Kamis, Desember 20, 2012

Iran Baca Islam Indonesia dari Orientalis







Jakarta, NU Online
Orang Iran membaca Islam yang berkembang di Indonesia dari sumber-sumber yang ditulis para orientalis. Oleh karena itu, orang Iran menyadari ada kemungkinan pemahaman mereka atas Islam Indonesia tidak tepat.

Demikian dinyatakan Atase Kebudayaan Republik Islam Iran Muhammad Ali Rabbani, saat bertemua dengan Agus Sunyoto di Jakarta, Kamis (20/12). Ali Rabbani mengatakan bahwa kondisi seperti itu dikarenakan minimnya buku-buku yang ditulis Intelektual yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persia ataupun bahasa Arab.

"Kami tidak punya banyak rujukan yang meyakinkan tentang Islam Indonesia, karena kebanyakan bacaan kami dari para orientalis. Oleh karena itu, kami menyambut dengan baik buku Atlas Walisongo yang ditulis Agus Sunyoto. Beliau orang Indonesia dan menulis Islam di negerinya dari sumber awal. Kami berminat menerjemahkan dan disebarkan di Iran," Ali Rabbani memaparkan.

Dia juga menyatakan bahwa buku Agus Sunyoto memiliki persamaan dengan pemikiran orang Iran, tentang tasawuf, tentang nilai-nilai kebudayaan. "Orang Iran perlu tahu buku tersebut," tegasnya.

Sementara itu, Agus Sunyoto menyatakan bahwa buku Atlas Walisongo ingin menunjukkan watak Islam Indonesia, yakni menghargai lokalitas-lokalitas yang beragama. 
"Penghargaan pada lokalitas yang beragam ini tidak ada di negeri lain. Itu watak utama Islam kita yang sangat penting. Watak itu yang menyababan Islam Indonesia kenyal dari ajaran-ajaran dari luar," jelasnya.
"Kalau ajaran dari luar datang, mereka harus beradaptasi, jika tidak masyarakat akan menolak," tambah Agus Sunyoto yang juga menulis dalam bidang sastra.

Penulis: Hamzah Sahal
Komentarku ( Mahrus ali): 

 Dakwah Rasulullah SAW dan para nabi yang lain itu tanpa adaptasi dengan budaya lingkungan, ber lainan dengan dakwah tokoh – tokoh ahli bid`ah yang nolak tuntunan untuk adaptasi dengan kultur lingkungan yang dari leluhur yang hina – budha dan Hindu bukan dari leluhur yang mulia yaitu para sahabat. Bahkan terkadang dakwah para nabi itu kontra dengan kultur lingkungan.
Renungi saja ayat sbb:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?[1]
Di ayat lain , Allah berfirman :
أَمْ ءَاتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ(21)بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ(22)
Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Qur'an lalu mereka berpegang dengan kitab itu? Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka."[2]


Dan kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.
 




[1] Luqman 21
[2] Zukhruf  21-22
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan