Selasa, Desember 11, 2012

Hadis - hadis populer tapi lemah ke 25




( وَسُئِلَ ) فَسَّحَ الله ُ فِي مُدَّتِهِ هَلْ يَسْمَعُ الْمَيِّتُ كَلاَمَ النَّاسِ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ نَعَمْ لِحَدِيثِ أَحْمَدَ وَجَمَاعَةٍ { إنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ يُغَسِّلُهُ وَيَحْمِلُهُ وَيُدْلِيهِ فِي قَبْرِهِ } وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ { الرُّوحُ بِيَدِ مَلَكٍ يَمْشِي بِهِ مَعَ الْجِنَازَةِ يَقُولُ لَهُ أَتَسْمَعُ مَا يُقَالُ لَك فَإِذَا بَلَغَ حُفْرَتَهُ دَفَنَهُ مَعَهُ }.
Ibnu Hajar di tanya – semoga Allah memperluas masanya,   apakah mayat mendengar perkataan orang ?
Beliau menjawab: Ya karena hadis riwayat Imam Ahmad:
إِنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ يَحْمِلُهُ وَمَنْ يُغَسِّلُهُ وَمَنْ يُدْلِيْهِ فِي قَبْرِهِ
Sesungguhnya mayat mengetahui orang yang membawanya,   memandikannya  dan menurunkannya ke liang kubur. [1]
Ibnu Abid dun`ya meriwayatkan hadis dari Abd Rahman bin Abu Laila  berkata: Roh di tangan malaikat,  dia berjalan  membawanya bersama Jenazah,  lalu berkata kepada nya: Apakah kamu  dengar apa yang di katakan untukmu  ?
Bila telah sampai ke liang kuburnya,  maka di pendam bersamanya.

Komentarku ( Mahrus ali ):   
Setahu saya,  hadis tentang mayat mengetahui orang yang membawanya ………., hanya imam Ahmad yang meriwayatkannya dari kalangan penyusun kutubut tis`ah. Ia lemah karena ada perawi yang tidak di kenal identitasnya  yaitu Said bin Amar bin Sulaim berkata: Aku mendengar lelaki di antara  kami.
Siapakah nama lelaki itu,  bila tahu sebutkan saja. Karena  tidak di tuturkan namanya  maka perawi sendiri tidak mengetahui namanya,   apalagi kita. Dan hal ini termasuk tanda kelemahan hadis  atau hadis itu  tidak valid.  Apalagi perawi sesudahnya bernama Abd Malik menyebutkan nama lelaki itu adalah Muawiyah. ini masih kabur,  Muawiyah anak siapa ?  atau  anak Muawiyah yang mana ? Jadi karena hapalannya kurang pas,  maka  hadis itupun juga di nilai lemah.
Yang sahih adalah sbb:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُولُ إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ لِأَهْلِهَا يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ اْلإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَ اْلإِنْسَانُ لَصَعِقَ
Nabi SAW bersabda: Bila jenazah di letakkan lalu di bawa  kaum lelaki di atas leher mereka.. Bila  dia orang baik,  akan berkata: Cepat ajukan aku. Bila  tidak saleh  akan berkata  kepada  keluarganya: Sungguh   celaka aku,  kemana kamu  bawa. Segala sesuatu akan mendengar suaranya  kecuali manusia. Seandainya  mendengarnya akan  pingsan.[2]
Untuk perkataan Abd Rahman bin Abu Laila 
Roh di tangan malaikat,  dia berjalan  membawanya bersama Jenazah,  lalu berkata kepada nya: Apakah kamu  dengar apa yang di katakan untukmu  ?
……………… maka itu sekedar perkatan orang bukan nabi  atau Rasulullah SAW juga bukan sahabat.   Dia tabiin  yang  bisa di percaya. Jadi kedudukan kalimat tsb adalah bukan hadis.
وَمِنْ جَيِّدِ كَلاَمِهِ الَّذِي سَمِعَهُ مِنْهُ مُحَمَّدٌ بْنُ يَحْيََى الصَّوْلِي: ِللهِ أَقْوَامٌ هُمْ مَفَاتِيْحُ الْخَيْرِ، وَأَقْوَامٌ هُمْ مَفَاتِيْحُ الشَّرِّ، فَمَنْ أَرَادَ اللهُ بِهِ خَيْرًا قَصَدَهُ أَهْلُ الْخَيْرِ وَجَعَلَهُ اْلوَسِيْلَةَ إِلَيْنَا فَنَقْضِيَ حَاجَتَهُ وَهُوَ الشَّرِيْكُ فِي الثَّوَابِ وْاْلاَجْرِ وَالشُّكْرِ وَمَنْ أَرَادَ اللهُ بِهِ شَرًّا عَدَلِ بِهِ إِلَى غَيْرِنَا وَهُوَ الشَّرِيْكُ فِي الْوِزْرِ وَاْلاِثْمِ وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى كُلِّ حَالٍ.
Di antara  perkataan Khalifah Arradhi yang baik yang pernah di dengar oleh Muhammad bin Yahya Asshouli sbb;
Allah punya beberapa kaum yang menjadi kunci kebaikan  dan beberapa kaum yang menjadi kunci kejahatan. Barang siapa yang di kehendaki kebaikan oleh Allah, maka dia akan di ziarahi oleh orang – orang baik dan di jadikan sebagai pelantara kepada kami, lalu kami akan memberikan kebutuhannya.  Dia juga mendapat pahala,   syukur bersama kita. Barang siapa dikehendaki kejahatan oleh Allah,  maka  dia kan berpindah kepada orang lain,  bukan kita   dan dia termasuk sekutu  dalam mendapat dosa. Dan Allah Tuhan yang di mintai pertolongan di setiap keadaan.[3]
 Jadi maksudnya adalah tawassul kepada khalifah Arradhi lalu khalifah akan mengabulkan permintaan seseorang.  Bukan tawassul  dengan mayat untuk berdoa kepada Allah.  Untuk yang terahir ini,  saya tidak menjumpai dalam kitab al Bidayah sebagaimana   di katakan oleh Tim Penulis LBM NU  cabang Jember. Wallahu a`lam.

Dan kliklah 4 shared mp3 jangan di panahnya.
 




[1] Hr Ahmad  dalam kitab musnadnya  10614
[2] HR  Bukhori / Janaiz / 1316. Nasai / Janaiz / 1909 , Ahmad / Baqi musnad muktsirin /10979,11158. Sahih wa dho`if Nasai 53/5 Sahihul ahkam  72 . Ibnu Hibban  764 , Ahmad  500,292 /2  Assahihah 729/1
[3] Al Bidayah wannihayah 223/11
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan