Rabu, Januari 09, 2013

Membongkar kedok tokoh Liberal NU



By H. R. Taufiqurrochman, MA
on 1 Jan 2012

Beberapa hari ini, atas himbauan guru, saya membaca sebuah buku berjudul "Membongkar Kedok Liberal Tokoh-Tokoh NU" karya KH Muhammad Najih Maimoen.

Melihat judulnya saja, saya atau mungkin orang lain khususnya para nahdiyyin, akan terkejut dan bertanya-tanya:
▬►Benarkah "madzhab liberalisme" telah menjangkiti tokoh-tokoh NU?

Jika benar,
▬►lalu siapa saja mereka?

Yang terpenting lagi,
▬►kira-kira apa dampaknya bagi umat Islam, terutama warga NU?


Masih banyak lagi yang perlu dipertanyakan seputar isi buku tersebut. Pada awalnya, saya mengira, mungkin saja buku ini bertendensi provokatif, mengingat lahirnya buku ini berhubungan dengan pemilihan calon Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-32 di Makassar Sulawesi Selatan yang lalu.

Akan tetapi ternyata,
data dan fakta yang diungkap di buku tersebut merupakan hasil penelitian, pengamatan dan olah dokumen yang terkumpul sejak lama. Artinya, benih-benih liberalisme itu telah bersemayam jauh sebelum adanya ranah politik dan kepentingan kekuasaan.

Semoga saja, penulis buku ini hanya bertujuan untuk "mengingatkan" akan bahaya liberalisme sehingga isi buku ini tidak disalah pahami.

Buku ini seakan menjadi “warning” bagi para pemimpin dan umat Islam agar sadar akan bahaya racun pemikiran liberalisme yang diyakini dapat merusak akidah Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Bagi para pemikir atau tokoh yang ada di pucuk pimpinan,
▬►boleh jadi aksi “tebar wacana” menjadi hal lumrah supaya pola pikir menjadi maju, progressif dan kritis.

Namun
tidak bagi kalangan awam dan masyarakat di akar rumput. Mereka yang “bermakmum” kepada kiai dan ulama, akan terasa diombang-ambingkan oleh pemikiran dan akidah “model baru” yang sebelumnya tidak mereka temukan pada ulama-ulama terdahulu.


Bagi saya pribadi,
yang justru mengejutkan dari isi buku ini adalah dicatutnya para tokoh NU yang jumlahnya mencapai 25 orang.

Sungguh mengejutkan,
apalagi di antara mereka muncul nama-nama baru yang sebelumnya tidak dianggap liberal.

Lain halnya seperti :
▬ Gus Dur,
▬ Ulil Abshar Abdalla,
▬ Said Aqil Siradj,
▬ Masdar Farid Mas’udi
▬ atau M. Luthfi As-Syaukani.
▬▬►Mereka memang tokoh kontroversial yang lahir ke permukaan karena pikirannya yang “nyeleneh” sehingga jelas, jika bicara tentang liberalisme dan pluralisme, nama-nama itu tidak pernah absen.

Ternyata,
selain mereka, masih ada tokoh-tokoh lain yang disebut penulis sebagai bagian dari tokoh liberal di tubuh NU.

Di antaranya,
▬ Salahuddin Wahid,
▬ Ahmad Bagja,
▬ Mustofa Bisri,
▬ Abdul Muqsith Ghozali,
▬ Husein Muhammad,
▬ Nasaruddin Umar,
▬ Alwi Abdurrahman Syihab,
▬ Abdul A’la, Ahmad Sahal,
▬ M. Jadul Maula,
▬ Fathimah Utsman,
▬ Hamid Basyaib,
▬ Sumantho Al-Qurthuby,
▬ Zuhairi Miswari,
▬ Mun’im A. Siry,
▬ Nong Darol Mahmada,
▬ Zainun Kamal,
▬ Taufiq Adnan Kamal,
▬ Saiful Muzani
▬ dan Ihsan Ali Fauzi.

Disebutnya tokoh-tokoh NU itu sebagai kaum liberal, tidak lepas dari pernyataan dan pemikiran mereka yang dinilai penulis buku ini terlibat dengan :
▬ Jaringan Islam Leberal (JIL),
▬ melindungi aliran Syi’ah,
▬ menolak formalisasi Syariat Islam,
▬ membela aliran sesat seperti Ahmadiyah dan sebagainya.

Pada akhirnya, buku ini berkesimpulan bahwa :
▬►NU yang ada di bawah bayang tokoh-tokoh liberal, sudah melenceng jauh dari Qonun Asasi yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari. Sebab, mereka itu –menurut penulis- sudah menjadi agen-agen orientalis barat yang hendak menghancurkan akidah dan keimanan umat Islam.

Benarkah demikian ? Wallahu A’lam.

Sebab,
▬►boleh jadi hal ini hanyalah “ignorence of Islam” atau kesalah pahaman dalam memahami Islam.

Atau dengan kata lain,
kurangnya komunikasi antara pihak-pihak yang berperan sebagai elit NU dengan kalangan NU Garis Keras dalam menyikapi persoalan bangsa dan umat yang memang sangat kompleks sehingga terjadi salah penafsiran.

Akibatnya,
▬►kontroversi yang ada di kalangan para ulama atau pemimpin umat, jelas akan membingungkan umat.

Bisa-bisa,
karena fanatisme ketokohan, lalu terjadi perpecahan di antara umat itu sendiri.
Inilah yang sesungguhnya berbahaya.


Indonesia yang bhinneka ini memang sangat rentan untuk dipecah belah, entah oleh siapa dan untuk apa.

Adanya berbagai ragam :
▬ agama,
▬ sekte,
▬ kepercayaan,
▬ ras,
▬ bahasa,
▬ suku,
▬ ormas
▬▬► dan sebagainya itu adalah sasaran empuk untuk memporak-porandakan Indonesia, termasuk juga NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan juga di dunia.

(Book Review: Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal Dalam Tubuh NU. Penulis: KH MUhammad Najih Maimoen. Penerbit: Toko Kitab Al-Anwar Sarang Rembang bekerja sama dengan Majlis Khair. Tahun: 2011)

http://www.taufiq.net/2012/01/kedok-tokoh-liberal-nu.html

 dan 113 orang lainnya menyukai ini.
Lihat semua komentar (19)
       

Ibnu Suardi Apakah tokoh NU juga termasuk orang-orang munafik?
8 jam yang lalu • Suka
       

Ratih Dwi Andinie Naudzubillah,
8 jam yang lalu • Suka
       

Faiz ElMu'in Gak boleh serampangan dlm berfikir spt wahabi...
7 jam yang lalu • Suka
       

Orcela Puspita Faiz ElMu'in

wahabi itu apa sih ?
7 jam yang lalu • Telah disunting • Suka • 5
       

Eddy Sugatot tambah pengetahuanku...
5 jam yang lalu • Suka

Kus Nanto Muhammad ijin tag n share ukhti...barakallahu fiykum


Komentarku ( Mahrus ali): 
Liberal menurut ulama Saudi adalah kekufuran bukan keislaman, bukan ajaran Islam, tapi ajaran barat yang di buat merusak keisalaman orang timur. Sudah jelas MUI memasukkannya dalam aliran sesat bukan aliran yang lurus. Ingat saja ayat ini:
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ(1)اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(2)ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ(3)وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌكَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ(4)
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

Dan kliklah 4 shared mp3 atau di panahnya.
 

Artikel Terkait

5 komentar:

  1. kutipan dari facebook
    Husni Alvaro waduh 2 lek gak ero wonge gak usah komentar.opo mene nek ison3 ngaran2ni wong tok ojo komen seng gak nduwe ilmu ojo komen seng nek nduwe nafsu tok ojo komen opo mene nek sempakan tok tambh ojo komen wk wk.
    5 jam yang lalu • Suka
    Orcela Puspita Husni Alvaro :

    maksudnya ... ^^
    3 jam yang lalu • Suka
    Siti Ervayati Suriah Afwan, sdr/i mari di simak semua dngn se baik2nya. Mungkin ada yg merasa tergelitik dng sebutan NU,
    Alhamdulillah sdh banyak ana menyimak tentang kegiatan NU skrng. Bahwa NU skrng sangat melenceng jauh dari pendirinya (KH. Hasyim Ashari) yg nnta bene beliau sangat gigih dalam menda'wahkan taukhid dan ber-manhaj salaf. Namun Wallahu a'lam dngn NU sekarang, bisa kita saksikan sendiri (pecah), krn masih banyak yg mempertahankan ajaran sang pendirinya, tapi tdk sedikit yg mengikuti generasi penerusnya, (yg tlh menyimpang dari ajaran semula, bahkan sangat di sayangkan bahwa tercorengnya NU, atas ulahnya penerusnya KH. Hasyim Ashari sendiri.
    Allah hu musta'an. Afwan.
    2 jam yang lalu • Suka
    Allent Reza Fahlevi astagfirullohhaladzim.....
    2 jam yang lalu • Suka
    Allent Reza Fahlevi jangan selalu melihat kejelekan orang pada satu sisi,mungkin pada sisi lain lebih banyak banyak banyak kebaikannya,.....kita sesama muslim jng suka buka aib orang yg belum tentu kebenarannya, semoga Allah mengampuni dosa dosa beliau(GUS DUR ) amin.....
    2 jam yang lalu • Suka
    Orcela Puspita Allent Reza Fahlevi :"kita sesama muslim"

    ____

    Naudzubillahi min dzalik...Lihat Selengkapnya
    Gus Dur diBaptis Paderi Kristian
    Gus Dur diBaptis Paderi Kristian http://anwaribrahimdotcom.blogspot.com/
    sekitar sejam yang lalu • Telah disunting • Suka • 3
    Abu Naufal Ya...beginilah.........
    24 menit yang lalu • Suka
    Arek Tewur Nanet kemarin keluarga yeni wahid juga ikut natalan
    13 menit yang lalu • Suka • 1
    Tulis komentar...

    BalasHapus
  2. Kami malu jadi warga NU. Tanpa perlu saya tutup~tutupi NU sekarang sudah melenceng dari garis ASWAJA. Banyak hal~hal bidah yang jadi pembenaran ditubuh NU. Dan yang paling celaka NU menolak tegaknya daulah Khilafah yang sudah menjadi nubuat Rasulullah. Saya sebagai warga nahdliyin insyaallah tidak akan terpengaruh dengan NU saat ini yang sudah mulai rusak. Mudah2an mereka yang liberal yang ada ditubuh NU segera tersingkir..dengan syarat NU harus mendukung tegaknya syariah islam secara kaaffah dibawah naungan Khilafah Islamiyah.

    BalasHapus
  3. Nu lagi Nu lagi bikin ulah.......marai wes kadung merakyat.....gendoren yo merakyat.....tahlilan yasinan...merakyat......susah tenan ki wong NU.jo nyampek enek presiden paham Nu liberalisme,engko pilm porno beredar maneh....

    BalasHapus
  4. Tingkah laku pzra tokoh ulamak yg kontroversial yg yleneh. Embahayakan bagi msyarakat muslim awam.

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan