Rabu, Agustus 03, 2011

Awas petis keong



Di tulis oleh Mahrus ali
Daging keong (Lymnea Javanica) ternyata dapat digunakan sebagai ‎bahan pembuatan petis. Yakni, makanan dibuat dari udang segar yang ‎ditumbuk halus, direbus dengan abu merang dan dibumbui, berwarna ‎hitam, kental, dan berbau tajam. Kandungan lemak, karbohidrat, dan kalori ‎petis keong diketahui lebih unggul dibandingkan dengan petis lain, seperti ‎petis ikan. ‎
Begitulah simpulan yang diperoleh Sri Haryanti, siswi Sekolah Menengah ‎Atas (SMA) Muhammadiyah 2 Surakarta setelah melakukan penelitian ‎mengenai petis keong sebagai alternatif pengganti petis udang dan petis ‎daging sapi. Dalam penelitian ini, Sri Haryanti menggunakan metode ‎kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian yang di dalamnya terdapat ‎perhitungan. Sedikitnya 100 orang dipergunakan sebagai sampel untuk uji ‎organoleptik.‎
Selain melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai bahan ‎bacaan, dia juga melakukan wawancara, observasi, dan percobaan untuk ‎uji kandungan gizi daging keong. Penelitian dilakukan di tiga tempat: ‎Universitas Setia Budi Surakarta, Desa Karang Mojo, dan SMA ‎Muhammadiyah 2 Surakarta, antara 15 Maret 2004 - 25 Mei 2004.‎
Pembuatan keong sebagai barang konsumsi (petis), menurut Sri, perlu ‎diolah lebih dulu. Caranya:‎
‎1. Memasukkan keong ke dalam panci kemudian ditambahkan air dan ‎direbus hingga mendidih.
‎2. Meniriskannya kemudian mengambil bagian daging keong (kaki ‎semuanya).
‎3. Mencincang daging tersebut, lalu menghaluskan dengan blender dan ‎ditambahkan air secukupnya dengan perbandingan 1 : 2. 4. Membersihkan ‎satu buah nanas lalu memarutnya.
‎5. Mencampurkan daging yang telah diblender dan parutan nanas. Untuk ‎menjaga adanya bakteri membusuk, ditambahkan dengan garam sekitar ‎tiga sendok makan kemudian disimpan dalam wadah tertutup, diberi lampu ‎lima watt dalam stoples tertutup dan dipermentasi selama dua hari.
Dalam proses permentasi, digunakan buah nanas karena buah ini ‎mengandung enzim bromelain yang dapat menghidrolisa protein, ‎proteose/petide, sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. ‎Selain mengandung enzim bromelain, daging buah nanas juga ‎mengandung glukosa dan alkohol.
‎6. Setelah dua hari, campuran tersebut disaring dan diambil airnya ‎‎(ampasnya dibuang).
‎7. Menghaluskan bumbu, yaitu tiga siung bawang putih, satu sendok teh ‎ketumbar, satu buah pekak, tigra gram kluak, tiga ruas kunyit, dua sisir ‎gula merah, dan garam.
‎8. Mencampurkan bumbu halus ke dalam hasil saringan kemudian ‎merebusnya sekitar 30 menit.
‎9. Memasukkan satu ruas laos, vetsin, dua helai daun salam, dan dua ‎helai daun serei.
‎10. Ketika merebusnya, harus selalu diaduk agar tidak hangus.
‎11. Setelah agak kental, diangkat dan disaring untuk menghilangkan atau ‎memisahkan bumbu-bumbu penyedap.‎
Untuk mengetahui kadar gizi yang terkandung di dalam petis keong, ‎diadakan penelitian di Universitas Setia Budi Surakarta. Ini meliputi ‎pengujian kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat.‎
Berdasarkan penelitian tersebut diketahui, petis dapat diolah baik dengan ‎cara melalui fermentasi maupun tanpa fermentasi. Kedua jenis petis ‎tersebut mempunyai kandungan gizi meliputi protein, lemak, karboidrat, ‎dan kalori yang kadarnya tidak terlalu jauh.‎
Bagaimana dengan tingkat kesukaan masyarakat terhadap petis keong? ‎Sri Haryanti melakukan penelitian terhadap 100 orang sebagai sampel ‎menggunakan skala hedonik dengan empat skala: sangat suka, suka, tidak ‎suka, dan sangat tidak suka untuk menemukan jawabannya. Dari sini ‎diketahui, tingkat kesukaan masyarakat dalam pemanfaatan daging keong ‎sebagai bahan pembuatan petis adalah 3,01, yaitu antara suka dan sangat ‎suka.‎
Berangkat dari penelitian ini, Sri Haryanti menyarankan agar masyarakat ‎lebih mengoptimalkan pemanfaatan daging keong untuk memenuhi ‎kebutuhan gizi keluarga. Di samping juga lebih aktif dalam ‎mendayagunakan plasma nutfah yang berasal dari hewani dan nabati. Dia ‎juga menyarankan kepada para petani agar lebih mendayagunakan keong ‎sebagai bahan pangan dalam skala besar agar dapat menciptakan ‎lapangan kerja baru.‎
Tidak sia-sia gadis kelahiran Klaten, 30 Agustus 1986 yang menggemari ‎bidang biologi dan matematika ini melakukan penelitian. Atas karya ini, dia ‎sempat diundang ke Jakarta untuk mempresentasikannya di depan dewan ‎juri yang terdiri atas sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu. Karya ini ‎dinyatakan sebagai salah satu finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja ‎‎(LPIR) 2004 yang diselenggarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional ‎‎(Depdiknas). ‎( bur ) ‎

Komentarku ( Mahrus ali ):

Saya tidak berani makan  petis tsb , sebab  ia terbuat dari daging keong . Dan saya sudah mencari komentar para ulama yang menghalalkannya di kitab – kitab fikih , syarah hadis , saya tidak menjumpainya. Apalagi di campur petis yang haram  dan vitsin yang syubhat.
Keong bukan makanan para nabi , Rasul; dan para sahabat . Ia termasuk khobits , jijik dan Allah mengharamkan  makanan yang menjijikkan . Allah berfirman :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ اْلأُ مِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَاْلأَغْلاَ لَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang jijik dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung[1].
     Selama hidup saya tidak pernah makan keong dan untuk apa memakannya  , apalagi masih ada daging yang jelas halal  seperti daging kambing , sapi atau kerbau.




[1] Al a`raf 157
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. masak gtu sih, lalu knapa allah menciptakan makhluk dengan bnyak manfaat (nilai gizi tinggi, untuk obat dll)utk disia2siakan...

    BalasHapus
  2. Untuk mochammed for all
    lalu untuk apa Allah menciptakan tikus? apakah untuk dimakan? Bacalah di buku tentang hal itu, bukan disini.
    Bacalah lagi disini:
    MANTAN KYAI NU: Awas! hati -hati makan rati

    MANTAN KYAI NU: Awas Arak untuk masak daging atau ikan ‎

    MANTAN KYAI NU: Awas trigu mengandung babi

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan