Selasa, Februari 26, 2013

Sejarah Tahlil






Judul Buku : Sejarah Tahlil
Penulis : KH Muhammad Danial Royyan
Tebal : viii, 72
Penerbit : LTN NU Kendal bekerjasama dengan Pustaka Amanah Kendal
Cetakan : pertama, 17 Februari 2013
Peresensi : Fahroji

Munculnya kembali ideologi dan faham Salafi Wahabi dengan berbagai bentuk organisasinya yang telah menyebar ke tengah masyarakat lintas bangsa dan negara (ideologi transnasional) sekarang ini yang cenderung memusyrikkan dan membid’ahkan amaliah yang sudah ada, maka, mau tidak mau semua hal yang berkaitan dengan amaliah agama harus diketahui lengkap dengan dalil-dalilnya.

Kondisi tersebut telah menimbul keprihatinan di kalangan ulama dan pengurus NU di berbagai wilayah dan cabang, salah satunya PCNU Kendal. KH Muhammad Danial Royyan penulis buku ini yang juga ketua tanfidziyah PCNU Kendal periode 2012-2017 menuangkan kegelisahannya dengan menulis buku Sejarah Tahlil. Tradisi Tahlilan yang merupakan salah satu sasaran tembak bagi kaum salafi wahabi perlu mendapatkan pembelaan agar kaum Nahdliyyin tidak menjadi ragu atas amaliah yang dilakukan secara turun-temurun dan masih berkembang di masyarakat hingga saat ini.

Buku Sejarah Tahlil yang dicetak dalam ukuran saku tersebut memaparkan bagaimana tradisi bacaan Tahlil sebagaimana yang dilakukan kaum muslimin sekarang ini tidak terdapat secara khusus pada zaman nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Tetapi tradisi itu mulai ada sejak zaman ulama muta’akhirin sekitar abad sebelas hijriyah yang mereka lakukan berdasarkan istimbath dari Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW, lalu mereka menyusun rangkaian bacaan tahlil, mengamalkannya secara rutin dan mengajarkannya kepada kaum muslimin.

Dalam buku tersebut juga diulas siapa sebenarnya yang pertama kali menyusun rangkaian bacaan tahlil dan mentradisikannya. Menurut penulis buku ini, hal tersebut pernah dibahas dalam forum Bahtsul Masail oleh para kyai Ahli Thariqah. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang pertama menyusun tahlil adalah Sayyid Ja’far Al- Barzanji. Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa yang menyusun tahlil pertama kali adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad.

Dari dua pendapat tersebut, pendapat yang paling kuat tentang siapa penyusun pertama tahlil adalah Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa Imam Al- Haddad yang wafat pada tahun 1132 H lebih dahulu daripada Sayyid Ja’far Al – Barzanji yang wafat pada tahun 1177 H.

Pendapat tersebut diperkuat oleh tulisan Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam syarah Ratib Al Haddad, bahwa kebiasaan imam Abdullah Al Haddad sesudah membaca Ratib adalah bacaan tahlil. Para hadirin yang hadir dalam majlis Imam Al Haddad ikut membaca tahlil secara bersama-sama tidak ada yang saling mendahului sampai dengan 500 kali.

Disamping mengulas sejarah tahlil, buku setebal 72 hal itu juga membahas argumentasi tahlil dan pahala bacaanya yang diyakini bisa sampai kepada mayyit. Pada bab-bab berikutnya penulis juga mengupas tentang talqin dan ziarah kubur lengkap dengan pengertian, tatacara dan argumentasi pelaksanaannya. Buku ini wajib dibaca oleh warga Nahdliyyin di Kendal karena memang diterbitkan dalam rangka penggalian dana NU Kendal dan menggantikan model penggalian dana dengan lewat stiker. Sungguhpun demikian buku ini juga perlu dibaca oleh warga NU dimana saja berada.

Peresensi adalah kontributor NU Online Kendal
Komentarku ( Mahrus ali): 
Tahlilan setelah kematian mulai 1- 7,40,100,1000, haul  bukan budaya Islam taipi di gali dari budaya kufur yang dikemas dengan dzikir, seolah Islami, tapi kufri dan banyak kesyirikan didalamnya, Dan tanpa acara tahlil adalah langkah yang cocok dengan rasul, para sahabat dan tabiin, beda dengan kultur budha dll.
Boleh diklik disini:
Blog ke tiga
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. cobalah bandingkan Tahlilan ajaran paganisme yang dikemas dengan Tahlilan, dengan ajaran Yahudi yang dikemas oleh orang-orang yang beragama Islam antara lain :
    Banyak pengusaha Muslim mendirikan Bank yang dimanakan Bang Mu`amalat, dan Bank Syari`ah, tetapi proses melaksanakannya prakteknya system Yahudi, orang-muslim sulit pinjam di Bank Islam tersebut, utamanya orang Muslim yang usahanya spekulan berekonomi lemah, tetapi orang-orang bermata sifit dengan mudahnya disalurkannya, belum lagi dana Haji yang jumlahnya trilyunan, hanyalah orang-orang yang berwatak Yahudi memanfaatkannya, sedangkan orang-orang muslim yang miskin sangat jauh dari harapan untuk bisa pinjam , bukankah ini lebih parah dari Tahlilan yang dianggap merusak ibadah hanya sekelompok orang, dibandingkan Berkedok Islam prakteknya Yahudi, pikirkanlah wahai pada cendekiawan yang mengaku Islam intelek.bagaimana ini.siapakah sebenarnya yang lebih merusak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ibadah punya aturan sendiri muamalah juga punya aturan sendiri tahlilan itu termasuk ibadah sebab ini kaitannya dengan Allah langsung jadi harus ada tuntunan yg jelas tanpa ditafsirkan kiri kanan dan tidak boleh diqiyas tianggal ikuti cara2 nabi titik. tp utk masalh perbankan,ekonomi, politik dsb ini maslah muamalah siapa yang paling pinter itu yang unggul. kl umat islam pengin jaya ya harus bersatu, pinter, kerja keras, disipiln dsb. orang yahudi bisa mengusai dunia apa karena pintar? tidak tapi karena licik umat islam terpinggirkan karena bodoh tahuanya hanya thlilan, berjanjen,manaqib. malah qur'an nggak pernah dibaca apalgi dipelajari kl kurang dana pasang kubah di tengah jalan ngemis ini kan memalukan kl kalah bersaing ngamuk inikah islam???

      Hapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan