Minggu, November 24, 2013

Cenderung Syiah?

Cenderung Syiah?
  • Lafal “cenderung syiah” itu beda dengan menuduh syiah
  • Ada yang lebih galak terhadap Kaum Muslimin dibanding kepada Syiah

Dikhabarkan, ikhwah SDL (Sunnah Defence League) mendapat teror habis-habisan dari pihak syiah dan tekanan dari oknum (?) aparat. Teror tersebut berakhir dengan diblokirnya fan page Facebook SDL di: www.facebook.com/sunnahdefenceleague. Itu setelah SDL bersama sejumlah ormas Islam Sunni/Ahlusunnah mengadakan aksi upaya pembubaran Perayaan Asyura Syiah di Balai Samudera Kelapa Gading Jakarta,  Kamis (14/11/2013). Karena acara Asyura Syiah itu dinilai membangkitkan dendam terhadap Ahlus Sunnah.
Acara-acara Syiah agar dibubarkan, karena Syiah berkeyakinan pentingnya  mencaci sahabat Nabi. Keyakinan dan dipraktekkan Syiah dalam acara-acaranya  itu jelas menodai agama dan melanggar UU No 1 PNPS/69 KUHAP Pasal 165A tentang Penodaan Agama. Sehingga acara Asyura yang sedianya dilangsungkan di Surabaya Rabu 13 November 2013 telah dibatalkan dan tidak diberi izin oleh Polres Surabaya. (Langgar UU Penodaan Agama, Perayaan Asyuro Ditolak Polres Surabayahttp://www.nahimunkar.com/langgar-uu-penodaan-agama-perayaan-asyuro-ditolak-polres-surabaya/ ).
Ramainya penentangan terhadap acara Syiah Asyura dan rangkaiannya tampaknya cukup menghangat. Ditambah lagi dengan adanya terror dari syiah dan pemblokiran situs-situs atau blog atau fan page facebook yang anti syiah. Gangguan di dunia maya itu kemungkinan dari kelompok pro syiah. Masih pula ditambah dengan adanya sikap membiarkan acara-acara Syiah yang berisi penghujatan terhadap sahabat Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam. Hingga muncul tulisan: Dipertanyakan, Kenapa Tak Dibakar Mimbar Caci Maki Sahabat Nabi SAW di Perayaan Idul Ghadir Syiah http://www.nahimunkar.com/dipertanyakan-kenapa-tak-dibakar-mimbar-caci-maki-sahabat-nabi-saw-di-perayaan-idul-ghadir-syiah/.
Suasana itu tampak semakin menghangat ketika muncul  tantangan mubahalah dari seorang habib terhadap yang ia anggap menuduhnya syiah. Habib Rizieq Syihab menantang kepada siapapun yang menuduh dirinya sebagai Syi’ah untuk bermubahalah (sumpah agar laknat Allah turun kepada orang yang berdusta, -red-). Hal itu disampaikannya dalam acara tabligh akbar bertajuk “Menggalang ukhuwah Islamiyah dalam rangka menghadapi era globalisasi sesuai syari’ah” yang diselenggarakan di komplek Gedung Syari’ah dan Masjid Mujahidin, Banyuanyar, Solo, Ahad (10/11/2013). (http://www.nahimunkar.com/habib-rizieq-instruksikan-lagi-bakar-mimbar-yang-untuk-cacimaki-sahabat-nabi/ ). Tantangan itu dalam pidato yang diantaranya tampak “membela” Ustadz Muzakir di Solo yang belakangan ini sering disebut-sebut sebagai orang yang nadanya membela syiah.
Berkaitan dengan masih hangatnya kasus syiah hingga blog-blog anti syiah pun diretas, khabarnya blog Umar Abduh termasuk kena gangguan. Seorang aktivis yang dekat dengan Umar Abduh (mantan anggota LPPI –Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) mengabarkan, beberapa waktu lalu blog umarabduh juga terganggu. Tidak dijelaskan, pihak mana yang mengganggunya.

Lafal “cenderung syiah” itu beda dengan menuduh syiah

Di dunia maya, blog umarabduh dituduh oleh para penulis komentar di facebook sebagai pihak yang menuduh seorang habib. Ketika habib itu menantang mubahalah siapa saja yang menuduhnya syiah, serta merta ada tudingan di dunia maya terhadap Umar Abduh. Apakah memang Umar Abduh menuduh tokoh itu sebagai syiah atau tidak, sang tokoh sendiri tidak menyebutnya.
Sementara itu ada tudingan di dunia maya pula terhadap Hartono Ahmad Jaiz dianggap menuduh sang habib. Padahal habib itu sendiri tidak menyebutnya (tidak menyebut nama Hartono). Maka Hartono Ahmad Jaiz kemudian menulis artikel sebagai jawaban tudingan yang dilontarkan para penulis komentar di dunia maya tersebut. Artikel itu berjudul TANTANAGN MUBAHALAH HABIB RIZIEQ dimuat di nahimunkar.com http://www.nahimunkar.com/tantangan-mubahalah-habib-rizieq-syihab/. Intinya, tantangan mubahalah itu terserah saja kepada Pak Habib untuk mengajak/ menantang siapa saja, namun kalau persoalannya menyangkut Hartono Ahmad Jaiz dengan adanya tulisan di nahimunkar.com, maka  agar ditentukan mana poin-poin yang dipersoalkan lalu dikemukakan hujjah dan dibicarakan. Bila saling ngotot dan sudah buntu jalannya, maka baru mubahalah dengan ditentukan poin yang dimasalahkan. Jadi mubahalah itu kalau sudah buntu dan tetap saling ngotot.
Perlu diketahui, tulisan di nahimunkar.com itu hanya menyebut cenderung syiah, dengan mengutip beberapa ungkapan sang habib hasil wawancara media dan hal lainnya; bukan menuduh sang habib sebagai syiah. Yang dikutip nahimunkar.com itu sudah beredar sekian lama dan bukan hanya satu media, serta belum pernah ada ralat ataupun pencabutan pendapat sang habib yang telah beredar itu.
Perlu dicermati, lafal “cenderung syiah” itu beda jauh dengan syiah. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu di Jakarta ada satu seminar antara Islam dan Nasrani. Dr Sanihu dan Hartono Ahmad Jaiz (Islam) berhadapan dengan Dr Sinaga dan Pendeta Andreas (Nasrani). Dr Sinaga kurang lebihnya mengaku dirinya dalam hal Ketuhanan cenderung seperti Ketuhanan dalam Islam. Jadi saya juga Islam, ungkapnya. Lalu Hartono Ahmad Jaiz menjawab, Islam secara bahasa : ya. Tapi secara istilah : tidak/bukan. Kemudian ditimpali Dr Sanihu, bahwa Dr Sinaga seperti itu artinya orang Nasrani perlu jadi liberal untuk jadi Islam. Sebaliknya, kalau orang Islam kok liberal, maka justru akan cenderung/ dekat dengan Nasrani. (Rekaman seminar itu pernah beredar luas, hingga ketika Hartono Ahmad Jaiz berceramah di Masjid Agung Purbalingga Jawa Tengah beberapa tahun lalu, ada kakek-kakek yang menemui dan menyebut terkesan akan jawaban terhadap Dr Sinaga yang Nasrani. Kakek ini mengaku telah menonton di video).
Pantas dicermati, di dalam pergaulan kalangan tokoh, ada seorang pendeta bernama Pdt. Victor Immanuel Tanja, MTh, PhD. Dia semasa hidupnya pernah mengaku bahwa dirinya di kalangan jemaat gereja dijuluki sebagai  MUI-nya kaum Kristen Protestan, karena kedekatannya dengan Islam, baik pergaulan maupun pemikiran. Itu diakui sendiri oleh Sang Pendeta itu kepada penulis laporan ini ketika ada konferensi antar agama di Bali dulu. Sebagaimana dari kalangan Islam ada juga tokoh yang mereka sebut Pendetanya orang Islam, karena dekatnya dengan kaum walan tardho (Yahudi dan Nasrani), baik  secara kiprahnya maupun pemikirannya, hingga walau tidak mencopot Islamnya namun tokoh itu diberi gelar Laskar Kristus dari pihak Nasrani. Hingga setelah tokoh itu meninggal, ternyata diadakan upacara tahlilan (upacara bid’ah peringatan orang meninggal) di gereja Jombang Jawa Timur. (Doakan Gus Dur, Umat Berbagai Agama Gelar Yasinan & Tahlilan di Gereja http://www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/12/31/12598/doakan-gus-dur-umat-berbagai-agama-gelar-yasinan-tahlilan-di-gereja/)
Menjalani lakon seperti itu di antaranya diperankan dengan lebih galak terhadap kaum Muslimin yang dianggap musuhnya dibanding kepada orang syiah atau bahkan orang kafir sekalipun, karena telah menjadi temannya. Di saat kaum Muslimin sedang gencar-gencarnya berlawanan dengan Syiah, orang yang entah menirukan mendiang itu atau tidak, kurang lebihnya juga sama. Lantas mau dibilang apa?
(nahimunkar.com)
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan