Senin, Desember 16, 2013

Kesesatan Idrus Ramli ke 16

                                      Kebodohan tentang sejarah

Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus menyatakan sbb:



 

Komentarku ( Mahrus ali): 
Setahu saya, Ibn Qayyim al Jauziyah hidup pada abad ke 6 atau ke tujuh , Dia lahir pada tahun 691 H bertepatan 1292 M bukan abad ke lima.  Anehnya  mereka berdua menyatakan munculnya Ibn Qayyim pada abad ke lima . Ini sesuatu tanpa dipikir dulu, tapi asngo atau asal ngomong saja, di anggap bahwa pembaca ini bodoh atau akan membodohi pembaca yang bodoh. Jadi orang  bodoh malah di bodohi bukan di arahkan kepada  ke ilmuan tapi kepada kebodohan juga. Atau mereka berdua punya anggapan bahwa mereka paling pintar dan orang lain di bawahnya, hingga  menyampaikan sesuatu seenaknya bukan di kaji dan dipahami dulu, tapi tanpa di kaji dan dengan pemahaman yang salah. Lihat biografi IbnQayim al Jauziyah  sbb:

Muhammad bin Abi Bakr (محمد بن أبي بکر), bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi (الدمشقي), bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-Jauziyyah. Dalam Bahasa Arab namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية ابن القيم.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
1.    Anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
2.    Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
3.    Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
4.    Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
10.                       Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid. Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751 Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.[1]
Komentarku ( Mahrus ali): 
Dalam biografi Ibn Qayyim al Jauziyah adalah lahir pada 69       1 Hijriyah ya`ni sekitar  abad ke tujuh bukan ke lima sebagaimana  di klaim oleh Muhammad Idrus Ramli dan Muhammad Syafiq alydrus
Lihat dlm biagrafi beliau:
Nama lengkapnya; Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Saad al-Damasyqy al-Jauziyah. Ia biasa dikenal dengan nama Ibn Qayyim al-Jauziyah. Dilahirkan pada tahun 691 H bertepatan 1292 M dan wafat ditahun 751 H, bertepatan dengan tahun 1350 M. Ia adalah seorang faqih dan mujtahid bermazhab Hanbali.[2]
bn Qayyim al-Jauziyah pernah masuk penjara bersama gurunya Ibn Taymiyah. Ia dimasukkan kepenjara karena mengharamkan berhaji ke mesjid Ibrahim. Di samping menguasai ilmu fikih, ia menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti filsafat, hadis, tarikh, serta kalam. Ia terkenal berpegang teguh dalam membela kemurnian al-Quran dan hadis.
Ibn Qayyim al-Jauziyah menantang keras berbagai paham sufi yang menurutnya bertentangan dengan al-Quran dan hadis, seperti; wahdatul wujud, ittihad maupun hulul. Paham-paham tersebut menurutnya lebih banyak menggunakan konsepsi akal, karena tidak jelas rujukan sumbernya. Pendapatnya cukup tegas karena tidak saja bersifat kritis terhadap berbagai aliran tersebut. bahkan juga terjadi perbedaan pendepat dengan ulama fikih mazhab Hanbali.
Ibn Qayyim al-Jauziyah berusaha mengajak kembali berpegang teguh kepada al-Quran dan al-Sunnah sebagaimana yang yang dilakukan oleh para ulama salaf. Ia juga mengajak untuk meninggalkan perbedaan dan pertikaian aliran. Di samping itu, ia mengajak pula kepada kebebasan berpikir dan memahami jiwa syariah dan menjauhi taklid, tidak hanya dibidang fikhi tetapi juga dibidang ilmu kalam dan tasawwuf. Dalam priode tasyri’, Ibn Qayyim al-Jauziyah termasuk dalam priode keenam. Priode ini ditandai dengan meluasnya paham fanatik dan taklid kepada imam yang empat. Ia menolaknya dengan membuka pintu ijtihad dan kebebasan berpikir.
Ibn Qayyim al-Jauziyah juga termasuk penulis produktif, dan karya-karyanya banyak diminati kalangan muslimin. Hingga kini ditemukan beberapa hasil karyanya mengenai tauhid, seperti Syifa al-Alil fi masail al-Qadha wa al-Qadar, Ar-Ruh, dll. Dalam masalah fikhi dan ushul fikhi, seperti I’lam al-Muwaqqi’in, Bayan ad-dalil ala Istiqna al-Musabaqat ‘an at-Tahlil, dll. Dalam ilmu tasawwuf, seperti Iddat as-Sabirin, Al-Fawaid, dll. Dalam ilmu sejarah, seperti Akhbar an-Nisa, Zaad al-Ma’ad, dll.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdul Mun’im al-Hifny, Mausu’at al-Sufiyah (Cet I; Kairo: Dar ar-Rasyad, 1992). Abdillah F. Hasan, Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam (Cet. I; Surabaya: Jawara, 2004). Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 1992 ).[3]


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Qayyim_Al-Jauziyyah
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/08/biografi-ibn-qayyim-al-jauziyah.html
[3] http://www.referensimakalah.com/2012/08/biografi-ibn-qayyim-al-jauziyah.html





Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan