Minggu, April 01, 2012

Mematahkan dalil buka wajah bagi wanita ke satu


HUKUM CADAR (2)

Soal.
Apakah hukum cadar (menutup wajah) bagi wanita, wajib atau tidak?


Pada edisi yang lalu telah kita sampaikan dalil-dalil para ulama yang mewajibkan cadar bagi wanita. Sekarang -insya Allah- akan disampaikan dalil-dalil para ulama yang tidak mewajibkannya.

DALIL-DALIL YANG TIDAK MEWAJIBKAN
Inilah secara ringkas dalil-dalil para ulama yang tidak mewajibkan cadar bagi wanita.

1. Firman Allah


وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا


Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. [An Nur :31]

Tentang perhiasan yang biasa nampak ini, Ibnu Abbas berkata, “Wajah dan telapak tangan.” [1]
[1]. Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Isma’il Al Qadhi. Dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Jilbab Al Mar’atil Muslimah, hal. 59-60, Penerbit Al Maktabah Al Islamiyyah, Cet. I. Tetapi berbagai riwayat dari Ibnu Abbas tentang penafsiran ini dilemahkan oleh Syeikh Mushthafa Al Adawi dalam kitabnya Jami’ Ahkamin Nisa. Tentang hal ini terdapat riwayat-riwayat shahih dari perkataan sebagian tabi’in. Wallahu a’lam

Perkataan serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Umar.. Riwayat ini dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Jilbab Al Mar’atil Muslimah, hal. 59-60

Berdasarkan penafsiran kedua sahabat ini jelas bahwa wajah dan telapak tangan wanita boleh kelihatan, sehingga bukan merupakan aurat yang wajib ditutup.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Marilah kita kaji, riwayat Ibnu Abi Syaibah tentang pendapat Ibn Abbas sbb:
حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بُنِّ مُسْلِمِ عَنْ سَعِيدِ بُنِّ جُبَيْرٍ عَنْ اِبْنِ عباسِ :*( وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا )* قَالَ : وَجْهُهَا وَكَفُّهَا .
Beritahu kami Hafsh dari 'Abdullah bin Muslim dari Said ibn Jubair dari Ibnu Abbas: * (Mereka tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang tampak darinya) * Ibnu Abbas berkata: Wajahnya dan tapak tangannya.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sebagian perawinya bernama Abdullah bin Muslim, identitasnya sbb:


عَبْدُ اللهِ بْنُ مُسْلِمِ بْنُ هُرمُزَ المَكِّى
الطَّبَقَةُ : 6 : مِنْ الَّذِينَ عَاصَرُوا صِغَارَالتَّابِعِيْنَ
رَوَى لَهُ : بخٍ مَدَّ ت ق
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ اِبْنِ حَجَرِ : ضَعِيفُ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِيِ : ضَعِيفُ
Abdullah bin Muslim bin Hormuz Al makki
Kelas: 6: termasuk mereka yang tinggal bersama Tabiin Yunior
Rank, menurut  Ibnu Hajar:  Lemah
Peringkat menurut Dzahabu : Dia lemah. [1]

Jadi  keberadaan riwayat tsb  dari Ibnu Abbas adalah lemah karena ada perawi bernama  Abdullah bin Muslim yang lemah. Jadi Ibnu Abbas tidak menyatakan  bahwa arti maa dhohara minha adalah wajah dan tapak tangan. Itu adalah kedustaan yang nyata bukan kejujuran yang samar.
Juga tidak layak petrhiasan yang nampak diartikan tapak tangan dan wajah. Keduanya anggota tubuh bukan perhiasan. 

Untuk riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Umar , sanadnya sbb:
حَدَّثَنَا شَبَابَةُ بْنُ سَوَّارٍ قَالِ نا هِشَامٌ بْنُ الْغَازِ قَالِ نا نَافِعٌ قَالَ اِبْنُ عُمَرَِ : الزِّيَنَةُ الظّاهِرَةُ : الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ
Bercerita kepada kami Syababah bin Sawwar berkata : Bercerita kepada kami  Hisyam bin Al Ghaz berkata: Bercerita kepada kami Nafi` berkata; Ibnu Umar berkata: Perhiasan yang tampak adalah wajah dan kedua tapak tangan. [2]

شَبَابَةُ بْنُ سَوَّارٍ ٍ الفَزَارِى مَوْلاَهُمْ ، أَبُو عَمْرُو الْمَدَائِنِى ، قِيلَ اِسْمُهُ مَرْوَانِ ( و إِنَّمَا غَلَبَ عَلَيْهِ شَبَابَةُ ، أَصْلُهُ مِنْ خُرَاسَانَ )
الطَّبَقَةُ : 9 : مِنْ صغارِ أَتِبَاعَ التَّابِعِينَ
الْوفاةُ : 204 أَوْ 205 أَوْ 206 ه
Syababah bin Sawwar Al Fazari  Maula mereka , Abu Amr Madaini, Di katakan : Dia bernama Marwan ( Dia terkenal dengan nama Syababah ,berasal dari Khorasan)
Kelas: 9: pengikut tabiin  muda
Kematian: 204 atau 205 atau 206 H


مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ اِبْنِ حَجَرِ : ثِقَةٌ حافِظٌ رُمِى بالإِرْجَاءِ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِيِ : مُرْجِىءٌ صَدُوقٌ ، قَالَ أَبُو حاتم : لَا يُحْتَجُّ بِهِ
و قَالَ أَبُو حاتم : صَدُوقُ يُكْتِبُ حَديثُهُ و لَا يَحْتَجُّ بِهِ .
2733
Peringkat menurut  Ibnu Hajar : Dia terpercaya, hafidh dan tertuduh murjian
Peringkat  menurut Dzahabi : Dia jujur murji`ah
 Abu Hatim berkata:  Tidak bisa di buat hujjah riwayatnya. [3]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi menurut Abu hatim,  pendapat Ibnu Umar ini tidak bisa di buat pegangan, karena ada perawinya bernama Syababah bin Sawwar.

حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ اْلاَحْمَرُ عَنْ حَجَّاجِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي الاَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالِ : الزِّيَنَةُ زِيْنَتَانِِ : زِيْنَةٌ ظاهِرَةٌ وَزِينَةٌ بَاطنَةٌ لَا يَرَاهَا إلّا الزَّوْجُ وَأَمَا الزِّينَةُ الظّاهِرَةُ
فَالثِّيابُ وَأَمَا الزِّينَةُ الْبَاطنَةُ فَالْكُحْلُ وَالسِّوارُ وَالْخَاتِمُ
Bercerita kepada kami Abu Khalid Al ahmar dari Hajjaj dari Abu Ishaq dari Abu Ahwas dari Abdullah mengatakan:: Perhiasan ada dua , perhiasan yang tampak dan perhiasan yang batin yang hanya suami yang boleh melihatnya.
Untuk Aksesoris yang boleh di lihat adalah pakaian. Adapun hiasan batin adalah alis, gelang dan cincin. [4]

1119

حَجَّاجٌ بْنُ أَرْطَاة بْنُ ثَوْرٌ بْنِ هُبَيْرَة بْنِ شَراحيل بْنِ كَعْبِ بْنِ سلامَانِ بْنِ عَامِرِ بْنِ حارِثَةٍ بْنِ سَعْدِ بْنِ مَالِكَ النخعى أَبُو أَرْطَاة الكُوْفِى القَاضِى
الطَّبَقَةُ : 7 : مِنْ كبارِ أَتباعِ التَّابِعِينَ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ اِبْنِ حَجَرِ : صَدُوقُ كَثِيرُ الْخَطَأِ و التَّدْلِيْسِ ، أَحَدُ الْفقهاءِ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِيِ : أَحَدُّ الأَعْلاَمِ ، عَلَى لِينِ فِيه ... قَالَ أَحَمْدَ : كَانَ مِنْ حُفَّاظِ الْحَديثِ ... و قَالَ أَبُو حاتم : صَدُوقٌ يُدَلِّسُ ، فَإذاً قَالَ حَدَّثَنَا فَهُوَ صَالِحَ ..


Hajjaj bin Ertah bin Tsaur bin  Hubairah  bin  Syarahil bin Ka'b bin Salaman bin 'Aamir bin Haritsa bin Sa`ad bin Malik Nakha'i  Abu Ertah al Kufi hakim
Kelas: 7: pengikut tabiin  senior
Peringkat: menurut  Ibnu Hajar:  Jujur , banyak kesalahan dan penipuan ( Tadlis), seorang sarjana fekih
Peringkat : Menurut Dzahabi, dia tokoh yang alim:, tapi lemah ...
 Ahmad mengatakan::  Dia  termasuk hafidh
 Dan Abu Hatim berkata: Dia jujur, mudallis . Bila dia mengatakan haddatsana , maka layak diterima

Komentarku ( Mahrus ali ):
Menurut Abu hatim dan Dzahabi, pernyataan Ibnu Mas`ud itu juga lemah, karena perawi bernama Hajjaj bin Arthah tadi. 
Bila sahih, maka maka dengan ayat itu, seorang perempuan harus menutupi seluruh tubuhnya menurut Ibnu Mas`ud. Sekalipun sahih, perkataan atau pendapat sahabat tidak sebagai landasan. Sebab mungkin benar, juga mungkin keliru  sebagaimana layaknya manusia lain.  
...Perhiasan yang nampak itu di artikan pakaian lebih tepat menurut segi bahasa dan leterlek ayat itu, juga di dukung oleh ayat ahzab sbb:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal orang baik , karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.  
Ibnu Abbas memerintah agar jilbab tersebut juga untuk menutup wajah  dan hanya  mata satu yang tampak   
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka


Bagaimana dengan hadis sbb : 

وَقَالَتْ لَا تَلَثَّمْ وَلَا تَتَبَرْقَعْ
Beliau berkata : “ Jan gan  pakai kain cadar atau selubung muka[5]
Komentarku ( Mahrus ali ):

Bukhari menyampaikan perkataan Aisyah itu tanpa  sanad . Tapi Aisyah sendiri waktu ihram tidak melaksanakannya  . Dan ia tetap bertentangan dengan perintah menutup seluruh tubuh bagi wanita , baik ihram atau tidak . lihat ayat 59 Al ahzab

Dan ternyata Aisyah sendiri yang paling menentang terhadap pernyaataannya  itu . Dia berada di dalam sekedup waktu  berihram dan tiada orang yang melihat wajahnya.
Dalam kitab Taghliqut ta`liq di terangkan sbb :

وَقَالَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنِ الْأَعْمَشِ عَن إِبْرَاهِيْمَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَلْبَسُ الْمُحْرِمَةُ مَا شَاءَتْ مِنَ الثِّيَابِ إِلَّا اْلبُرْقُعَ وَلَا تَنْتَقِبُ
Ibnu Abi Syaibah berkata : Bercerita kepada kami  Ibnu Fudhail dari  Al a`masy dari Ibrahim dari Aisyah berkata : Wanita yang berihram mengenakan pakaian yang di kehendakinya kecuali cadar atau tutup muka .[6]

Komentarku ( Mahrus ali ):
 Perkataan Aisyah itu lemah sekali karena perawi bernama  Ibrahim tadi .

وَ قَالَ الدَّارُقُطْنِى : لَمْ يَسْمَعْ مِنْ حَفْصَةَ وَ لاَ عَائِشَةَ وَ لاَ أَدْرَكَ زَمَانَهُمَا .
Daroquthni berkata : Ibrahim tidak mendengar hadis dari Hafshah , atau Aisyah dan tidak menjumpai masa keduanya .

Jadi hadis tsb , sanadnya terputus , otomatis lemah dan tidak bisa di buat landasan .
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ : ثِقَةٌ إِلاَّ أَنَّهُ يُرْسِلُ وَ يُدَلِّسُ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِـي : كَانَ رَأْسًا فِى اْلعِلْمِ
Martabatnya menurut Ibnu Hajar : Ibrahim  adalah perawi terpercaya  yang suka memursalkan hadis dan suka menyelinapkan perawi lemah .
Menurut Dzahabi : Ibrahim adalah alim sekali

Juga ada perawi Ibnu Fudhail yang tertuduh syi`ah .

.
Dalam kitab Taghliqut ta`liq terdapat keterangan sbb :

قَالَ الْبَيْهَقِيّ فِي السُّنَنِ الْكَبِيْرِ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ أََنَا أَبُو عَمْروبْنِ مَطَرٍ ثَنَا يَحْيَى بنُ مُحَمَّدٍ ثَنَا عُبَيْدُاللهِ بنُ معَاذ ثَنَا أَبِي ثَنَا شُعْبَةٌ عَنْ يَزِِيْدَ الرَّشْكِ عَنْ مَعَاذَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ الْمُحْرِمَةُ تَلْبَسُ مِنَ الثِّيَابِ مَا شَاءَتْ إِلَّا ثَوْباً مَسَّهُ وَرَسٌ أََوْ زَعْفَرَانُ وَلَا تَتَبَرْقَعُ وَلَا تلثمُ وَتُسْدِلُ الثَّوْبَ عَلَى وَجْهِهَا إِنْ شَاءَتْ
Al Baihaqi dalam kitab Sunan Kubra  berkata : Abu Abdillah al hafidh Bercerita kepada kami , lelau berkata : Bercerita kepada kami  Abu Amar bin  Mathar  , Bercerita kepada kami  Yahya bin Muhammad  , Bercerita kepada kami  Ubaidillah bin Ma`adz  , Bercerita kepada kami  ayahku  , Bercerita kepada kami  Syu`bah dari Yazid Arrask  dari Ma`adzah dari Aisyah  ra   berkata :
Wanita yang berihram mengenakan pakaian sekehendaknya kecuali yang di beri waras atau pewarna yang berbau harum  atau za`faran . dan jangan mengenakan  cadar , atau  tutup muka  dan boleh juga menutup mukanya dengan kain bila mau . [7]

Komentarku ( Mahrus ali ):

Setahu saya , penyusun kutubut tis`ah  tidak meriwayatkannya . Dan Imam Bukhari  juga mencantumkan  perkataan Aisyah itu tanpa sanad  . Jadi masih belum bisa di buat landasan hukum . Tinggalkan saja lebih baik . Dari sekian banyak  buku  permulaan  pengarang yang mencantumkan hadis tsb adalah Al Baihaqi . lalu  di kutip oleh Ibnu  Hajar .
Sanadnya  terdapat  Yazid bin  Abu Yazid yang terpercaya , ahli ibadah , tapi juga kadang keliru  dan lemah .
Juga ada perawi  Yahya b in Muhammad  yang tidak di kenal dan ini tanda lemah juga .  Dan ia sekedar perkataan Aisyah bukan hadis Rasulullah   . Jadi  tidak bisa di buat pegangan . Kita kembali  saja kepada  59 Al ahzab

Dalam kitab al jauharun naqi  terdapat keterangan sbb :

اِنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُوْلُ لاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسُ الْقَفَّازَيْنِ –
Sesungguhnya  Ibnu Umar berkata  : Perempuan yang ihram tidak di perkenankan mengenakan cadar atau dua kaus tangan . [8]

Komentarku ( Mahrus ali ):

Ia hadis mauquf , bukan Rasulullah   yang bersabda  tapi Ibnu Umar dan jangan di buat pegangan .

Bersambung ……………


[1] Lemah.
[2] Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 3/384
[3] Mausuah ruwatil hadis 2733

[4] Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah  3/ 384
[5] Sahih Bukhori .
[6] Taghliqut ta`liq    51/3
[7] Taghliqut ta`liq   126/3
[8] Al Jauharun naqi 59/5
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan