Kamis, Maret 07, 2013

يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ الْمَشَايِخْ



يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ الْمَشَايِخْ
Ya rabbi wardho anil masyayikh
Wahai Tuhan ku ridalah kepada  para  masyayikh.  

(Pengertian masyayikh )


Setelah kalimat sulalah  - keturunan Rasulullah   di sebut lalu di  sebut juga kalimat masyayikh  - ya`ni kalangan bangsa arab yang tidak dari golongan sayyid, habib atau  syarif.  Ini budaya  di kalangan mereka dan kedua golongan  itu  berbeda ajaran, akidah  dan ibadahnya, bukan sekarang saja  tapi  sejak dulu begitu  dan bertambah sangat luas dan  dalam  jurangnya   di akhir zaman ini.  Perbedaan ini mirip  dengan perbedaan antara kalangan Muhammadiyah dan NU di jawa .  Tambah bulan, tambah tahun, makin sulit di persatukan dan perbedaan semakin tajam dan bertambah banyak macam perbedaannya. Fanatisme kepada  dua golongan itu selalu  di landasi dengan dalil – dalil agama, akhirnya  tiada  golongan dan pengikutnya  yang mengaku bersalah.  Masing – masing golongan sejak dulu  hingga  kini  tetap mengaku paling benar.  Allah  berfirman:

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.[1]
   Ini panggilan yang ada unsur ashabiyah – ya`ni  dari kalangan sayyid  yang awam biasanya mengganggap remeh terhadap  kalangan masyayikh, bahkan  di antara  para sayyid sendiri  saya sering dengar bangga – bangga  an tentang nasab.  Seggaf  di anggap lebih baik dari pada al idrus  dan  al idrus merasa lebih baik  dari pada mauladawilah.  Dan begitu juga seterusnya.  Suku  itu bisa  menjadi kebanggaan tersendiri bagi kalangan mereka. Terkadang hati saya geli kepada  olah mereka.  Apa gunanya menjelekkan suku orang lain, kalau  dia sendiri menderita, fakir miskin, munafik, dungu dan fasik? Bila dia sendiri jelek, lalu apa  gunanya  datuk dan kakek – kakek yang di junjung – junjung.  Kakeknya sendiri  bila  hidup tidak senang di perlakukan seperti itu.  
Masyayikh ada yang ber arti guru dan  ada dua .  Masyayikh ahli bidah dan masyayikh ahli hadis.  Untuk mendoakan  masyayikh ahli hadis silahkan  dan termasuk ayat:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.[2]

Untuk masyayikh yang ahli bid`ah, syirik, munafik atau fasik, maka  tidak boleh di doakan karena ada ayat:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam.( At taubah 113)  

Bila di doakan, tidak akan di terima oleh Allah sebagaimana ayat:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [3]


blog ke tiga
Peringatan: Mesin pencari diblog tidak berfungsi, pergilah ke google lalu tulislah:  mantan kiyai nu    lalu teks yang kamu cari
 




[1] Arrum 32
[2] Muhammad 19
[3] Annisa` 116
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan