Rabu, Januari 08, 2014

Ayam haram - kajianku ke 29





Pandangan ulama tentang ayam.

Pendapat Syekh Abd Rahman Assuhaimi dari Saudi.

Saya sendiri tidak mengetahui Syekh Abd Rahman Assuhaimi dari Saudi memberikan pernyataan ayam halal atau haram, tapi dalam fatwanya saya jumpai sbb:
وَحَدَّثَنِي شَابٌّ مُسْلِمٌ يُقِيْمُ فِي فَرَنْسَا أَنَّهُ عَمِلَ فِي مَسْلَخٍ لِلدَّجَاجِ ، وَأَنَّ ذَبْحَ الدَّجَاجِ فِي تِلْك َالْمَسَالِخِ يَتِمُّ كَالتَّالِي:
أولاً: تُعلَّقُ الدَّجَاجُ مِنْ أَرْجُلِهَا
ثانياً: تُمَرَّرُ الدَّجَاجُ عَلَى حَوْضِ مَاءٍ مُكَهْرَبٍ ! فَتُغْمَسُ فِي الْمَاءِ لِتُصْعَقَ بِالْكَهْرَبَاءِ
ثالثاً: بَعْدَ صَعْقِهَا بِتِلْكَ الطَّرِيْقَةِ تَخْرُجُ إِلَى مِشْرَطٍ يَقُصُّ الرَّأْسَ ، وَأَحْيَانًا تَكُوْنُ يَكُوْنُ مُسْتَوَى رَأْسِ الدَّجَاجَةِ أَقَلَّ مِنْ مُسْتَوَى الْأَمْوَاسِ فَيُقْطَعُ بَعْضُ الَّرْأسِ.
وَحَدَّثَنِي مُسْلِمٌ آخَرُ يُقِيْمُ فِي فَرَنْسَا بِمِثْلِ هَذَا.
وَقَدْ رَأَيْتُ آثَارَ بَعْضِ ذَلِكَ فِي بَعْضِ الْمَطَاعِمِ ، فَقَدْ قُدِّمَ لِي دَجَاجَةٌ بِنِصْفِ رَأْسٍ
Seorang pemuda memberitahukan kepadaku. Dia muslim, bertempat tinggal di Prancis dan berkerja di salah satu penyembelihan ayam. Dan tata cara penyembelihan ayam di tempat tsb sbb:
1.    Kaki ayam di gantung
2.    Ayam di masukkan ke dalam kolam beraliran listrik, lalu di tenggelamkan agar mati dengannya.
3.    Setelah ayam mati dengan cara seperti itu, ia keluar ke pisau yang akan memotong kepalanya. Terkadang kepala ayam lebih rendah dari pada pisau pemotong kepala itu, ahirnya hanya sebagian kepala yang terpotong. Ada muslim lagi yang berdomisili di Perancis yang berkisah kepadaku seperti itu.

Sungguh aku melihat bekas sebagian ayam tsb di sebagian restoran. Sungguh aku di beri makanan ayam yang sebagian kepalanya terpotong.[1]
Saya katakan:  Itulah kisah tentang ayam dari Syekh Abd rahman Assuhaim dan saya sendiri tidak menjumpai yang lain. Kisah tsb tidak ada pernyataan dari Syekh bahwa ayam halal atau haram. Tapi ada sedikit isarat seolah beliau memperbolehkan makan ayam dan disini tidak diperkenankan makan ayam karena di sembelih dengan  cara yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Seandainya benar begitu, maka ayam menurut beliau di perkenankan asal di potong sesuai dengan syariat. Tapi saya belum menjumpai dalil dari beliau yang memperkenankan makan ayam. Jadi saya masih belum ketemu dalil ayam diperbolehkan hingga kini.

Menurut pengkajian organisasi tokoh – tokoh ulama di kerajaan Saudi arabia yang cukup lama dan telah bertanya kepada orang – orang yang berdomisili di negara – negara tsb  dan setelah mendelegasikan orang – orang yang bertanya dan menginvestigasi, maka mereka memutuskan larangan makanan sembelihan – sembelihan tsb.
Termasuk delegasi saat itu yang di terjunkan di negara – negara Eropa  adalah Syekh Abdullah Al ghodhbah. Sungguh beliau telah menyatakan bila ayam semakin menumpuk di peternakan, maka  akan di masukkan ke dalam kulkas – kulkas yang sangat dingin lalu mati didalamnya  hingga  dikeluarkan dan di bersihkan lalu di pasarkan.
Para ulama yang termasuk dalam organisasi tsb juga bertanya kepada Syekh Sholeh Muhayiri – seorang da`I yang berdomisili di Berazil juga mengkisahkan tehnis pemotongan hewan tsb di PT Sadia.  Bahkan pengkajian itu mendapat info bahwa orang atau organisasi yang memberikan sertivikat untuk  Petani – petani ternak ayam itu adalah dari golongan yang jelas menyimpang dari agama Islam seperti Qodiyanisme untuk menghimpun dana. Bahkan sudah ada buku yang di terbitkan dari organisasi ulama  di Saudi yang membahas tentang daging – daging import.
Bagi seorang muslim setelah mendengar kisah tsb tidak usah memperhatikan tulisan " telah di sembelih menurut syariat Islam". Ini sekedar setempel belaka. Bahkan ada kelengan ikan yang ditulisi dengan kalimat: Telah di sembelih dengan cara syariat Islam.
Solusinya: Hendaklah seorang muslim makan dari makanan yang sudah jelas halalnya dan tahu cara penyembelihannya. Bila dia berdomisili di negara –negara kufur, maka harus membeli ke toko – toko yang menjual daging halal. Dan jangan sampai mempermudah dalam masalah ini, setiap tubuh yang tumbuh dari barang haram maka tempatnya neraka.
Itulah kisah dari syekh Abd rahman Assuhaim tentang tata cara penyembelihan ayam di luar negri yang kafir dan tidak menerangkan hukum ayam halal atau haram. Bila halal, beliau juga tidak mengetengahkan dalilnya. Bila kita condong kepada yang menghalalkan, kita kembali kepada ajaran tanpa dalil. Pada hal Allah berfirman:
اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar".[2]

Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smartfren) 081935056529 ( XL )

Dengarkan pengajian - pengajianku

Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.
 




[1] Bab : Penyembelihan ahli kitab. Oleh Abd Rahman Assuhaim

[2] Alahqaf 4
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan