Kamis, Desember 13, 2012

Gus Dur Presiden karena Tirakat Sang Ayah





akarta, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) jadi presiden, semua orang telah mafhum. Gus Dur sudah mengetahui dirinya kelak akan jadi presiden, banyak orang yang sudah memberi testimoni. Tapi ternyata jika dirunut lebih ke belakang lagi, proses kepresiden Gus Dur ada di masa orang tuanya, KH Wahid Hasyim.

Salah satu tradisi warga NU, jika mempunyai cita-cita tinggi atau tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu, selain melakukan usaha secara lahir, juga melakukan sejumlah riyadhoh atau upaya-upaya yang bersifat spiritual seperti puasa, sholat tahajjud, merutinkan bacaan ayat tertentu, membaca Dalail dan lainnya.

KH Hasib Wahab, pengasuh pesantren Tambak Beras Jombang, yang juga putra KH Wahab Hasbullah suatu ketika pernah mendapat cerita dari ayahnya bahwa KH Wahid Hasyim memiliki cita-cita besar menjadi pemimpin bangsa, entah menjadi presiden atau perdana menteri. Oleh seorang kiai sepuh, ia diminta melakukan sebuah tirakat, tetapi risikonya besar, jika gagal menjalaninya sampai akhir, bisa meninggal. Riyadhoh yang harus dijalani adalah melakukan puasa selama lima tahun penuh, di luar hari tasyrik atau hari-hari besar yang dilarang menjalankan puasa.

Oleh Kiai Wahid Hasyim, riyadhoh tersebut dijalaninya dengan baik. Setiap hari ia melakukan puasa, apapun kondisinya. Dalam buku biografinya, dikisahkan, Kiai Wahid sampai berpura-pura makan bersama tamu untuk menghormatinya. Puasa tersebut bisa dijalaninya selama 3 tahun 8 bulan ketika ia mengalami kecelakaan di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun.

Ia meninggal belum sempat menyelesaikan riyadhohnya atau mencapai cita-citanya tetapi yang berhasil mencapai adalah putra pertamanya, Abdurrahman Wahid yang kita kenal sebagai Gus Dur yang berhasil menjadi presiden ke-4 RI.

Dalam suatu kesempatan di istana ketika Gus Dur masih menjadi presiden, Gus Hasib pernah menahkikkan atau di cek ulang kebenaran cerita dari Mbah Wahab tersebut, Gus Dur mengiyakan.


Penulis: Mukafi Niam
Komentarku ( Mahrus ali): 
Di katakan dalam artikel tsb sbb:

Salah satu tradisi warga NU, jika mempunyai cita-cita tinggi atau tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu, selain melakukan usaha secara lahir, juga melakukan sejumlah riyadhoh atau upaya-upaya yang bersifat spiritual seperti puasa, sholat tahajjud, merutinkan bacaan ayat tertentu, membaca Dalail dan lainnya.
Komentarku ( Mahrus ali):

Setahu saya, kitab Dalail adalah kitab syirik, bid`ah yang di larang beredar di Saudi arabia, dan diperbolehkan beredar di negara kufur ini, malah di anggap baik. , lihat contoh dari kitab dalail sbb:

الّلهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ تَفَتَّقَتْ مِنْ نُوْرِهِ اْلأَزْهَارُ ...الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ اخْضَرَّتْ مِنْ بَقِيَّةِ وُضُوْئِهِ اْلأَشْجَارُ, الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ فَاضَتْ مِنْ نُوْرِهِ جَمِيْعُ اْلأَنْوَارُ
Ya Allah ! Berilah rahmat dan salam kepada orang yang karena cahayanya bunga terbelah ( asalnya kuncup lalu dengan cahaya Muhammad bunga itu berkembang ) . Ya Allah berilah rahmat dan salam kepada orang yang sebab air wudlunya  pepohonan menghijau . Ya Allah ! Berilah rahmat dan salam kepada  orang yang beberapa cahaya bisa memancar karena cahayanya .
Perkataan pengarang :
مَنْ فَاضَتْ مِنْ نُوْرِهِ جَمِيْعُ اْلأَنْوَارُ
  orang yang beberapa cahaya bisa memancar karena cahayanya .
.إِنْسَانِ عَيْنِ اْلوُجُوْدِ, وَالسَّبَبِ فِي كُلِّ مَوْجُوْدٍ
Muhammad manusia hakikat wujud dan sebab bagi segala mahluk .

Komentar penulis buku :
Itulah kekeliruan yang telah di jumpai banyak kaum dahulu yang menyatakan bahwa bukan Allah sebagai sebab segala sesuatu ada di dunia dan akhirat, tapi Muhammad , ,. Ini sama dengan menjadikan Muhammad SAW sebagai sekutu Allah dan mengangkatnya sebagai Tuhan setelah Muhammad meninggal dunia dimana waktu hidupnya beliau masih menjadi hambaNya. dan bertentangan dengan ayat :
لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

Juga dengan hadis sbb :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Tiada Tuhan selain  Allah Yang  Maha Esa , tiada sekutu bagiNya . Dia memiliki kerajaan dan pujaan  , dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu . Tiada Tuhan selain  Allah Yang  Maha Esa  . Dia yang melaksanakan janjiNya  , membela  hambaNya  dan mencerai beraikan  musuh dengan sendiriNya . 

Dan masih banyak bukan sedikit kesyirikan yang tercantum dalam kitab dalail dan di kitab – kitab lain yang di jadikan rutinitas ahli bid`ah yang syirik, bukan ahlis sunnah yang bertauhid.

Di katakan dalam artikel tsb sbb:
KH Hasib Wahab, pengasuh pesantren Tambak Beras Jombang, yang juga putra KH Wahab Hasbullah suatu ketika pernah mendapat cerita dari ayahnya bahwa KH Wahid Hasyim memiliki cita-cita besar menjadi pemimpin bangsa, entah menjadi presiden atau perdana menteri. Oleh seorang kiai sepuh, ia diminta melakukan sebuah tirakat, tetapi risikonya besar, jika gagal menjalaninya sampai akhir, bisa meninggal. Riyadhoh yang harus dijalani adalah melakukan puasa selama lima tahun penuh, di luar hari tasyrik atau hari-hari besar yang dilarang menjalankan puasa.

Komentarku ( Mahrus ali): 
Menurut saya sungguh jelek cita - cita ingin menjadi perdana menteri atau presiden di negara kufur bukan negara Islam ini. Dia harus menginjak ajaran al Quran untuk menjunjung ajaran koran dan ajaran Nasionalis yang kufur di dahulukan untuk meng akhirkan ajaran Islam yang universal.
Secara realita, presiden yang pernah ada di Indonesia ini selalu menjunjung atau membela kekufuran baik PKI atau Kristen dan mengganyang Islam, sengaja atau tidak, dengan mendapat pesan sponsor dari Sofyet atau Amirika atau tidak.
  Ibadah yang di niati seperti itu menurut saya bid`ah yang hina bukan sunnah yang mulia, ajaran baru yang sesat bukan ajaran lama yang di jalankan oleh Nabi SAW dan sahabat yang membimbing kepada kebenaran bukan kepada kesalahan.
Ikutilah ayat di bawah ini dan singkirkan segala isme dan ajaran lainnya.
Allah berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka  Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.[1]
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.[2]
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(16)
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan? Hud.


[1] Al Isra` 18
[2] Hud 15
Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Nah puasa kok sampai 5 tahun? Gak pake berbuka?
    Padahal Rosululloh tidak pernah mencontohkan puasa berturut turut tanpa berbuka kecuali di bulan romadhon, aneh kan katanya kyai kok gak paham?

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan