Rabu, Agustus 31, 2011

KELEMAHAN HADIS PUASA ENAM HARI BULAN SYAWAL

 

Puasa Enam Hari Syawal
 September 27th 2009 by Abu Muawiah
Dalam http://al-atsariyyah.com/puasa-enam-hari-syawal.html
Puasa enam hari di bulan syawal merupakan salah satu ibadah yang disunnahkan dalam syariat Islam, dimana dia merupakan pelengkap yang mengikuti puasa ramadhan. Dan puasa ini juga sebagai pembuktian apakah kita mendapatkan jenjang ketakwaan yang mejadi target dari puasa ramadhan ataukah tidak. Dimana di antara ciri wali-wali Allah -yang tidak lain adalah orang-orang yang bertakwa- adalah mengerjakan semua amalan yang sunnah setelah mengerjakan semua amalan yang wajib. Karenanya hendaknya seorang muslim mengamalkan puasa sunnah ini setelah dia mengamalkan puasa wajib ramadhan.
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتَّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian mengikutikan kepadanya enam hari dari syawal maka itu nilainya seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Hal itu karena satu kebaikan bernilai 10 kali lipat, sehingga puasa 30 hari ramadhan bernilai 300 hari puasa, dan 6 hari syawal bernilai 60 hari puasa sehingga totalnya 360 hari yang sama dengan setahun. Hal ini diutarakan oleh Imam Ash-Shan’ani dalam As-Subul (4/157)
Berikut beberapa permasalahan yang sering dipertanyakan dalam masalah ini:
1.    Apakah puasa syawal harus dimulai pada tanggal 2 syawal?
Jawab: Tidak harus, puasa syawal bisa dimulai kapan saja selama dia bisa menyelesaikan 6 hari puasa itu di bulan syawal. Walaupun tidak diragukan bahwa menyegerakan pengerjaannya itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan dalil yang menganjurkan untuk tidak menunda amalan saleh.
2.    Apakah dipersyaratkan keenam hari puasa syawal ini harus dikerjakan secara berturut-turut?
Jawab: Hal itu tidak dipersyaratkan bahkan boleh mengerjakannya secara terpisah-pisah selama masih dalam bulan syawal. Walaupun sekali lagi, mengerjakannya secara berurut itu lebih utama berdasarkan keumuman dalil yang kami isyaratkan di atas.
Ini adalah mazhab Asy-Syafi’iyah, Al-Hanabilah, dan selainnya, dan ini yang difatwakan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al-Utsaimin, dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah-.
3.    Apakah puasa enam hari dibulan syawal boleh dikerjakan sebelum mengerjakan puasa qadha` -bagi yang mempunyai tunggakan di bulan ramadhan-?
Jawab: Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini, hanya saja lahiriah hadits Abu Ayyub di atas menunjukkan bahwa puasa syawal hanya disunnahkan bagi orang yang sudah selesai mengerjakan puasa ramadhan yang jumlahnya 29 atau30 hari. Sementara orang yang mempunyai qadha tentunya puasanya kurang dari 29 hari maka dia diharuskan menyelesaikan dulu ramadhannya baru kemudian mengerjakan puasa syawal.
Dari sudut tinjauan lain, puasa qadha` adalah wajib sementara puasa syawal adalah sunnah, dan tentunya ibadah wajib lebih didahulukan daripada ibadah yang sunnah.
Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz dan Ibnu Al-Utsaimin -rahimahumallah-. Lihat Asy-Syarhul Mumti’ (6/468)
Jika ada yang bertanya: Bagaimana dengan ucapan Aisyah, “Saya pernah mempunyai kewajiban puasa ramadhan, lalu saya tidak bisa untuk mengqadha`nya kecuali sampai datangnya sya’ban.” Bukankah ini menunjukkan Aisyah -radhiallahu anha- berpuasa syawal sebelum mengqadha`, karena qadha’nya dikerjakan di sya’ban tahun depannya?
Jawab: Dalam ucapannya tidak ada sama sekali keterangan yang menunjukkan kalau beliau mengerjakan puasa syawal, maka ucapan beliau tidak boleh ditafsirkan seperti itu. Karenanya sebagian ulama mengatakan bahwa Aisyah -radhiallahu anha- tidak mengerjakan puasa-puasa sunnah karena beliau sibuk mengerjakan ibadah yang jauh lebih utama dibandingkan puasa-puasa sunnah tersebut, yaitu kesibukan beliau melayani Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-. Dan tidak diragukan bolehnya meninggalkan sebuah amalan sunnah untuk mengerjakan amalan sunnah lain yang lebih besar pahalanya dibandingkan amalan sunnah yang pertama.
Inilah jawaban yang tepat dalam rangka memadukan antara hadits Abu Ayyub dengan ucapan Aisyah di atas, wallahu a’lam.
4.    Bagi yang mengerjakan mulai berpuasa syawal pada tanggal 2 syawal dan dia kerjakan berturut-turut. Apakah pada tanggal 8 syawal ada lagi perayaan, yang dinamakan oleh sebagian orang dengan lebaran ketupat?
Jawab: Tidak ada hari raya dalam Islam kecuali dua hari id dan hari jumat, karenanya membuat hari raya baru yang tidak ada tuntunannya dalam syariat adalah perbuatan yang bid’ah yang bertentangan dengan agama.
Demikian beberapa masalah seputar puasa syawal yang bisa kami bahas pada kesempatan ini, wallahu a’lam bishshaw
Komentarku ( Mahrus ali )
Seluruh keterangan anda itu berlandaskan hadis lemah yang akan saya bahas  di bawah ini :

Hadis puasa enam hari setelah Iedul fitri sbb

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Versi Abu Muawiyah :

“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian mengikutikan kepadanya enam hari dari syawal maka itu nilainya seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Versi terjemahanku ( Mahrus ali ) .

Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa lagi enam hari di bulan syawal maka itu nilainya seperti puasa selamanya.” (HR. Muslim) 1164
   Hadis itu lemah karena perawi  bernama Sa`ad bin Sa`id bin Qais .Lihat identitasnya sbb :
ــ سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ بْنِ قَيْسٍ بْنِ عَمْرو الْأَنْصَارِىِّ الْمَدَنِىِّ ( أَخُوْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ ، وَ عَبْدِ رَبّهِ بْنِ سَعِيْدٍ )
الْطَّبَقَةُ : 4 : طَبَقَةُ تَلِى الْوُسْطَى مِنْ الْتَّابِعِيْنَ
الْوَفَاةُ : 141 هِـ
رَوَى لَهُ : خْتَ مَ دَ تْ سَ قَ
مَرْتَبَتِهِ عِنْدَ ابْنِ حَجَرْ : صَدُوْقٌ سِىٓءَ الْحِفْظِ
مَرْتَبَتِهِ عِنْدَ الْذَّهَبِـيُ : صَدُوْقٌ ، قَالَ الْنَّسَائِىُّ : لَيْسَ بِالْقَوِىِّ
Sa`ad Bin Sa`id bin Qais bin 'Amr Anshari al madani (saudara Yahya bin Sa`id , dan  Abd Rabbi bin Sa`id)
Rank : 4:  Setelah  tingkat tengah  dari Tabiin
Kematian: 141  H
Meriwayatkan kepadanya: Bukhari dengan cara ta`liq , Muslim , Abu dawud , Tirmidzi , Nasai dan Ibn Majah
Peringkat menurut  Ibnu Hajar: Dia Jujur , ingatan buruk
Peringkat menurut Dzahabi , Nasai  mengatakan: Ia tidak kuat
Mausuah ruwatil hadis . 2237
Menurut riwayat Imam Ahmad kalimat nya beda sbb :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ جَابِرٍ الْحَضْرَمِيُّ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَسِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ السَّنَةَ كُلَّهَا 13890  رواه أحمد
Kalimat yang saya kasih garis bawah itu perbedaannya .  Artinya  sbb :
فَكَأَنَّمَا صَامَ السَّنَةَ كُلَّهَا
Maka seolah puasa setahun penuh .

Namun sebagian  perawinya cacat . Yaitu :
عَمْرُو بْنُ جَابِرٍ الْحَضْرَمِيُّ
Amar bin Jabir al Hadrami adalah perawi lemah .

Identitasnya sbb :

مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ : ضَعِيْفٌ شَيْعِىٌّ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الْذَّهَبِـي : قَالَ ابْنُ لَهِيْعَةَ : شَيْخٌ أَحْمَقُ ، كَانَ يَقُوْلُ : إِنََّ عَلِيًّا فِى الْسَّحَابِ ، وَ كَذَّبَهُ غَيْرُهُ
Peringkat menurut Ibn Hajar :  lemah yang  Syiah
Peringkat     menurut Dzahabi : Ibnu  Lahi'ah:berkata :  Dia  Syekh bodoh,  Dia pernah  berkata:  Sesunggunya Ali bin Abu Thalib   di awan, dan menurut lainnya   dia bohong.. Mausuah ruwatil hadis

Menurut riwayat Ahmad yang lain  23022 , redaksinya beda sbb :

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَخْبَرَنِي عُمَرُ بْنُ ثَابِتٍ رَجُلٌ مِنْ بَنِي الْحَارِثِ أَخْبَرَنِي أَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَاكَ صِيَامُ الدَّهْرِ رواه أحمد  23022

Perbedaannya ada di kalimat sbb :
فَذَاكَ صِيَامُ الدَّهْرِ
…………………….Itulah puasa selamanya

Cacat perawinya karena ada perawi bernama :
سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ
 Dia perawi lemah sebagaimana keterangan tadi . Jadi hadis itu adalah lemah .

Dalam kitab al Musnadul jami`  441/ 11 ada keterangan sbb :

Al musnadul jami` - (Juz / 11 hal 441)

أَخْرَجَهُ الْحُمَيْدِيُّ 381 قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْدَّرَاوَرْدِيُّ ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ. وَفِي (382) قَالَ : حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْصَّائِغُ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ.
Di riwayatkan  oleh Humaidi  381 lalu  mengatakan: Bercerita kepada kami  Abdul Aziz bin Muhammad Darowardi, dari Shafwan bin Sulaim, dan Sa`ad bin Sa`id. Dalam (382) Al Humaidi berkata: Bercerita  kepada kami Isma`il bin Ibrahim Al-Sa`igh, dari Yahya bin Sa`id .

وَ"أَحْمَدُ" 5/417(23930)  قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ ، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ. وَفِي 5/419(23952) قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : سَمِعْتُ وَرْقَاءَ يُحَدِّثُ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيْدٍ. وَفِي (23957) قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ الْأَنْصَارِيُّ ، أَخُوْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ. وَ"عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ" 228 قَالَ : حَدَّثَنِيْ مُحَاضِرُ بْنُ الْمُوَرِّعِ ، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ.
Dan "Imam Ahmad" 5 / 417 (23 930) mengatakan: Abu Mu'awiyah Bercerita kepada kami , Bercerita kepada kami  Sa`ad bin Sa`id . Dalam 5 / 419 (23 952) Ahmad  berkata: Muhammad bin Ja'far bercerita kepada kami,lalu berkata  Bercerita  kepada kami  Syu`bah  berkata: Saya mendengar Warqa` bercerita  dari  Sa`ad bin Sa`id . Pada (23 957) Ahmad berkata: Ibnu Numair  Bercerita  kepada kami, lalu berkata : Bercerita  kepada kami Sa`ad Bin Sa`id  Al-Anshari, saudara Yahya bin Sa`id . Dan "Abed bin Humaid " 228  berkata: Muhadhir Bin Al muwarri`bercerita kepadaku lalu berkata :  Bercerita  kepada  saya Sa`ad bin Sa`id
وَ"الْدَّارِمِيُّ" 1754 قَالَ : حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ ، وَسَعْدُ بْنِ بْنِ سَعِيْدٍ.

. Dan "Darimi " 1754 berkata: Bercerita kepada  kami Nu`aim Bin Hammad, Bercerita  kepada kami Muhammad Bin Abdul Aziz, Bercerita  kepada kami Shafwan, dan Sa`ad bin Sa`id  .

 وَ"مُسْلِمٌ" 3/169 (2728) قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ ، وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ ، وَعَلِيُّ بْنِ حُجْرٍ ، جَمِيِعًا عَنْ إِسْمَاعِيْلَ ، قَالَ ابْنُ أَيُّوْبَ : حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ جَعْفَرٍ ، أَخْبَرَنِيْ سَعْدُ بْنُ سَعِيْدِ بْنِ قَيْسٍ. وَفِي (2729) قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا أَبِي ، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ ، أَخُوْ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ. وَفِي (2730) قَالَ : حَدَّثَنَاهُ أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ ابْنُ الْمُبَارَكِ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيْدٍ.
Dan "Muslim" 3 / 169 (2728) mengatakan: Bercerita kepada kami  Yahya bin Ayyub, dan Qutaybah bin Sa`id  dan Ali bin Hujr , semua dari Ismail,  Ibnu Ayyub berkata :  Ismail bin Ja'far bercerita  kepada kami, Bercerita kepadaku   Sa`id  bin Sa`ad bin Qais. Pada (2729) Muslim mengatakan: Bercerita kepada kami  Ibnu Numair , ayah saya Bercerita  kepada kami, Bercerita  kepada kami Sa`ad bin Sa`id , saudara Yahya bin Sa`id . Pada (2730) Muslim mengatakan: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Shaybah lalu berkata : Bercerita kepada kami  Abdullah bin Al-Mubarak, dari Sa'ad bin Sa`id .

 وَ"أَبُوْ دَاوُدَ" 2433 قَالَ : حَدَّثَنَا الْنُّفَيْلِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ.

Dan "Abu Dawud" 2433 berkata: Bercerita kepada  kami Alnuvaili, Bercerita  kepada kami Abdul-Aziz bin Muhammad, dari Shafwan bin Salim, dan bin Sa`ad Sa`id .


وَ"ابْنُ مَاجَةَ" 1716 قَالَ : حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيْدٍ.
Dan "Ibnu Majah," berkata 1716: Bercerita kepada kami  Ali bin Muhammad, Bercerita kepada kami  Abdullah bin Numair , dari  Sa`ad bin Sa`id .

وَالْتِّرْمِذِيُّ" 759 قَالَ : حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ ، حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ ، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ.
Al-Tirmidhi, "berkata 759: Bercerita kepada  kami Ahmad bin Mani`, Bercerita kepada kami  Abu Mu'awiyah, Bercerita kepada kami  bin Sa`ad

وَ"الْنَّسَائِيُّ" ، فِيْ "الْكُبْرَى" 2875 قَالَ : أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ ، عَنْ حَسَنِ ، وَهُوَ ابْنُ صَالِحٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِوٍ الْلَّيْثِيِّ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيْدٍ. وَفِي (2876) قَالَ : أَخْبَرَنَا خَلاَّدٍ بْنِ أَسْلَمَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْدَّرَاوَرْدِيُّ ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ.

 Dan." Nasa`i  ", dalam" " Al kubro  2875 berkata: Bercerita  kepada kami Ahmad bin Yahya, lalu berkata: Bercerita  kepada kami Ishak,  dari Hasan , putra Saleh, dari  Mohammad  bin Amr Laitsi, dari Sa'ad bin Sa`id  Dalam (2876) Nasa`I mengatakan: Bercerita kepada  kami Khallad bin Aslam lalu berkata:. Bercerita kepada  kami Darowardi, dari Shafwan bin Sulaim, dan bin Sa`ad
وَفِي (2877) قَالَ : أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ الْحَكَمِ ، عَنْ مُحَمَّدِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : سَمِعْتُ وَرْقَاءَ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيْدٍ. وَفِي (2879) قَالَ : أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ ، عَنْ صَدَقَةَ بْنِ خَالِدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُتْبَةُ ، قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ.
Dalam (2877)  Nasa`I  mengatakan: Bercerita  kepada kami Ahmad bin Abdullah bin al-Hakam, dari Muhammad , lalu mengatakan: Bercerita kepada  kami Syu`bah , lalu berkata: Aku mendengar dan Warqa`, dari Sa'ad Sa`id . Dalam (2879) Nasa`I mengatakan:. Bercerita kepada  kami Hisyam bin Ammar, dari Shodaqah  bin Khalid, lalu mengatakan: Bercerita kepada  kami utbah , lalu berkata : Bercerita  kepada  saya  Abdul-Malik bin Abi Bakar, lalu berkata: Yahya bin Sa`id meriwayatkan padaku .

وَ"ابْنُ خُزَيْمَةَ" 2114 قَالَ : حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ ، يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ الْدَّرَاوَرْدِيُّ ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ.
dan "aku Khuzaymah" kata 2114: Bercerita kepada kami  Ahmad bin Abdah, Abdul Aziz Bercerita  kepada kami, maksudku putra Muhammad Darowardi, dari Shafwan bin Sulaim, dan bin Sa`ad Sa`id .

ثَلَاثَتُهُمْ (سَعْدُ بْنِ سَعِيْدٍ ، وَيَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ , صَفْوَانُ بْنِ سُلَيْمٍ) عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ ، فَذَكَرَهُ.

Mereka bertiga (Sa`ad Bin Sa`id , Yahya bin Sa`id , Shafwan bin Salim) dari 'Umar bin Tsabit bin Harits, ia menyebutkan ………….


Jadi hadis puasa enam hari di bulan Syawal  , ujung – ujung nya dari satu orang yaitu Umar bin Tsabit   seorang rank tiga tabiin pertengahan .
Jadi lahirnya hadis tentang enam hari puasa Syawal ini di masa tabiin dari Umar bin Tsabit , dan di kalangan tabiin maupun sahabat  , hadis itu tidak populer , ia ganjil sekali  , apalagi ada sanad yang cacat  yaitu Sa`ad bin Sa`id .
Dan hadis itu , seluruh jalurnya hanya  dari Umar bin Tsabit yang tabiin lalu di terima oleh Sa`ad bin Sa`id yang lemah , begitu juga Yahya bin sa`id . Identitasnya sbb :

يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْعَطَّارُ الْأَنْصَارِىُّ ، أَبُوْ زَكَرِيَّا الْشَّامِىُّ الْحِمْصِىُّ ، وَ يُقَالُ الْدِّمَشْقِىُّ
الْطَّبَقَةُ : 9 : مِنْ صِغَارِ أَتْبَاعِ الْتَّابِعِيْنَ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرْ : ضَعِيْفٌ
مَرْتَبَتِهِ عِنْدَ الْذَّهَبِـيُ : ....
Yahya bin Sa~id al-Attar al-Anshari, Abu Zakaria al-Syami Himsi, dan dikatakan dari Damaskus
Rank : 9 termasuk yunior pengikut tabiin
Rank menurut  Ibnu:Hajar : Dia lemah
Dzahabi : Tiada  komentar. : …………….,
Untuk perawi Shofwan dalam hal meriwayatkan hadis puasa syawal itu selalu di sertai dengan Sa`ad bin Sa`id yang lemah . Dan tiada  riwayatnya  dalam kubut tis`ah kecuali di sertai dengan perawi lemah tadi .
Al Humaidi juga meriwayatkan hadis puasa enam hari syawal itu dari Abd aziz bin Muhammad yang di nilai lemah oleh Imam Nasai .

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ، وَأَتْبَعُهُ سِتا مِنْ شَوَّالٍ ، فَكَأَنَّمَا صَامَ الْدَّهْرَ.(مَوْقُوْفٌ.
-
قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الْحُمَيْدِيّ : فَقُلْتُ لِسُفْيَانَ ، أَوْ قِيَلَ لَهُ : إِنَّهُمْ يَرْفَعُوْنَهُ ، قَالَ : اسْكُتْ عَنْهُ ، قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ.
Hadis barang siapa berpuasa bulan ramadhan  lalu di ikuti dengan enam hari  dari bulan Syawal , maka seolah puasa selamanya ( Maukuf / bukan sabda Nabi ) .
Abu Bakar al Humaidi berkata : Aku bertanya kepada Sofyan ( perawinya ) , atau di katakan kepadanya : Sesungguhnya mereka memarfu`kan hadis itu .
Sofyan menjawab :  Diamlah , sungguh aku telah mengetahuinya .
Dalam kitab al musnadul jami`  di katakan :

-
الْمُسْنَدُ الْجَامِعُ - (جَ 11 / صَ 443)
- -
قَالَ أَبُوْ عَبْدِ الْرَّحْمَانِ الْنَّسَائِيُّ : سَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ ضَعِيْفٌ جِدًّا ، كَذَلِكَ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ ؛ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدِ بْنِ قَيْسٍ ، الثِّقَةُ الْمَأْمُوْنُ ، أَحَدُ الْأَئِمَّةِ ، وَعَبْدُ رَبِّهِ بْنُ سَعِيْدٍ ، لَا بَأْسَ بِهِ ، وَسَعْدُ بْنُ سَعِيْدٍ ، ثَالِثُهُمْ ، ضَعِيْفٌ.
Abu Abd Rahman Nasa`I berkata : Sa`ad bin Sa`id adalah perawi yang sangat lemah . Begitu juga Imam Ahmad bin hambal  berkata : Yahya bin Sa`id bin Qais  adalah perawi terpercaya – salah satu imam .
Abd Rabbih bin  Sa`id , tidak apa – aoa . Dan yang ketiganya  Sa`ad bin Sa`id adalah lemah .
Komentarku ( Mahrus ali )
 Ibn Hajar telah menyatakan bahwa  Yahya bin Sa`id adalah lemah . Dan hadis tsb tidak populer di kalangan sahabat.

- -
قَالَ الْنَّسَائِيُّ ، عَقِبَ رِوَايَةِ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي حَكِيْمٍ : عُتْبَةَ هَذَا لَيْسَ بِالْقَوِيِّ.
Imam Nasa`I menyatakan setelah  riwayat  Utbah bin Hakim  : Utbah ini  tidak kuat .
وَقَالَ أَبُوْ عُمَرَ بْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِيْ الِاسْتِذْكَارِ وَلَمْ يَبْلُغْ مَالِكًا حَدِيْثُ أَبِي أَيُّوْبَ عَلَى أَنَّهُ حَدِيْثٌ مَدَنِيٌّ وَالْإِحَاطَةُ بِعِلْمِ الْخَاصَّةِ لَا سَبِيْلِ إِلَيْهِ ثُمَّ قَالَ وَمَا أَظُنُّ مَالِكًا جَهِلَ الْحَدِيْثِ لِأَنَّهُ حَدِيْثٌ مَدَنِيٌّ تَفَرَّدَ بِهِ عَمْرُوْ بْنُ ثَابِتٍ وَلَمْ يَكُنْ مِمَّنْ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ وَقَدْ تَرَكَ مَالِكُ الِاحْتِجَاجَ بِبَعْضِ مَا رَوَاهُ عَنْ بَعْضِ شُيُوْخِهِ إِذَا لَمْ يَثِقْ بِهِ فِي حِفْظِهِ لِبَعْضٍ مَا يَرْوِيْهِ
قَالَ وَقَدْ يُمْكِنُ أَنَّهُ جَهِلَ الْحَدِيْثِ وَلَوْ عَلِمَهُ لَقَالَ بِهِ وَالْلَّهُ أَعْلَمُ
Ketikkan teks atau alamat situs web atau terjemahkan dokumen.

Terjemahan Arab ke Bahasa Indonesia

Abu Umar bin Abd al-Barr dalam  kitab al istidzkar menyatakan ,  Imam  Malik tidak mendengar hadits Abu Ayyub sebagai hadis dari kota Medinah dan mengambil pengetahuan individu tidak mungkin .Kemudian beliau mengatakan apa yang saya pikir ketidak tahuan Imam Malik  terhadap hadis  itu , pada hal ia hadis kota Medinah  yang di riwayatkan   oleh Amr ibn Thabit  secara  sendirian   dan dia tidak termasuk orang yang bisa di buat pegangan .
Imam Malik telah meninggalkan beberapa dari apa yang diriwayatkan oleh Umar tadi dari  beberapa  guru – gurunya  , jika tidak percaya hapalannya terhadap  sebagaian riwayatnya .
Mungkin sekali , Imam Malik  tidak mengerti hadis itu , seandainya beliau mengetahuinya , mesti berpendapat dengannya. Wallohu a`lam .

 Bahkan Imam Malik dan Imam Abu Hanifah  sendiri menyatakan makruh puasa enam hari syawal . Pada  hal imam Malik tokoh Medinah , bukan orang rendahan kota Medinah , bahkan imamnya dalam keagamaan bukan dalam kebid`ahan .Mestinya beliau lebih tahu tentang kondisi teradisi di kalangan para anak – anak sahabat dan tradisi kota Medinah , malah tidak ada yang berpuasa di enam hari syawal  dan orang luar kota Medinah sekarang ini malah menjalankannya .  Ini keganjilan yang menjadi realita bukan hal yang populer di kalangan sahabat yang menjadi realita zaman sekarang . 
18 Agt 2011
29 Agt 2011
26 Agt 2011
26 Agt 2011

Khotib Salat Id Tewas Saat Kotbah


Rabu, 31 Agustus 2011 | 13:40 WIB
Guru besar ilmu syariah UIN Gunung Djati, Bandung, Prof Hendi S
MAJALENGKA l SURYA Online - Guru besar ilmu syariah UIN Gunung Djati, Bandung, Prof Hendi Suhandi tewas di mimbar ketika memberikan kotbah shalat Ied di alun-alun Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (31/8/2011) pagi.
Kepergian sang khotib tersebut mengagetkan ribuan umat muslim yang tengah khusuk mendengarkan ceramah. Informasi yang diperoleh di lapangan, Prof Hendi sempat menaiki mimbar untuk memberikan khotbah. Tapi baru sekitar sepuluh menit menyampaikan isi ceramah, mendadak ia terjatuh dan tak sadarkan diri.
Sejumlah jamaah pun langsung memberikan pertolongan dan membawanya ke rumah sakit. Tapi sebelum sampai ke rumah sakit, Prof Hendi menghembuskan napas terakhirnya. “Kemungkinan beliau sudah meninggal saat terjatuh,” kata seorang jamaah.
Sejauh ini belum ada penjelasan mengenai penyebab kematian profesor yang dikenal baik dan dermawan ini. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Gunung Djati Bandung ini dilahirkan di Majalengka pada 14 Februari 1953. Siang ini juga jenazah korban akan dikebumikan di tanah kelahirannya.
Komentarku ( Mahrus ali )
Bagitulah kematian datang menjemput manusia tanpa permisi , dan kelirulah kisah nabi Musa di datangi malaikat maut lalu malaikatnya di tempeleng . Itu kisah legenda bukan realita  yang menyebar tanpa kontrol dan hembusan setan yang ingin menjerumuskan keturunan Adam . Lihat saja Firman Allah tentang kematian :
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".[1]


[1] Al Jum`at 8

KOMENTARKU ATAS KHUTBAH QURAISY SYIHAB DI ISTIQLAL



Judul aslinya : Dinilai Terlalu Berat oleh Jamaah, Inilah Isi Ceramah Quraish Shihab

Rabu, 31 Agustus 2011 08:51 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Khatib shalat Idul Fitri 1432 Hijriah di Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, mengingatkan Umat Muslim Indonesia untuk tidak melupakan jati diri bangsa yang religius. Dalam ceramahnya usai shalat Idul Fitri yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono di Masjid Istiqlal, Quraish mengatakan salah satu penyebab lahirnya karakter yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa yang religius adalah kebiasaan atau pandangan hidup yang memisahkan dimensi jasad dan batiniah.
"Salah satu kekeliruan kita adalah melakukan pemisahan dimensi jasad dan rohaniah sehingga lahir pribadi-pribadi yang terpecah kepribadiannya," ujarnya.
Karena itu, lanjut dia, muncul masyarakat "sakit" yang lebih cenderung kepada dimensi jasad atau dunia ataupun yang mengawang-awang tanpa berlandaskan kebenaran. Salah satu tujuan dari digemakannya takbir pada hari Idul Fitri, menurut Quraish, agar manusia sadar tentang dualisme unsur jasad dan batiniah dalam dirinya yang mengandung unsur tanah dan ruh Ilahi.
Karena itu, manusia seharusnya bisa menyadari sifat-sifat Ketuhanan yang ditanamkan oleh Tuhan di dalam dirinya dan tidak mengalahkan kebutuhan ruh dengan tuntutan jasad semata.
"Kesadaran akan wujud keesaan Allah menghasilkan kemanusiaan yang adil dan beradab yang dengan itu mendorong persatuan untuk menyuburkan kerakyatan dan menghadirkan keadilan sosial," tutur Quraish.
Mantan menteri agama era Presiden Soeharto itu juga mengingatkan wujud dari keseimbangan sempurna manusia sebagai makhluk yang menyimpan ruh Ilahi adalah dengan menyelaraskan kepentingan pribadi dengan kepentingan kolektif. "Masyarakat bukan hanya kumpulan individu, tetapi kumpulan individu yang berdasarkan tujuan dan nilai-nilai yang disepakati bersama," ujarnya.
Masyarakat yang telah dewasa, menurut Quraish, pasti bisa menyadari pentingnya memelihara nilai-nilai yang disepakati bersama itu demi tercapainya tujuan hidup bersama. Quraish yang menyampaikan ceramah menggunakan teks itu juga mengingatkan perbaikan akhlak dan moral harus mendahului upaya perbaikan sistem ekonomi dan politik.
Bahkan perbaikan di bidang akhlak, lanjut dia, harus mendahului perbaikan sistem ekonomi modern dan sistem politik karena merupakan modal sosial untuk menghasilkan kehidupan yang bersih dan seimbang di segala bidang. Quraish juga mengingatkan bahwa agama pada prinsipnya adalah ketulusan kepada Tuhan, kepada kitab-kitab-Nya, rasul-rasulnya, serta juga kepada para pemimpin dan kepada masyarakat.
Pada akhir ceramahnya, Quraish Shihab mengajak Umat Muslim Indonesia untuk mendoakan para pemimpin bangsa agar mereka senantiasa bisa melihat kebenaran dan terhindar dari kekeliruan.
Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal yang dihadiri sekitar 200 ribu jamaah dimulai tepat pukul 07.00 WIB. Selain Presiden Yudhoyono yang mengenakan baju koko putih dibalut jas hitam dan kain sarung bermotif tenun ikat bernuansa biru tua, juga hadir Wakil Presiden Boediono dan menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Presiden Yudhoyono duduk di barisan terdepan diapit oleh Wakil Presiden Boediono dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie.
Shalat Idul Fitri di masjid terbesar di Asia Tenggara itu dipimpin oleh Imam tetap Masjid Istiqlal Hasanuddin Sinaga.
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara

Komentarku ( Mahrus ali )
Saya masih tanda tanya tentang kalimat ini , apa maksudnya :
Mantan menteri agama era Presiden Soeharto itu juga mengingatkan wujud dari keseimbangan sempurna manusia sebagai makhluk yang menyimpan ruh Ilahi adalah dengan menyelaraskan kepentingan pribadi dengan kepentingan kolektif. "Masyarakat bukan hanya kumpulan individu, tetapi kumpulan individu yang berdasarkan tujuan dan nilai-nilai yang disepakati bersama," ujarnya.
Komentarku ( Mahrus ali )
Kalau manusia  menyimpan roh Allah , jelas ada dalilnya  yaitu :
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya" Shod 72
Itu terjemahan depag. RI .
Asal terjemahan yang asli adalah :
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya rohKu; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya" Shod 72
Dalam tafsir Jalalain ada keterangan sbb :
تفسير الجلالين - (ج 9 / ص 53)
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ" أَتْمَمْتُهُ "وَنَفَخْتُ" أَجْرَيْتُ "فِيْهِ مِنْ رُوْحِيْ" فَصَارَ حَيًّا وَإِضَافَةُ الْرُّوْحِ إِلَيْهِ تَشْرِيْفٌ لِآَدَمَ وَالْرُّوْحُ جِسْمٌ لَطِيْفٌ يَحْيَا بِهِ الْإِنْسَانُ بِنُفُوْذِهِ فِيْهِ "فَقَعُوْا لَهُ سَاجِدِيْنَ" سُجُوْدَ تَحِيَّةٍ بِالِانْحِنَاءِ
Jika AKU  telah menyelesaikannya ( menyempurnakannya ) dan “Aku telah meniupkan “ Aku telah mengalirkan " di dalamnya dari rohKu  " lalu menjadi  hidup, Roh di sandarkan kepada Adam  untuk  menambah suatu kehormatan ke Adam
Roh adalah  benda  halus di mana manusia hidup dengannya , karena pengaruhnya .
Maka  bersujudlah kepadanya  dengan sujud penghurmatan yaitu sekedar membungkuk

Komentarku ( Mahrus ali )

  Dalam tafsir jalalain tsb  bersujud di artikan dengan membungkuk sekedar pendapat pengarangnya saja  tanpa dalil .
Seandainya  sekedar membungkuk , maka Iblis tidak akan menjadi mahluk yang menolak ajakan itu . Karena ia bagi Iblis ringan sekali .
Bagaimanakah dengan ayat ini :
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلاَ يَسْتَطِيعُونَ(42)
Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa,[1]

Ibnu Katsir mentafsiri ayat itu sbb :
تفسير ابن كثير - (ج 14 / ص 182)
فَلْيَسْجُدُوا لَهُ إِكْرَامًا وَإِعْظَامًا وَاحْتِرَامًا وَامْتِثَالًا لِأَمْرِ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ
Maka hendaklah mereka bersujud kepadanya untuk menghormat, mengagungkan dan mematuhi perintah Allah azza wajal .  Tafsir ibn Katsir  182/14.

Khatib menyatakan :
Tetapi kumpulan individu yang berdasarkan tujuan dan nilai-nilai yang disepakati bersama," ujarnya.
Komentarku ( Mahrus ali )
Apa maksud dengan kalimat  itu , yaitu tujuan dan nilai – nilai yang di sepakati bersama . Bila yang cocok dengan al quran dan hadis , maka okey lah . Tapi biasanya apa yang di sepakati bersama adalah selalu berada di jalan yang bukan jalan Allah  sebagaimana kesepakatan bernegara yang ber asaskan dengan pancasila dan hukum warisanm Belanda . Bila tujuan itu sebagaimana yang termaktub dalam peraturan hukum Jahiliyah , maka harus kita tolak karena taat pada Allah dan nentang setan – setan manusia dan jin . Allah berfirman :
Al-Baqarah (2) : 168
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
2.168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah  syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.



[1]  Al qalam  42

Selasa, Agustus 30, 2011

Lapan: Perbedaan Idul Fitri akibat penyimpangan astronomi

Jakarta, NU Online
Perbedaan Idul Fitri terjadi karena adanya penggunaan perhitungan yang menyimpang dari kelaziman astronomi modern, kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Prof Dr Thomas Djamaluddin.

"Penyimpangan dari kelaziman astronomi modern ini dengan masih digunakannya metode lama dalam hisab dan rukyat. Metode lama ini misalnya, hisab urfi hanya dengan periode tetap, dengan pasang air laut, serta metode wujudul hilal," kata Thomas Djamaluddin di Jakarta, Selasa.

Pakar astronomi ini menilai, organisasi massa (ormas) Islam, seperti Muhammadiyah, masih kukuh menggunakan hisab wujudul hilal.

"Kalau kriteria Muhammadiyah tidak diubah, dapat dipastikan awal Ramadhan 1433, 1434 dan 1435 hijriyah juga akan berbeda, dan masyarakat dibuat bingung, tetapi hanya disodori solusi sementara. Mari kita saling menghormati," katanya. 1433 hingga 1435 Hijriyah sama dengan tahun 2012 hingga 2014 Masehi.

Menurut dia, perbedaan Idul Fitri itu akan terus berulang, yakni ketika bulan pada posisi yang sangat rendah, tetapi sudah positif di atas ufuk, contohnya pada kasus penentuan Idul Fitri 2011, yakni saat Maghrib 29 Ramadhan atau 29 Agustus, bulan sudah positif, tetapi tingginya di seluruh Indonesia hanya sekitar 2 derajat atau kurang.

Dengan posisi bulan seperti itu, Muhammadiyah sejak awal sudah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011 karena bulan sudah wujud di atas ufuk saat Maghrib 29 Agustus 2011, padahal saat itu bulan masih terlalu rendah untuk bisa memunculkan hilal yang teramati sesuai dalil syar`i.

"Perlu diketahui, kemampuan hisab sudah dimiliki semua ormas Islam secara merata, termasuk NU dan Persis, sehingga data hisab seperti itu sudah diketahui umum. Dengan perangkat astronomi yang mudah didapat, siapa pun kini bisa menghisabnya, tidak ada yang istimewa," katanya.

Sedangkan, menurut dia, metode Imkan Rukyat adalah tren baru astronomi yang berupaya menyelaraskan dengan dalil syar`i, ujar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Ia mengakui sering mengritik metode hisab rukyat. Oleh karena, ia menilai, perhitungan imkan rukyat kini sangat mudah dilakukan, terbantu dengan perkembangan perangkat lunak astronomi, bahkan informasi imkanrur rukyat atau visibilitas hilal juga sangat mudah diakses  di Internet.

Redaktur: Mukafi Niam
Sumber   : Antara

SIAPA YG MENANGGUNG DOSA JUTAAN ORANG YANG TIDAK BERPUASA DI HARI SELASA INI

Judul asli : Hari Ini, 120 Masjid Gelar Shalat Ied

Selasa, 30 Agustus 2011 13:33 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, KEBON SIRIH - Sebanyak 120 masjid di wilayah DKI Jakarta menggelar Shalat Ied Selasa (30/8). Diperkirakan 240 ribu warga Jakarta sudah berlebaran hari ini.

"Kami melaksanakan Shalat Ied berdasarkan keputusan Dewan Pimpinan Muhammadiyah yang menyatakan bahhwa 1 Syawal jatuh tanggal 30 Agustus," jelas Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, Agus Suradika, saat dihubungi Republika, Selasa (30/8).

Pria yang juga menjabat menjadi Wakil Dinas Pendidikan DKI Jakarta ini mengatakan setiap satu masjid biasanya dipenuhi seribu hingga dua ribu jamaah. Agus sendiri hari ini menjadi khatib dalam Shalat Ied di Masjid Rumah Sakit Islam (RSI) Jakarta, Pondok Kopi, Jakarta Timur. "Sekitar empat ribu jamaah tadi hadir di sana," tutur Agus.
Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: C10

Komentarku ( Mahrus ali )
   Saya perihatin – sama sekali tidak bergembira  kepada mereka yang tidak mau menghormati bahkan menghina perintah rukyah dari Rasulullah SAW, lalu mengambil keputusan untuk mulai idul fitri dengan hisap bukan rukyah  tanpa dalil sedikitpun dari al quran atau hadis . Bukankah Allah telah melarang kita untuk berpendapat dalam beragama . Allah berfirman :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيل  لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ  ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ  فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ
Seandainya dia (Muhammad) berkata bohong atas (nama) Kami, Niscaya Kami pegang dia dengan tangan kanan. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Tidak  seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.[1]
Lihat dalam ayat itu bukan di ajaran ormas berpendapat tanpa dalil dalam beragama termasuk berbuat kedustaan bukan kejujuran  atas nama Allah  dan ini termasuk orang yang dhalim . Lihat ayat berikutnya.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(7)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.[2]
Malah ada ayat yang lebih ngeri sbb:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.[3]


. Apakah mereka tidak ingat kepada ayat ini :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ)
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;  189 Al baqarah
    Bulan haji dan kapan di mulai tanggal satu bulan haji itu di tentukan dengan rukyah hilal bukan dengan  hisap . Sekalipun hisap sudah menentukan bulan telah berahir  tapi hilal masih  bersembunyi di balik awan maka tidak dapat rukyah dan hisap tidak berguna , tapi bulan harus di genapkan ( istikmal ) .
  Sekarang , resiko para pemimpin golongan , elit , tokoh  menanggung dosa – dosa jutaan orang yang tidak berpuasa di hari selasa tgl 30 Ramadhan 1432 ini . Di samping para anggota sendiri di salahkan – sama sekali tidak di benarkan karena mengikuti bukan menolak sesuatu tanpa dalil.
Renungilah ayat ini , lupakan ajaran golongan , UU thaghut ,keputusan ormas :
قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ
Fir`aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".[4]
Masyarakat akan menyesal di akhirat karena ikut pimpinan  tanpa pikir sebagaimana ayat :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا(66)وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا(67)رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul".Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".[5]
وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ(47)قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ(48)
Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba- (Nya)".[6]
03 Des 2010
Minggu, Agustus 28, 2011


[1] Al Haqqah 44-48
[2] As shof 7
[3] Annakhel 116
[4] Ghofir 29
[5] Alahzab 66-68
[6] Ghofir 47-48