Jumat, Maret 15, 2013

Thariqat Syatariyah ke 6



Dzikir nafi itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya, illallah, yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya Asma Allah.
Dzikir itsbat faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.
4.      Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.
5.      Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak, markas pikiran). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Ilahi.
6.      Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil dari bait al-makmur, dan Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Ilahi.
7.      Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.
Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT di dalam Surat al-Mukminun ayat 17:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ(17)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).[1]
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu semua tujuh buah jalan, dan Kami sama sekali tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami (terhadap adanya tujuh buah jalan tersebut)".
Komentarku ( Mahrus ali):  Tujuh tehnis dzikir itu tiada dalilnya, dan jelas  di maklumi bagi orang yang sedikit punya pikiran atau ilmu agama.  Tidak perlu mencari hadis atau meneliti  di kitab – kitab hadis, karena tidak samar lagi   dan langsung bisa di ketahui  bahwa tujuh macam yang di sebut tadi tidak ada dalam generasi pertama dan bukan ajaran para nabi apalagi nabi Muhammad.  Untuk dalil ayat 17 Al mukminun itu di gunakan untuk tujuh tehnis berdzikir, maka  menurut pendapat mereka sen diri dan tidak  sesuai dengan ma`na ayat ; Sebab maksud ayat adalah tujuh langit. Ibnu Katsir berkata:
وَقَوْلُهُ: {سَبْعَ طَرَائِقَ} قَالَ مُجَاهِدٌ: يَعْنِي السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَهَذِهِ كَقَوْلِهِ تَعَالَى: {تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَاْلأَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ}، { أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا }، {اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا}، وَهَكَذَا قَالَ هَهُنَا
FirmanNya    ; Sab`a thoro`iqa. Imam  Mujahid berkata: Maksudnya adalah  tujuh langit  sebagaimana  firmanNya:
Tujuh langit, bumi dan orang yang di dalamnya sama membaca tasbih.  Dan ayat:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?[2]
Begitu juga  ayat:

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?[3] Dan demikian juga Allah berfirman disini.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ(17)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).[4]
Ibnu katsir melanjutkan perkataannya  sbb:

أَيْ أَنَّهُ سُبْحَانَهُ لاَ يَحْجُبُ عَنْهُ سَمَاءٌ وَلاَ أَرْضٌ، وَلاَ جَبَلٌ إِلاَّ يَعْلَمُ مَا فِي وَعْرِهِ، وَلاَ بَحْرٌ إِلاَّ يَعْلَمُ مَا فِي قَعْرِهِ، يَعْلَمُ عَدَدَ مَا ِفي الْجِبَالِ وَالتِّلاَلِ وَالرِّمَالِ وَاْلبِحَارِ وَاْلقِفَارِ وَاْلأَشْجَارِ، {وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُبِيْنٍ}.
Allah subhanah  mengetahui langit, bumi, gunung dan apa yang di dalamnya, laut dan apa yang berada di dasarnya, mengetahui  jumlah gunung, undukan, pasir, lalu , tanah padang pasir, pepohonan. Allah berfirman:
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. al-An'aam: 59)

Pendapat Ibnu Katsir tersebut di dukung oleh Assa`di dalam kitab tafsirnya di ayat tersebut ya`ni 17 Al mukminun .
Saya katakan , bahkan di ayat lain di jelaskan pula sbb:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(12)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[5]
Dan saya  tidak menjumpai ahli tafsir di kitab tafsirnya yang menyatakan sebagaimana  pernyataan  Pak Lukman yaitu  maksud tujuh jalan adalah tujuh macam dzikir syattariyah. Ini termasuk membodohi umat dan menyesatkannya lalu membikin  kerancuan dalam mentafsiri ayat dan termasuk mentafsiri ayat dengan ra`yu.  dan hal ini tidak boleh. Ada hadis sbb:
Masruq ra berkata:
جَاءَ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ رَجُلٌ فَقَالَ تَرَكْتُ فِي الْمَسْجِدِ رَجُلاً يُفَسِّرُ الْقُرْآنَ بِرَأْيِهِ يُفَسِّرُ هَذِهِ الْآيَةَ ( يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ ) قَالَ يَأْتِي النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ دُخَانٌ فَيَأْخُذُ بِأَنْفَاسِهِمْ حَتَّى يَأْخُذَهُمْ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكَامِ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ مَنْ عَلِمَ عِلْمًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِ اللَّهُ أَعْلَمُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا أَنَّ قُرَيْشًا لَمَّا اسْتَعْصَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّىاللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلَيْهِمْ بِسِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ فَأَصَابَهُمْ قَحْطٌ وَجَهْدٌ حَتَّى جَعَلَ الرَّجُلُ يَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا كَهَيْئَةِ الدُّخَانِ مِنَ الْجَهْدِ وَحَتَّى أَكَلُوا الْعِظَامَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّىاللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَغْفِرِ اللَّهَ لِمُضَرَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوا فَقَالَ لِمُضَرَ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلاً إِنَّكُمْ عَائِدُونَ ) قَالَ فَمُطِرُوا فَلَمَّا أَصَابَتْهُمُ الرَّفَاهِيَةُ قَالَ عَادُوا إِلَى مَا كَانُوا عَلَيْهِ قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ) ( يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ ) قَالَ يَعْنِي يَوْمَ بَدْرٍ *
HR Muslim  2798
Seorang lelaki datang kepada Abdullah ,lalu berkata:” Aku meninggalkan di masjid seorang lelaki yang mentafsiri al Quran dengan akalnya. Dia mentafsiri ayat:
يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
Di hari langit datang dengan asap yang nyata.
Dia memberikan komentar:”Pada hari kiamat, manusia akan kedatangan asap,lalu mengambil nafas mereka seperti pilek.
Abdullah  berkata :  Barang siapamengerti suatu ilmu, katakanlah. Barang siapa yang tidak punya ilmu katakan , Allahu a`lam. termasuk kealiman seorang lelaki berkata tefrhadap apa yang tidak diketahui ,allahu a`lam.  Ayat tersebut  ketika  kaum Quraisy tidak taat kepada Nabi SAW ,lalu beliau berdoa agar  mereka dilanda kerisis tujuh tahun seperti kerisis Nabi Yusuf.
Mereka tertimpa paceklik, seorang lelaki  melihat langit lalu melihat asaphingga  makan tulang.
Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW ,lalu berkata:” Wahai Rasulullah ! mintakan ampun kabilah mudor. sesungguhnya mereka telah binasa.
Rasulullah SAW berkata  kepada Mudor, sesungguhnya  engkau berani , lalu berdoa untuk mereka.
LantasAllah menurunkan ayat:
إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلاً إِنَّكُمْ عَائِدُونَ
Sesungguhnya kami menghilangkan siksaan sedikit dan kamu kembali lagi.
Mereka juga di beri hujan, lalu keadaan menjadi makmur, mereka kembali seperti sedia kala, lantas Allah azza wajal  menurunkan ayat
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. [6]
Di ayat lain di jelaskan:
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.[7]
Blog ke tiga
Peringatan: Mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah:  mantan kiyai nu    lalu teks yang kamu cari
[1] Al mukminun 17
[2] Nuh 15
[3] Al mulk 3
[4] Al mukminun 17
[5] Fusshilat 12
[6] Addukhon 10-11

[7] Annakhel 116
Artikel Terkait

3 komentar:

  1. menurut pengikut satariah mengikuti ilmu ini adalah wajib, bagaimana usatd hukumnya

    (http://lilmuqorobin.blogspot.com/2010/02/ilmu-syathariyah.html#more)
    "bahwa minta petunjuk Ilmu Syaththariyah kepada yang mempunyai hak dan sah menunjuki, hukumnya fardu 'ain.Suatu kewajiban yang tidak bisa dihindari, bagi yang mengaku Islam agamanya, tidak pandang bulu, dari mana saja asal-usulnya, asal sudah mukallaf (sudah dapat menerima pengertian dan sudah bisa menyimpan rahasia). Bahkan lebih wajib meskipun dibandingkan dengan kewajiban-kewajiban yang lain, termasuk dengan kewajiban salat. Sebab, amanat Allah: Waaqimishshalaata lidhikri. Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-ingat Aku supaya ketika shalat tidak sahun (yang justru yang diancam dengan fawailun)."


    BalasHapus
  2. setau saya orang satariah tidak munggunakan dalil, mereka pake akal

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan