Selasa, November 27, 2012

Hadis populer tapi lemah ke 19



Orang – orang yang menyatakan mayat tidak bisa mendengar berkata: Sesungguhnya Al hafizh Ibnu Rajab memberikan komentar,  sesungguhnya ia ( mayat jawab salam )  adalah lemah bahkan mungkar.. [1] Sekian perkataan  Al alusi  dengan ringkas dalam tafsir surat Arrum[2] Dalam kitab sahih Bukhari [3] dalam bab doa nabi kepada kafir – kafitr Kuraisy  dan kebinasaan mereka  di hari perang Badar  dari hadis Hisyam dari ayahnya yang berkata:
عَنْ عَائِشَةَ وَابْنِ عُمَرَ عَنْ عُرْوَةَ قَالَ: ذُكِرَ عِنْدَ عَائِشَةَ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ رَفَعَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ فَقَالَتْ: وَهَلَ ابْنُ عُمَرَ رَحِمَهُ اللهُ إِنَّمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّهُ لَيُعَذَّبُ بِخَطِيئَتِهِ وَذَنْبِهِ، وَإِنَّ أَهْلَهُ لَيَبْكُوْنَ عَلَيْهِ الآنَ قَالَتْ: وَذَاكَ مِثْلُ قَوْلِهِ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ  قَامَ عَلَى  الْقَلِيبِ وَفيهِ قَتْلَى بَدْرٍ مِنَ الْمُشْرِكينَ، فَقَالَ لَهُمْ مَا قَالَ: إِنَّهُمْ لَيَسْمَعُوْنَ مَا أَقُوْلُ إِنَّمَا قَالَ: إِنَّهُمُ الآنَ لَيَعْلَمُوْنَ أَنَّ مَا كُنْتُ أَقُوْلُ لَهُمْ حَقٌ ثُمَّ قَرَأَتْ (إِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ الْمَوْتَى) وَ (وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُوْرِ) يَقُوْلُ حينَ تَبَوَّءُوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ
Urwah menuturkan: “Ketika disebutkan kepada Aisyah ra  bahwa Ibnu Umar ra menuturkan bahwa Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya orang mati akan disiksa di kuburnya, karena ditangisi keluarganya.” Maka Aisyah ra berkata: “Tidak benar apa yang dikatakan oleh Ibnu Umar. Sesungguhnya beliau saw bersabda: “Orang mati akan disiksa, karena dosa dan kesalahannya sendiri, dan kini keluarganya menangisinya.” Sabda Nabi saw itu sama dengan  ketika beliau saw berdiri di atas pinggir sumur yang di dalamnya terdapat para tokoh musyrikin korban perang Badar dan beliau saw bersabda: “Sesungguhnya, kini mereka mengetahui  bahwa  apa yang telah aku katakan kepada mereka waktu dulu adalah benar. Kemudian Aisyah ra membacakan firman Allah: “Innaka laa tusmi’ul mautaa.” (sesungguhnya engkau tidak mampu memperdengarkan kepada orang yang telah berada di dalam kubur). Kemudian ia menuturkan firman Allah: “Wa maa anta bi musmi-in man fil qubuur.” (sesungguhnya engkau tidak mampu memperdengarkan kepada orang yang telah berada di dalam kubur), yaitu ketika mereka telah menempati tempatnya masing-masing di dalam api neraka.” [4]
Ahli ta`wil berbeda pendapat tentang maksud al mauta dlm firmanNya:

إِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ الْمَوْتَى
sesungguhnya engkau tidak mampu memperdengarkan kepada orang yang telah berada di dalam kubur
Begitu juga maksud ayat:
مَنْ فِي الْقُبُوْرِ
Mayat yang dikuburan.
Aisyah mengartikan secara leterlek. jadi butuh ta`wil terhadap sabda Nabi SAW
مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُوْلُ مِنْهُمْ "
Kalian tidak lebih mendengar dari pada mereka terhadap apa yang ku katakan.
Dan inilah kebanyakan ulama.
Ada yang mengatakan majaz – ya`ni al mauta dan man fil qubur di artikan kaum kafir. mereka di serupakan dengan  mayat sekalipun mereka hidup di dunia. Maksudnya   orang yang kondisinya seperti orang yang mati  atau seperti  sikon prang yang berada di dalam kuburan.
Dengan demikian,  ayat itu tidak bisa di gunakan dalil atas pendapat Aisyah ra,  wallahu a`lam.  kata  Ibnu hajar.

Komentarku ( Mahrus ali ):   
Saya masih senang menyatakan bahwa mayat itu tidak mendengar.
Untuk hadis:
مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُوْلُ مِنْهُمْ "
Kalian tidak lebih mendengar dari pada mereka terhadap apa yang ku katakan. ( ya`ni kaum kafir yang mati di perang badar dan di lemparkan ke  sumur di sana ).
Imam Bukhari menyatakan:
قَالَ قَتَادَةُ: أَحْيَاهُمُ الله حَتَّى أَسْمَعَهُمْ قَوْلَهُ تَوْبِيْخًا وَتَصْغِيْرًا وَنِقْمَةً وَحَسْرَةً وَنَدْمًا
Qatadah berkata:  Allah menghidupkan mereka hingga memperdengarkan mereka terhadap perkataan Nabi SAW untuk mengatai,  meremehkan,  balasan,  membikin penyesalan  pada mereka yang sangat. [5]
Dan  adanya redaksi dalam hadis tsb:
مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُوْلُ مِنْهُمْ "
Kalian tidak lebih mendengar dari pada mereka terhadap apa yang ku katakan. ( ya`ni kaum kafir yang mati di perang badar dan di lemparkan ke  sumur di sana ).
قَالَ ابْنُ اْلهَمَّامِ فِي شَرْحِ الْهِدَايَةِ اِعْلَمْ أَنَّ أَكْثَرَ مَشَايِخِ الْحَنَفِيَّةِ عَلَى أَنَّ الْمَيِّتَ لاَ يَسْمَعُ عَلَى مَا صَرَّحُوا بِهِ فِي كِتَابِ اْلإِيْمَانِ
Ibnul Hammam berkata  dalam kitab syarhul hidayah,  ketahuilah,  sesungguhnya kebanyakan masyayikh madzhab Hanafi  menyatakan  bahwa mayat tidak mendengar sebagaimana mereka nyatakan  dalam kitab al  iman [6]
Boleh jadi hal itu hususiyah,  masalahnya sulit di kumpulkan antara  ayat yang menyatakan mayat tidak mendengar perkataan orang hidup dan hadis tsb. Bila kita menggunakan hadis:
مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُوْلُ مِنْهُمْ "
Kalian tidak lebih mendengar dari pada mereka terhadap apa yang ku katakan. ( ya`ni kaum kafir yang mati di perang badar dan di lemparkan ke  sumur di sana ).
Maka kita juga harus membuang pendapat Aisyah yang di riwayatkan oleh Bukhari Muslim.  Dan secara kenyataan Rasulullah SAW  tidak pernah berbicara kepada mayat kecuali pada saat pasca perang badar itu. Begitu juga para sahabatnya tidak pernah berdialog dengan mayat dalam hadis – hadis yang sahih.



[1]  hal itu di terangkan dalam kitab al ahwal  83./ 2 dan benar begitu . Sungguh aku telah menjelaskan dalam kitab ad dhoifah  4493 , dan yang lebih lemah dari itu adalah hadis riwayat Abd Razzaq  dalam kitab al mushonnaf   6723  dari Zaid bin Aslam berkata : Abu Hurairah  dan temannya berjalan bertemu dengan kuburan , Abu Hurairah berkata : Bacalah salam
Lelaki itu berkata : Apakah aku membaca salam kepada kuburan ?
Abu Hurairah menjawab : Bila dia melihatmu waktu di dunia , maka dia akan mengenalimu  sekarang.  Dalam hadis tsb terdapat perawi bernama Yahya bin Al – ala` yang  pemalsu hadis.
[2] Ruhul ma`ani
[3] 242/7 Fathul bari  , begitu juga Muslim , dan sudah baru lewat takhrijnya
[4] Buklhari, 64, Kitab Al Magazhi, 8, bab terbunuhnya Abu Jahal

Allu`lu` wal marjan 259/1  . Al albani berkata :  Ia terdapat dalam sahih Bukhori
Lihat di kitab karyanya : Al ayat al bayyinat 69/1
[5] Misykatul mashobih  401/2
[6] Mirqatul mafatih  129/12
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan