU).
Dalam arti yang lebih luas dan spesifik kafir dapat ditujukan kepada orang-orang, siapapun yang menggunakan mata uang rupiah sebagai alat tukar, menggunakan bank konvensional dan bank syariah, menggunakan kartu ATM, kartu kredit dan semua sarana lainnya yang menggunakan satelit, telekomunikasi, televisi dan sebagainya adalah pendukung tidak langsung GII dan disebut kafir.
Dalam Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) halaman 37-38 dituliskan:
Salah satu dari jin islam itu bertanya, “Bilamana kapankah kami dapat berjumpa kembali dengan Imam kami”. Dengan bijak Imam Mahdi menjawab, “Kita tidak akan berjumpa lagi. Aku akan perintahkan kalian dari jarak jauh dengan menggunakan sarana telekomunikasi canggih. Di Indonesia, aku sangat sibuk mengatur dan menjaga keseimbangan. Manusia Indonesia merasa diri hebat-hebat dan pintar-pintar. Biarlah Aku perlihatkan kepada mereka bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pembual yang bodoh”. Imam Mahdi terdiam sejenak. Beliau menatap dalam-dalam semua pasukannya. Setelah menarik nafas panjang, beliau melanjutkan lagi perkataannya dengan menyampaikan pesan Al Qur’an sebagai berikut:
* Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?. Dan ALLAH menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Maha Cepat hisab-Nya. (13:41)
Imam Mahdi berkata: “Kami datang ke negeri Indonesia sejak 1996. Kami kurangi negeri ini dari tepi-tepinya. Pulau Sipadan dan pulau Ligitan, kami ambil dan berikan kepada Malaysia. Timor Timur, Kami ambil dan serahkan kepada rakyat Timor Leste. Daerah-daerah propinsi, Kami ambil dari tepinya dan terbentuklah propinsi baru. Daera-daerah kabupaten, Kami ambil dari tepinya dan terbentuklah kabupaten baru. Daerah kota, Kami ambil dari tepinya dan terbentuklah kota-kota baru. Daerah kecamatan, Kami ambil dari tepinya maka terbentuklah kecamatan baru, dst, dst… Hanya mereka saja yang tidak menggunakan akalnya sehingga tidak mempelajari tanda-tanda, isyarat-isyarat Alqur’an bahwa Imam Mahdi berada di Indonesia. Itulah yang membuktikan bahwa mereka bodoh”.
KAFIR, memiliki arti ganda yaitu: tidak percaya kepada ALLAH dan menjijikkan. Makna kedua yaitu “Menjijikkan” lebih tepat ditujukan kepada orang Indonesia, karena sosok yang diperjanjikan oleh TUHAN sudah ada di sekitar mereka, namun mereka belum mengetahuinya. Menjijikkan, karena mereka tidak mempelajari tanda-tanda zaman dan semua fenomena alam yang terjadi. Menjijikkan, karena mereka berbuat melampaui batas di depan mata ALMAHDI.
Janganlah kita krasak-krusuk, marah, protes, apalagi panik. Kita harus mencari solusi. Pertanyaan sekarang adalah kemanakah tempat kita bertanya atau berguru?
CAHYO NAYASWARA tidak akan mau bertanya kepada siapa-siapa apalagi kemana-mana mencari guru, karena dalam Tulisan Gerakan Almahdi halaman 76 dikatakan sebagai berikut:
“Meskipun kalian meminta pendapat orang-orang yang kalian anggap berilmu (ustaz, kiyai, ulama, pastor dan pendeta-pendeta) di dalam negeri ini, tentang perjalanan pencapaian “kebenaran”, maka mereka tidak akan mungkin mau memberimu jawaban disebabkan karena mereka sendiri juga tidak mengetahuinya”.
GERAKAN ALMAHDI MELAWAN GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL
Gerakan Almahdi adalah gerakan internasional dan berpusat di Indonesia. Sebagai putera bangsa, Cahyo Nayaswara mengajak kepada kita semua selaku anak bangsa untuk sedikit merendahkan diri dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT oleh karena, Imam Mahdi yang dinanti-nantikan oleh seluruh ummat islam yang ada di muka bumi ini ternyata Allah menurunkan hambaNya yang mulia itu di Indonesia.
Gerakan itu adalah gerakan yang benar adanya. Meski mata kita tidak melihatnya tapi kita bisa merasakan bahwa gerakan itu betul-betul ada. Untuk mengetahuinya bacalah Tulisan Gerakan Almahdi di internet. Bacalah dengan hati yang tulus secara berulang-ulang hingga tamat kemudian renungkan, cermati dan kajilah sendiri. Akan banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita dapatkan.
Cahyo Nayaswara bukan orang pertama yang membaca TGA di internet mengingat tulisan itu sudah bertengger sejak April 2011 akan tetapi mungkin saja Cahyo Nayaswara sebagai putera bangsa yang berani secara tulus menyampaikan kebenaran tulisan ini. Gerakan Almahdi adalah satu-satunya gerakan yang dipersiapkan Allah untuk menghancurkan kesombongan dan keangkuhan gerakan Illuminati Internasional. Kedua gerakan itu memiliki persamaan yaitu: gerakan itu memang ada akan tetapi gerakan tersebut tidak diketahui karena tidak dilihat secara kasat mata. Maka biarkanlah mereka saling berhadapan. Kita ingin sekali melawan gerakan Illuminati Internasiional tapi apa mau dikata kita tidak melihatnya sama halnya kita ingin sekali membantu Imam Mahdi tapi apa mau dikata kita juga tidak melihat beliau. Gerakan Almahdi sudah meninggalkan Indonesia, sekarang gerakan itu sudah berada di Timur Tengah. Mungkin sebentar lagi gerakan Almahdi akan memasuki Afrika, lalu Amerika kemudian Eropa. Biarkanlah waktu yang mengungkapnya. Jejak-jejak Gerakan Almahdi ketika masih di Indonesia dapat dibaca sendiri di TGA.
CAHYO NAYASWARA sebagai putera bangsa dan kita semua sepatutnyalah memberi apresiasi yang tinggi kepada saudara kita bapak Djuyoto Suntani baik sebagai pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai Presiden The Word Peace Communitee (WPC) atas segala upaya dan kerja kerasnya sehingga gong perdamaian dunia dapat dibunyikan dan ditempatkan ditempat yang terhormat secara permanen dibeberapa negara.
CAHYO NAYASWARA sebagai putera bangsa menyampaikan pesan untuk kita semua bahwa marilah kita membunyikan gong perdamaian yang ada di dalam diri kita masing-masing. Gong perdamaian itu hanya akan berbunyi mana kala kita telah berhasil mengalahkan musuh abadi manusia yaitu “hawa nafsu”. Selama hawa nafsu masih menguasai diri kita maka selama itu pula gong perdamaian tidak akan pernah dibunyikan.
Dalam iman kristiani gong perdamaian dapat dimaknai sebagai Damai di hati. Dalam iman islam gong perdamaian dimaknai sebagai nafsu mutmainnah atau jiwa yang tenang. Damai di hati dan jiwa yang tenang adalah pencapaian tertinggi menuju akhir yang baik atau khusnul khotimah.
Wassalam
Daftar Pustaka:
1.         GERAKAN ALMAHDI (Nama penulis tidak diketahui)
2.         TAHUN 2015 INDONESIA “PECAH”, Djuyoto Suntani, Penerbit Pustaka Perdamaian, 2007.
Tentang Penulis:
CAHYO NAYASWARA yang akrab disapa Mas Cahyo adalah seorang seniman muslim yang bernaung dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) berkantor di lantai Dasar mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Mas Cahyo juga adalah peneliti dan pemerhati masalah-masalah sosial, agama, hukum dan filsafat. Penganut aliran filsafat “Positivisme”. Memiliki minat yang kuat terhadap studi perbandingan agama.
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. APA MAKSUDNYA ‘WILAYAH’ AMIRUL MUKMININ ALI BIN ABI THALIB DAN PUTRA-PUTRANYA???

    Kini semakin nampak arah tujuannya kaum Syiah baik di luar negeri maupun negeri kita, Indonesia. Bisa jadinya sebentar lagi akan ada wakil wali faqih wilayah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib di Indonesia?. Ya ujungnya ingin mempunyai pemimpin dan daerahnya sendiri. Seperti halnya yang sudah ada wakil Wali Faqihnya dibeberapa Negara, ya tinggal nyatukann aja ya??? Contoh:

    Wakil Wali Faqih untuk Provinsi Azarbaijan Timur dan Imam Jum'at Tabriz tersebut selanjutnya menyatakan, "Perayaan hari Ghadir adalah diantara perayaan terpenting bagi kaum muslimin, yang tahun demi tahun harus terus disemarakkan hingga kaum muslimin seluruh dunia menjadi tahu mengenai hakikat wilayatul faqih yang merupakan buah dari hari Ghadir ini."

    "Hal yang terpenting dari masyarakat Islam adalah kepemimpinan Ilahi. Karena itu Hari Ghadir Khum ditetapkan sebagai Hari Raya terbesar dalam Islam yang didalamnya ditetapkan kewilayahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as oleh Rasulullah Saw melalui perantaraan wahyu Ilahi.

    http://www.erfan.ir/article/article.php?id=54260

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan