Kamis, Juni 27, 2013

SMS dari Purworejo tentang Salafy



Ass... Ustd mau tanya,klo jama'ah  salafi yg ada di indonesia itu apa termasuk 
firqah? 
Saya jawab:
 Wss. Kalau salafy indonesia ini sudah menjadi firqah 

Komentarku ( Mahrus ali): 
Salafy Indonesia beda  dengan salafy di Saudi cocok dengan kalangan tareqat di Indonesia. Ya`ni mereka ini sudah menjadi beberapa kelompok . Lihat komentar sbb:
Konflik Salafi
Perkembangan salafi di Indonesia ternyata rawan konflik. Sumber konflik pertama adalah bias konflik di level internasional. Di Indonesia, hal ini termanifestasikan dalam tindakan saling kecam antara mereka yang tergabung dalam salafi puritan dan mereka yang terkait dengan jaringan Sururiah. Sedang konflik kedua adalah ketegangan guru-murid karena ulah sang murid yang dianggap melenceng oleh sang guru. Tipe konflik kedua inilah yang dialami oleh Jafar Umar Thalib. Sedang konflik ketiga adalah konflik sesama ulama salafi.
Ada dua konflik besar yang terjadi dikalangan Salafi, pertama konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa. Kedua konflik Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed, dan Yazid Jawwaz. Konflik ini berimplikasi pada jaringan mereka yang terpecah-pecah. Muara dari pertikaian adalah munculnya dua group besar mengikuti pembelahan di level internasional: sururi dan puritan.
Konflik pertama, antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa sampai pada tahap mubahalah (beradu do’a, siapa yang berbohong akan celaka). Yusuf Baisa seperti juga Ja'far Umar Thalib merupakan alumni pesantren PERSIS Bangil. Keduanya melanjutkan studi ke LIPIA. Namun, Yusuf Baisa meneruskan ke Riyadh sedangkan Jafar meneruskan ke Yaman.
Sekembali dari Yaman, Ja'far Umar Thalib mendengar khabar bahwa Yusuf Baisa mengkampanyekan pandangan yang berbeda dengan salafi. Yusuf Baisa mengatakan agar dakwah menjadi efektif, maka harus mempunyai kemampuan berorganisasi seperti kalangan Ikhwan al Muslimun, bijaksana seperti Jama’ah Tabligh, dan mempunyai ilmu pengetahuan seperti Salafi, dalam hal saling memahami masalah aqidah. Sebagian pendengar menyampaikan pernyataan ini pada Ja'far.
Ja'far mendengar berita ini sangat marah sekali pada Yusuf, karena menganggap gerakan Salafi seperti gerakan Ikhwan yang terorganisir. Abu Nida coba mendamaikan keduanya, berlaku sebagai mediator. Yusuf dan Ja’far bertemu dan untuk memberikan klarifikasi, hal ini terjadi di rumah Ja’far dan dipimpn oleh Abu Nida’ dan dihadiri oleh tiga pemimpin Salafi lainnya.
Yusuf mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan membicarakan manfaat hizbiyah seperti Ikhwan al Muslimun. Pendeknya pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa Yusuf Baisa akan kembali ke riil salafi. Yusuf juga setuju untuk mengumumkan kepada para aktifis Salafi bahwa dia telah kembali ke jalan yang benar, dengan demikian dia meyakinkan bahwa Salafi harus tetap bersatu. Yusuf juga membuat pertemuan pada bulan Juni 1994 di masjid Utsman bin Affan dekat rumah Ja'far, untuk menyelesaikan persoalan mereka.
Namun Yusuf beberapa bulan kemudian menyatakan hal sama kembali. Pada sebuah ceramah tentang konsep keadilan, Yusuf merekomendasikan tulisan beberapa kalangan Salafi dimana Ja’far menyebut mereka sebagai Sururiyah.
Perkembangan pertengkaran antara keduanya semakin memburuk. Yusuf mengadakan diskusi mengkritik buku Ja’far. Ja’far menuduh Yusuf melakukan fitnah, karena itu Ja’far menulis “gerakan Sururi memecah belah Ummat”. Yusuf merespon pandangan Ja’far dengan mengajak mubahalah.
Setelah diadakan Mubahalah perpecahan semakin tak bisa dihindari. Ja’far meminta semua kalangan salafi untuk ikut bersamanya atau berhadapan dengannya. Semua guru-guru Salafi yang datang bersamanya yang umumnya berasal dari FKASWJ.
Konflik kedua terjadi antara Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed dan Yazid Jawwas. Kedua tokoh tersebut terbilang mantan murid-murid Ja’far Umar Thalib. Namun kini hubungan antara guru dengan murid terputus sudah, mereka saling membid’ahkan satu sama lain.
Konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed terjadi setelah kembali dari jihad Ambon. Sepulang dari Ambon Ja’far melakukan perenungan dakwah. Diantara perenungannya adalah menyadari telah terjadi kesalahan yang amat fatal dalam melakukan dakwah Salafiyah yaitu terlalu memprioritaskan aqidah sementara itu dalam segi akhlaq tidak terlalu terperhatikan. Akibatnya, para murid Ja’far sulit untuk toleran terhadap orang lain yang tidak sepaham dengan manhaj Salafi. Dengan demikian, dakwah manhaj Salafi menjadi ditakuti orang lain, bukan malah sebaliknya dicintai kaum muslimin.
Klik lagi disini: http://allaboutwahhabi.blogspot.com/2011/12/salafi-melawan-salafi-perkembangan.html

Komentarku ( Mahrus ali): 
Saya menilai juga kebanyakan salafy itu tidak memandang dalil yang diketengahkan tapi siapa yang berbicara. Akibatnya mereka menolak kepada keterangan Ustadz atau guru yang bukan golongan mereka dan menerima  keterangan dari guru golongan mereka sekalipun kurang berilmu. Saya hawatir sedemikian ini akan membawa mereka kepada figuritas sebagaimana  kalangan tarekat. Ingat firmanNya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
  Rasulullah SAW pernah kirim surat kepada raja Heraclius sbb:
بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ اْلإِسْلاَمِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ اْلأَرِيسِيِّينَ وَ ( يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ )

Dengan nama Allah  yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang……….  Dari Muhammad hamba dan utusan Allah  kepada  Heraclius  raja Romawi , salam  untuk orang yang mengikuti petunjuk  Amma ba`duh !
Sesungguhnya  aku mengajakmu dengan ajakan Islam ,masuklah  Islam , kamu akan selamat dan Allah memberikan pahala dua kali kepadamu . Bila kamu tidak mau , kamu mendapat dosa – dosa rakyatmu  .
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu kita tidak akan sembah melainkan Allah dan kita tidak akan menyenkutukanNya dengan sesuatupun dan tidak pula sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling (tidak mau menerimanya) maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah kamu, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah. ( muslim )


Artikel Terkait

6 komentar:

  1. Perpecahan dalam tubuh salafy dikarenakan oknum atau manusianya bukan pemahamanya. salafy manapun tetep berpegang teguh pada alquran dan hadist serta memerangi syirik dan bid'ah, kalo sedikit perbedaan fiqih itu masih ada saling toleransi,,..

    Salafy dan Ust Mahrus Ali juga sama pemahamanya, buktinya banyak diartikel Ustadz merujuk pada Ulama hadist saudi (syaikh albani)dan Ulama Salaf Terdahulu "namun tidak taklid". hanya saja ust mahrus ali lebih memilih netral, sebetulnya salafy juga sependapat dengan ust mahrus ali jangan sampai berfirqoh firqoh. yang membuat terkotak kotak adalah dari sisi kelemahan manusianya bukan pemahamanya...

    Jika ada kekeliruan mohon maaf, Salafy dan Ust mahrus lanjutkan dakwah menegakkan tauhid memerangi syirik dan bid'ah...

    BalasHapus
  2. afwan ustadz, setau ana informasi di atas ada yang perlu dicek kembali.. ustadz yazid bukan murid ustadz ja'far tp sebaliknya ustadz yazid adalah kakak tingkat ustadz ja'far waktu di LIPIA... sedang ustdz abdul hakim memang sudah mendakwahkan manhaj salaf dari tahun 80-an..

    Dan terhadap konflik antar salafiyin di atas, ada nasehat berharga dari ustadz yazid dan ustadz abdul hakim amir abdat sebagaimana disampaikan dalam beberapa kajiannya yg ana ikuti .. yaitu agar setiap salafiyin menyibukkan diri dengan mencari ilmu dan berdakwah dan menahan lisannya atas terjadinya konflik ini serta berdoa agar Allah menyatukan hati2 kaum muslim.. wallahu'alam.

    BalasHapus
  3. info ini manfaatnya tdk ada,malah menambh masalah. Salafi bgaimanapun adlh org2 yg mengkuti manhj salaf. Adapun trjdi knflik, shrusnya didamaikan bkn diperkeruh..mendamaikan it btuh proses,waktu, sma sept. Brdakwah..intinya sabar dan menahan lisan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya itu menjawab pertanyaan dengan jujur, bukan dusta, apa adanya dan tidak mengada- ada. Dengan bagaimanapun bisa di ambil hikmahnya yang baik, bukan negatifnya

      Hapus
  4. Betul sekali. Memerangi syirik ke kuburan..mereka sendiri mempertuhankan guru2 mereka.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan