Rabu, Oktober 30, 2013

Kesesatan Idrus Ramli ke 12

Muhammad Idrus Ramli menyatakan dalam bukunya " Kiyai NU atau wahabi yang sesat ". sbb: 




Komentarku ( Mahrus ali): 

شرح ابن بطال - (ج 17 / ص 50)
وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوا فِى تَقْبِيْلِ اْليَدِ، فَأَنْكَرَهُ مَالِكٌ وَأَنْكَرَ مَا رُوِىَ فِيْهِ، وَأَجَازَهُ آخَرُوْنَ، وَاحْتَجُّوا ِبمَا رُوِىَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ فِى قِصَّةِ السَّرِيَّهِ حَيْثُ فَرُّوا فَرَجَعُوا إِلَى النَّبِى عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالُوا:  « نَحْنُ اْلفَرَّارُوْنَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: بَلْ أَنْتُمُ اْلعَكَّارُونَ أَنَا فَِئَهُ الْمُؤْمِنِيْنَ. قَالَ: فَقَبَّلْنَا يَدَهُ »
Dalam syarah Ibn Batthal hal  50/ 17, Mereka  hilap masalah mencium tangan . Imam Malik ingkar  padanya. Dan ingkar juga terhadap  riwayat masalah itu. Sebagian ulama yang lain memperbolehkan. Mereka berpegangan kepada  apa yang diriwayatkan dari Ibn Umar  tentang kisah kontingen tentara  yang lari lalu kembali  kepada Nabi SAW, lalu mereka berkata: Kami sekalian lari wahai Rasulullah .
Rasulullah SAW bersabda: Kamu penyerang. Dan saya adalah  golongan dari kaum mukmin.
Perawi berkata: lantas kami mencium tangannya.
Komentarku ( Mahrus ali): 
Imam Malik ingkar terhadap mencium tangan sebagai bukti yang nyata dan tidak samar lagi dan bukan  hayalan lagi  bahwa cium tangan diklangan penduduk Medinah tidak ada, apalagi ,membudaya.  Bila  hal itu membudaya mesti akan diterima oleh Imam Malik dengan baik bukan di tolak begitu.

Asal hadis  tsb sbb:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي زِيَادٍ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ كَانَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَحَاصَ النَّاسُ حَيْصَةً فَكُنْتُ فِيمَنْ حَاصَ قَالَ فَلَمَّا بَرَزْنَا قُلْنَا كَيْفَ نَصْنَعُ وَقَدْ فَرَرْنَا مِنْ الزَّحْفِ وَبُؤْنَا بِالْغَضَبِ فَقُلْنَا نَدْخُلُ الْمَدِينَةَ فَنَتَثَبَّتُ فِيهَا وَنَذْهَبُ وَلَا يَرَانَا أَحَدٌ قَالَ فَدَخَلْنَا فَقُلْنَا لَوْ عَرَضْنَا أَنْفُسَنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنْ كَانَتْ لَنَا تَوْبَةٌ أَقَمْنَا وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ ذَهَبْنَا قَالَ فَجَلَسْنَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ فَلَمَّا خَرَجَ قُمْنَا إِلَيْهِ فَقُلْنَا نَحْنُ الْفَرَّارُونَ فَأَقْبَلَ إِلَيْنَا فَقَالَ لَا بَلْ أَنْتُمْ الْعَكَّارُونَ قَالَ فَدَنَوْنَا فَقَبَّلْنَا يَدَهُ فَقَالَ إِنَّا فِئَةُ الْمُسْلِمِينَ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yazid? bin Abu Ziyad, bahwa Abdurrahman bin Abu Laila telah menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah berada dalam kesatuan militer diantara kesatuan-kesatuan militer Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia berkata; kemudian orang-orang melarikan diri, dan aku termasuk orang-orang yang melarikan diri. Kemudian tatkala kami nampak, maka kami mengatakan; apa yang akan kita lakukan? Sungguh kita telah lari dari peperangan dan kita kembali dengan kemurkaan. Lalu kami katakan; kita akan masuk Madinah kemudian kita tinggal padanya dan pergi sementara tidak ada seorangpun yang melihat kita. Kemudian kami masuk Madinah, lalu kami katakan; seandainya kita menyerahkan diri kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila kita mendapatkan taubat maka kita tinggal di Madinah dan seandainya tidak demikian maka kita akan pergi. Ibnu Umar berkata; kemudian kami duduk menunggu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebelum Shalat Subuh. Kemudian tatkala beliau keluar maka kami berdiri menuju kepadanya dan kami katakan; kami adalah orang-orang yang melarikan diri. Lalu beliau menghadap kepada kami dan berkata: "Tidak, melainkan kalian adalah orang-orang yang kembali berperang." Ibnu Umar berkata; kemudian kami mendekat dan mencium tangan beliau. Lalu beliau berkata: "Kami adalah kelompok orang-orang muslimin." HR Abu Dawud HADIST NO – 2276

Komentarku ( Mahrus ali): 
Al bani menyatakan hadis tsb  adalah lemah, karena dalam sanadnya  terdapat  Yazid bin Abi Ziyad al Hasyimi – maula mereka  dan dia adalah lemah.

Ada  juga hdis  sbb:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَحْيَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ الْمَدَنِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
قَدِمَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ الْمَدِينَةَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي فَأَتَاهُ فَقَرَعَ الْبَابَ فَقَامَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُرْيَانًا يَجُرُّ ثَوْبَهُ وَاللَّهِ مَا رَأَيْتُهُ عُرْيَانًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ فَاعْتَنَقَهُ وَقَبَّلَهُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Yahya bin Muhammad bin 'Abbad Al Madani telah menceritakan kepadaku ayahku, Yahya bin Muhammad dari Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin Muslim Az Zuhri dari 'Urwah bin Zubair dari 'Aisyah ia berkata; "Zaid bin Haritsah tiba di Madinah, sementara Rasulullah sedang berada di rumahku, Zaid datang dan mengetuk pintu, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri menghampirinya dalam keadaan tidak mengenakan baju ( telanjang )  sambil menarik kainnya, demi Allah aku tidak pernah melihat beliau tidak mengenakan baju sebelum dan sesudahnya, lalu beliau mendekap Zaid dan menciuminya." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya dari hadits Az Zuhri kecuali dari jalur ini. HADIST NO – 2656  HR Tirmidzi .

Komentarku ( Mahrus ali): 
Ust Ihsan bin Muhammad bin  Ayisy Al Utaibi berkata: .

ضَعِيْفٌ , فِيْهِ : مُحَمَّدٌ ْبنُ ِإِسْحَاقَ وَهُوَ مُدَلِّسٌ ، وَلَمْ يُصَرِّحْ بِالتَّحْدِيْثِ
Ia adalah lemah, karena sanadnya terdapat Muhammad bin Ishak yang mudallis dan tidak menyatakan haddatsana  . ………

فيض القدير - (ج 6 / ص 15)
 وَلِهَذَا قَالَ النَّوَوِيُّ : تَقْبِيْلُ اْليَدِ لِنَحْوِ صَلاَحٍ أَوْ عِلْمٍ أَوْ شَرَفٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنَ اْلأُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَلْ يُنْدَبُ وَلِنَحْوِ غَنِىِّ أَوْ شَوْكَةٍ أَوْ ِوجَاهَةٍ عِنْدَ أَهْلِ الدُّْنْيَا مَكْرُوْهٌ شَدِيْدُ اْلكَرَاهَةِ وَقَالَ اْلمَُتَوَلِّي لاَ يَجُوْزُ.
Faidhul qadir  15/6
Karena ini, Imam Nawawi berkata: Mencium tangan  karena kebaikan, ilmu, kemuliaan  dan lain – lain dari pada perkara agama , maka  tidak dimakruhkan, bahkan di sunahkan. Dan  sangat makruh mencium tangan kepada orang kaya, punya kekuatan atau pangkat menurut  orang – orang yang suka keduniaan . Al Mutawalli menyatakan : Tidak boleh.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Setahu  saya, pendapat Imam Nawawi dan Al Mutawalli itu tidak memiliki dalil yang valid


Mau nanya hubungi kami:
088803080803.( Smartfren) 081935056529 ( XL )

Dengarkan pengajian - pengajianku

Alamat rumah: Tambak sumur 36 RT 1 RW1 Waru Sidoarjo. Jatim.
 



Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan