Minggu, November 16, 2014

Inilah jawabanku yang ke 15. terhadap para komentator di fbku




Kata pengantar:
Kadang kebenaran di salahkan, didustakan dan kesalahan di benarkan lalu didukung.
Saya ingat ayat ini:
فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ ۖ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. Al an`am 5
Yai Mahrus berkata :
Hadis sahih tersebut di dukung dengan hadis sbb :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَيْتَامٍ وَرِثُوا خَمْرًا قَالَ أَهْرِقْهَا قَالَ أَفَلَا أَجْعَلُهَا خَلًّا قَالَ لَا *

Dari Anas bin Malik , sesungguhnya Abu Tholhah ( ayah tiri Anas ra ) bertanya kepada Nabi S.A.W. tentang yatim – yatim yang punya warisan khamar “.
Rasulullah S.A.W. menjawab : “Tumpahkan “.
Abu Tholhah bertanya :” Apakah tidak kita bikin cuka ? “.
Rasulullah S.A.W. bersabda :” Tidak boleh “.9( sahih )
Komentar saya, Abi Azka
Hadits ini juga merupakan larangan membuat cuka dari khomr dengan sengaja. Tidak berbicara mutlaknya ke haraman cuka sebagaimana yang njenengan pahami yai…dan penjelasannya sama dengan hadits Anas sebelumnya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Jadi hadis larangan membuat khamar dari cuka itu tidak mutlak , masih  di takhsis ( bukan  secara umum tapi ada yang di kecualikan )  yaitu khamar yang menjadi cuka dengan sendirinya. Ini yang halal menurut pak yai Abi Azka. Tapi haram menurut keputusan majlis ulama Saudi, Ibn Taimiyah dan Ibn Utsaimin.
Ada lagi larangan Nabi membikin cuka dari khamar adalah umum, tidak boleh di hususkan kecuali oleh Nabi sendiri, bukan ulama yang mentahsis, bukan ulama yang mengecualikan . Ini termasuk ceroboh sekali, hadis umum di kecualikan oleh pendapat manusia. Nanti  akhirnya ada hadis untuk masalah husus diumumkan oleh manusia.
Jadi Rasulullah SAW melarang khamar dibuat cuka.  Sudah , jangan di tambah atau dikurangi. …….., apalagi kecuali khamar yang menjadi cuka dengan sendirinya  tanpa campur tangan manusia.
Rasulullah SAW memerintah agar khamar ditumpahkan, lalu mengapa disimpan untuk dibuat cuka. Ini jelas melanggar  perintah, bukan patuh kepada Rasul. Sudah jelas, Rasulullah SAW melarang membuat cuka  dari khamar, lalu mengapa dilanggar dan dikatakan halal  cuka dari khamar. Kita ikut saja hadis larangan membuat cuka dari khamar itu lebih baik dari pada melanggarnya. Ingatlah ayat:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan kami tidak mengutus seseorang  Rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Nisa` 64.
Dan secara realita, para sahabat tiada yang menyimpan khamar untuk dibuat cuka apalagi jual beli cuka. Bila cuka halal dimasa sahabat, mesti cuka di jual belikan di pasar mereka  sebagaimana kambing dan Unta. Kita ikut saja mereka:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ خَيْرَكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ فَلَا أَدْرِي أَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ قَرْنِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ *
 
 Diriwayatkan dari Imran bin Husain r.a katanya: Rasulullah  S.A.W.   bersabda: Sesungguhnya yang terbaik dari kalangan kamu ialah sezaman denganku, kemudian orang yang hidup setelah zamanku, setelah itu orang yang hidup setelah mereka. Imran berkata: Aku tidak mengetahui apakah Rasulullah  S.A.W.   menyebut selepas kurunnya sebanyak dua atau tiga kali. Selepas itu datang satu kaum yang bersaksi tanpa diminta  dan berkhianat , tidak bisa dipercayai, yang suka bernazar tetapi tidak melaksanakannya dan banyak yang gemuk Muttafaq alaih , Bukhori 2457
Anda menulis :
Yai Mahrus berkata lagi :….
Imam Tirmizi membikin bab sbb:
بَاب النَّهْيِ أَنْ يُتَّخَذَ الْخَمْرُ خَلًّا *
Bab larangan membikin cuka dari khamar 10
KOMENTAR SAYA, ABI AZKA
Ini penjelasannya…..dlm Tuhfatul ahwadzi

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ السُّدِّيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُتَّخَذُ الْخَمْرُ خَلًّا قَالَ لَا
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

1215 – قَوْلُهُ : ( قَالَ لَا )
قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ : هَذَا دَلِيلُ الشَّافِعِيِّ وَالْجُمْهُورِ ؛ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَخْلِيلُ الْخَمْرِ وَلَا تَطْهُرُ بِالتَّخْلِيلِ ، هَذَا إِذَا خَلَّلَهَا بِخُبْزٍ أَوْ بَصَلٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا يُلْقَى فِيهَا فَهِيَ بَاقِيَةٌ عَلَى نَجَاسَتِهَا ، وَيَنْجُسُ مَا أُلْقِيَ فِيهَا . هُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَالْجُمْهُورِ ، وَقَالَ الْأَوْزَاعِيُّ وَاللَّيْثُ وَأَبُو حَنِيفَةَ : تَطْهُرُ . وَعَنْ مَالِكٍ ثَلَاثُ رِوَايَاتٍ أَصَحُّهَا : أَنَّ التَّخْلِيلَ حَرَامٌ فَلَوْ خَلَّلَهَا عَصَى وَطَهُرَتْ . وَالثَّانِيَةُ حَرَامٌ وَلَا تَطْهُرُ . وَالثَّالِثَةُ حَلَالٌ وَتَطْهُرُ . وَأَجْمَعُوا أَنَّهَا إِذَا اِنْتَقَلَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا طَهُرَتْ وَقَدْ يُحْكَى عَنْ سَحْنُونٍ الْمَالِكِيِّ أَنَّهَا لَا تَطْهُرُ فَإِنْ صَحَّ عَنْهُ فَهُوَ مَحْجُوجٌ بِإِجْمَاعِ مَنْ قَبْلَهُ اِنْتَهَى . Tuhfatul Ahwadzi juz 3/408

Uraian dan penjelasan Al Mubarokfuriy ini sama dengan syarah Nawawiy di atas, karena memang beliau menukil dari pendapat imam Nawawi.
Intinya adalah membuat cuka dari khomr (dengan sengaja) itu haram, adapun khomr yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya (tanpa unsure kesengajaan atau rekayasa kimia) maka itu suci dan halal dimakan sebagaimana hadits Jabir di atas.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Saya tampilkan keterangan dalam kitab yang sama bukan kitab yang beda sbb:
تحفة الأحوذي - (ج 3 / ص 369)
قَالَ الْخَطَّابِيُّ فِي الْمَعَالِمِ : تَحْتَ حَدِيثِ أَنَسٍ فِي هَذَا بَيَانٌ وَاضِحٌ أَنَّ مُعَالَجَةَ الْخَمْرِ حَتَّى تَصِيرَ خَلًّا غَيْرُ جَائِزٍ . وَلَوْ كَانَ إِلَى ذَلِكَ سَبِيلٌ لَكَانَ مَالُ الْيَتِيمِ أَوْلَى الْأَمْوَالِ بِهِ لِمَا يَجِبُ مِنْ حِفْظِهِ وَتَثْمِيرِهِ وَالْحَيْطَةِ عَلَيْهِ ، وَقَدْ كَانَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ إِضَاعَةِ الْمَالِ ، فَعُلِمَ أَنَّ مُعَالَجَتَهُ لَا تُطَهِّرُهُ وَلَا تَرُدُّهُ إِلَى الْمَالِيَّةِ بِحَالٍ . اِنْتَهَى
Al khatthabi dalam kitab al ma`alim berkata: Dibawah hadis Anas disini ada keterangan yang jelas, bahwa mengolah khamar menjadi cuka tidak boleh ( haram). Bila hal itu boleh, maka harta anak yatim merupakan harta paling layak  untuk dijadikan cuka. Sebab  ia harus  di jaga, di kembangkan dan di pelihara. Sungguh Rasulullah SAW telah melarang menyiakan harta. Sudah maklum bahwa mengolah khamar  menjadi cuka  itu tidak bisa membikinnya suci dan tidak bisa di kembalikan menjadi harta dengan cara apapun…………., selesai. Tuhafatul ahwadzi  369/3
تحفة الأحوذي - (ج 3 / ص 369)
قُلْتُ : وَالْحَقُّ أَنَّ تَخْلِيلَ الْخَمْرِ لَيْسَ بِجَائِزٍ لِحَدِيثِ الْبَابِ ، وَلِحَدِيثِ أَنَسٍ الْمَذْكُورِ ، وَمَنْ قَالَ بِالْجَوَازِ فَلَيْسَ لَهُ دَلِيلٌ .
Aku ( Syaukani ) berkata: Yang benar adalah membikin khamar menjadi cuka adalah dilarang  karena ada hadis  dalam bab ini dan karena ada hadis  Anas tsb. Barang siapa yang memperbolehkan, harus mendatangkan dalil.  Tuhfatul ahwadzi 369/3.
Anda menyatakan:
Intinya adalah membuat cuka dari khomr (dengan sengaja) itu haram, adapun khomr yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya (tanpa unsure kesengajaan atau rekayasa kimia) maka itu suci dan halal dimakan sebagaimana hadits Jabir di atas.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Pernyataan tersebut akal – akalan belaka, tanpa didukung dalil. Ia didukung ajaran madzhab belaka, bukan ajaran para sahabat atau yang berdasarkan dalil. Sedang hadis Jabir sudah diterangkan  dalam jawaban saya kemarin  adalah lemah karena redaksinya bertentangan antara satu riwayat dan beberapa riwayat yang lain.
Bila membuat cuka dari khamar boleh, tidak diharamkan. Maka mengapa para  sahabat tidak ada yang menyimpan khamar lalu dijadikan cuka, lalu dijual di pasar untuk makanan mereka. Karena para sahabat tidak makan cuka, maka home indusri cuka dikalangan mereka tidak ada.
Anda menyatakan:  
Yai Mahrus berkata lagi :
Muhammad bin Mukrim bin Mandhur al ifriqi Al masri , lahir 630 H – wafat 711 berkata :

الـخَـلُّ: مَعْرُوْفٌ؛ قَالَ ابْنُ سَيِّدَه: الـخَـلُّ مَا حَمُضَ مِنْ عَصِيْرِ اْلعِنَبِ وَغَيْرِهِ؛ قَالَ ابْنُ دُرَيْدٍ: هُوَ عَرَبـِيُّ صَحِيْحٌ. ؛

Cuka sudah populer .Ibnu sayyidih berkata : Cuka adalah Minuman peresan anggur atau lainnya yang sudah masam .Ibnu Duraid berkata : Al khol ( الخَلْ ) adalah bahasa arab yang benar .
KOMENTAR SAYA, ABI AZKA

 الخل ) ما حمض من عصير العنب وغيره

Terjemahan yang bener : cuka adalah perasan anggur atau lainnya yg telah asam (min disitu memiliki faedah tabyiin) .Mu’jam washith 1/253
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Huruf min itu tidak hanya punya faidah tabyin saja, tapi ia punya  faidah tab`idh. Saya ingat di nadhaman alfiyah ibnu Malik – nadhaman Nahwu seribu bait dan saya pernah hapal ketika  belajar di pondok pesantren sbb:
شرح ابن عقيل - (ج 2 / ص 15)
بَعِّضْ وَبَيِّنْ وَابْتَدِئ فِي الاَمْكِنَه * بِمِنْ، وَقَدْ تَأْتِى لِبَدْءِ اْلاَزْمِنَة
Huruf min  itu punya  arti  Tab`idh , tabyin  dan Ibtida`  untuk tempat  , kadang ibtida` untuk zaman.
( Keterangan hal itu lebih detil di ilmu nahwu dan disini saya tidak sempat menjelaskannya  dengan detil. ).
الـخَـلُّ مَا حَمُضَ مِنْ عَصِيْرِ اْلعِنَبِ وَغَيْرِهِ
Cuka adalah Minuman perasan anggur atau lainnya yang sudah masam
Jadi terjemahan itu sudah benar, tidak salah, tidak usah disalah- salahkan, tapi benarkan.
Kembali ke masalah Ayam
Omm Aid menulis:
خالف تعرف!! لا احد من سلفنا يحرم الدجاجة. لو كان كذالك لكانوا اقدم بالفتوى. عجييييييب.. هذا جاهل يريد اعترافا. فما هذا الا يحقق قول العرب: خالف تعرف!!
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Bila tiada ulama dulu yang mengharamkan Ayam , ber arti Ayam itu halal. Mengapa tiada dikalangan para sahabat yang menjual belikan Ayam untuk dimakan. Bahkan mereka tidak pernah memotongnya untuk kosumsi makanan. Ikuti saja para sahabat dan jangan ikut orang sekarang. Jangan sampai menyelisihi mereka agar cocok  dengan budaya makanan orang sekarang.
Perkataan seperti itu persis  dengan sinyalemen  orang – orang kafir ketika menolak kebenaran :
وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا الْأَوَّلِينَ
Dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu". Al qashas 36.
Bila anda menyatakan : Seandainya Ayam  itu haram mesti mereka  lebih dulu berfatwa seperti itu.
Saya jawab:
Perkataan seperti itu persis  dengan perkataan orang kafir ketika menolak kebenaran  sbb:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya dia (Al Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama". Al Ahqof 11
Tentang salat di tanah langsung tanpa keramik dan sajadah mengapa anda  tidak melakukannya, malah anda menjalankannya  di sajadah sampai mati. Dan tidak pernah menjalankan salat di tanah langsung sebagaimana  Rasulullah SAW  dan  para sahabatnya yang tidak pernah menjalankan salat wajib  di sajadah.
Perkataan : " Seandainya Ayam  itu haram mesti mereka  lebih dulu berfatwa seperti itu ".
 Saya jawab:
Jangan berkata seperti itu, tapi tunjukkan dalil – dalil yang menghalalkan Ayam lalu didiskusikan, lalu bagaimana dengan hadis pelarangan  hewan yang bercakar.

Anda menyatakan lagi:
.. هذا جاهل يريد اعترافا. فما هذا الا يحقق قول العرب: خالف تعرف!!
Artinya: Ini  orang bodoh yang ingin pengakuan. Ini  hanya merealisasi perkataan bangsa arab : Berbedalah kamu akan terkenal.
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Saya  ini tidak butuh  terkenal, saya sekalipun menyelinap dikamar, tapi buku – buku saya sudah beredar sejak tahun  1990 M di seluruh Nusantara. Sekalipun tanpa masalah Ayam ini sudah banyak kalangan yang tahu saya. Buktinya undangan pengajian saya  sudah sampai Jakarta, Jogja, Bali , Bengkulu, Jawa tengah dan kota – kota Jawa timur.
Sudah kesiangan orang  bilang : "Ini orang bodoh ingin terkenal".
Saya jawab juga:
 Dan anda  juga bukan orang  yang pandai , mungkin anda orang bodoh yang trselinap. Buktinya anda  tidak mengeluarkan jawaban yang ilmiyah, tapi hanya kalimat yang menunjukkan kebodohan anda.
Pelecehan anda ini mengingatkan saya kepada penghinaan kafirin kepada Nabi Nuh yang menyampaikan kebenaran:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ(27)
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Hud 27


 Ini majnun, jk Umar radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa salah. Jadi ini sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah

Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
. Atsar Umar Bin Khattab
 
قَالَ عُمَرُ : ضَبٌّ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ دَجَاجَةٍ

Berkata Umar : “ Sungguh Dhabb lebih Aku sukai dari pada ayam”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya 8/84
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Al bani pernah menulis  sbb:

وروى ابن أبى شيبة فى " المصنف ": (8 / 272) , وابن جرير فى " تهذيب الآثار ": (1 / 171 , مسند عمر) من طريق وكيع عن شعبة عن قتادة عن سعيد بن المسيب قال: قال عمر: " لضب أحب إلى من دجاجة ".
ورواه ابن جرير أيضا من طريقين أخريين عن شعبة به نحوه , وهذا إسناده رجاله ثقات أثبات معروفون , إلا أن سعيد بن المسيب اختلف فى سماعه من عمر , ومراسيله مقبولة عند جمع من أهل العلم , وقتادة مدلس وقد ضعف أحاديثه عن سعيد: ابن المدينى قال إسماعيل القاضى فى " أحكام القرآن ": (سمعت على بن المدينى يضعف أحاديث قتادة عن سعيد بن المسيب تضعيفا شديدا , وقال: أحسب أن أكثرها بين قتادة وسعيد فيها رجال) انتهى نقله من " التهذيب"
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam kitab al Mushannaf 272/8 dan Ibn Jarir   dalam kitab " Tahdzib al atsar " 171/1  Musnad Umar  dari jalaur Waki` dari Syu`bah dari Qatadah dari Said bin al Musayyab berkata: Umar berkata: Biawak lebih aku sukai dari pada Ayam"
 Ia diriwayatkan oleh Ibnu jarir  juga dari dua jalur  yang lain  dari Syu`bah seperti atsar itu. Dan ini sanadnya , perawi – perawinya adalah terkenal terpercaya lagi hapalannya kuat. Hanya  saja Said bin Al Musayyab masih hilap tentang mendengarnya dari Umar.  Atsar atau hadis yang mursal riwayat beliau masih bisa diterima dikalanga segolongan ahlil ilmi.
Qatadah adalah Mudallis . Dan sungguh telah dilemahkan oleh Ibn al madini  hadis – hadisnya yang dari Sa`id bin al Musayyab.
Ismail al qadhi  berkata   dalam " Ahkamul quran " :  Aku mendengar Ali bin Al Madini sangat  melemahkan hadis – hadis Qatadah  dari Said bin Al Musayyab . Beliau berkata: Aku mengira kebanyakannya  antara  Qatadah dan Said terdapat beberapa perawi ……………..  selesai kutipannya dari kitab Tahdzib. Irwa`ul  ghalil  2753 . 
  Atsar sahabat  itu  tidak bisa di buat landasan hukum, Umar sendiri  juga  kadang keliru, juga kadang benar. Makanya beliau pernah  di tegor oleh seorang perempuan ketika membatasi  mahar  untuk wanita. Ingatlah perkataan Imam Syafii sbb:
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلىَ أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللهِ لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ
Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sebuah sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat siapa pun.” [1] I’lamul Muwaqi’in, 2: 282.
Anda menyatakan:
Ini majnun, jk Umar radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa salah. Jadi ini sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab:
Saya yang benar  anda katakan majnun dan anda yang tidak tahu kebenaran, dan tahunya hanya kesalahan yang di anggap kebenaran  di anggap waras. Saya ingat seorang Rasul yang di katakan majnun oleh masarakatnya sbb:
أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ
Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. Almukminun 70
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخَْرُصُون
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).[1]
Ayatnya jelas dan tidak perlu di takwil lagi atau pengertiannya di arahkan sesuai dengan kepentingan golongan , states , keuangan atau mencari pendukung sebanyak banyaknya  .
Anda menyatakan:
jk Umar radhiyallahu Anhu bisa salah, min baabil Aula antum lebih bisa salah. Jadi ini sama dg menuduh shahabat makan haram, naudhubillah

Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Atsar  Umar yang menyatakan  " Biawak lebih aku senangi dari pada ayam " telah dilemahkan oleh  al bani  sendiri, bukan ulama lain atau saya. 


Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50
 




[1] Al an`am 166
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan