Rabu, April 20, 2011

Terorisme strategi musuh Islam


Di tulis oleh H Mahrus ali .
Dalam  www.sabili.co.id terdapat keterangan sbb :
Selasa, 19 April 2011 11:09 eman Mulyatman
Aktivis dan lembaga Islam selalu menjadi sasaran serangan kaum islamophobia, hal ini dibenarkan Y Herman Ibrahim, memang benar begitu adanya apalagi media khususnya televisi memberitakan lembaga atau orang Islam terkadang tampak sekali tendensius. Contoh pelaku Bom di Mapolresta Cirebon, M. Syarif. Dia banyak diberitakan soal sisi buruknya dan dikaitkan dengan gerakan Islam bahkan dinisbatkan sebagai seorang produk dari (Ponpes) Ngruki tetapi sisi baiknya malah tidak diberitakan. Padahal dia sesungguyhnya tak ada hubungan apa-apa dengan pesantren ini. ”Ustad Abu Bakar Baasyir sendiri tidak setuju dengan peledakan Bom di Masjid dan dengan lantang dia sendiri mengatakan peledakan bom di mesjid itu adalah haram,” ungkap  Pengamat Intelijen ini.
Masih menurut Herman Ini sangat luar biasa dikatakan oleh ulama sepertinya. Ustad Abu mengatakan peledakan bom boleh dilakukan tetapi tentunya di daerah konflik. Jika dilakukan di luar itu berarti itu tanggung jawab pelakunya sendiri tak ada kaitan dengan lembaga dan itu berada di luar kendali dirinya. Jelas dengan pemberitaan ini tetap saja stigma buruk selalu diarahkan kepada aktivis Islam. Dampaknya jelas sangat merugikan umat Islam itu sendiri.
Supaya umat Islam tidak dikerjain intel terus menerus maka harus belajar intelijen, begitu sarannya, berikut petikan wawancaranya dengan Deffy Ruspiyandy, kontributor Sabili di Bandung:
Apakah di negeri ini perlu adanya UU Intelijen ?
UU Intelijen ini jelas sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mengontrol kinerja intelijen itu sendiri. Intelijen sendiri jangan justru disalah gunakan untuk kepentingan Pemerintah sendiri di dalam memata-matai rakyatnya. Saya kira komunitas intelijen lebih senang tidak ada UU itu karena mereka akan bekerja lebih leluasa. Sedangkan adanya UU itu tetap mereka diberi anggaran dan juga aturannya semakin jelas yang tentunya mereka harus mendapat pengawasan pula dalam bekerjanya agar tidak bekerja sewenang-wenang. Intelijen ini fungsinya untuk mendeteksi serangan musuh dari luar bukan justru dijadikan alat untuk menakut-nakuti rakyat khususnya para aktivis Islam yang bercita-cita menegakkan Syariat Islam. Intelijen itu bekerja dan bertanggung jawab kepada negara bukan justru bekerja dan bertanggung jawab kepada Kepala Negara.
Apakah UU Intelijen ini nantinya tidak akan jauh beda dengan waktu zaman Orba ?
UU Intelijen tentunya penting untuk keselamatan negara dan bangsa. Tapi yang menjadi pokok persoalan adalah, tatkala pada penerapannya justru malah melegalkan tindakan yang justeru akan bisa meciptakan sebuah pelanggaran HAM. Kalaupun UU itu ada, saya menyarankan ada Komisi Intelijen yang bekerja mengawasi kinerja intelijen yang ada agar tidak terjadi kesewenang-wenangan di dalamnya.
Apakah UU ini akan lebih baik atau lebih buruk dibandingkan Orba ?
Saya belum membaca draft UU Intelijen itu sendiri. Saya justru mengkhawatirkan jika ada pasal penangkapan yang multitafsir, sebab penangkapan itu seharusnya dilakukan oleh aparat polisi saja. Apa jadinya jika intelijen sendiri diberi kewenangan itu. Ini yang bisa membahayakan masyarakat karena bisa terjadi pelanggaran HAM. Sebaiknya disini harus diutamakan pula perlindungan HAM. Jadi intelijen tidak bisa bertindak semaunya sendiri. Saya kira ketika UU itu muncul seharusnya lebih baik dari Orba bukan justru sebaliknya malah menjadi alat untuk menakut-nakuti dan mengawasi rakyatnya. Kadang saya juga sendiri heran, ada rakyat Indonesia malah diawasi oleh intelijen asing. UU Intelijen itu seharusnya bisa melindungi rakyat bukan justru  sebaliknya malah membuat rakyat semakin takut khususnya aktivis dan lembaga Islam yang ada di negeri ini.
Idealnya aktivis dan lembaga Islam harus seperti apa ?
Ya harus paham soal intelijen itu sendiri. Jangan sampai mereka justru bisa dijebak oleh intelijen dan dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu yang dapat merusak citra Islam yang selalu diidentikan dengan terorisme. Saya kira banyak aktivis Islam yang selalu terjebak dengan hal itu, yang akhir-akhirnya menjadi korban dari pemainan intelijen. Ini tidak jauh beda dengan Sistem Pancing Jaring yang pernah dilakukan Ali Moertopo dulu.
Apakah hal ini pun upaya untuk menghalangi aktivis dan lembaga Islam yang gencar menegakkan Syariat Islam ?
Bisa saya katakan demikian dan media kita ada kecenderungan selalu mengakatan sisi buruknya daripada sisi baiknya dalam berbagai kasus bom yang terjadi. Terkadang justru pelakunya bersifat indivisu tetapi langsung dikaitkan dengan gerakan Islam yang ada. Inilah yang kemudian membuat Islam selalu dianggap radikal. Akibat dari semua itu, aktivis dan gerakan Islam yang ada selalu diawasi karena dianggap berbahaya sehingga ujung-ujungnya harus diberangus dan bila perlu dihancurkan agar tidak bisa bergerak lagi.[1]
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Aneh sekali , pondok Ngruki  selalu di kaitkan di karenakan ada orang yang melakukan bom bunuh diri . Pada hal tiada  bukti yang kuat . Herannya lagi bila ada koruptor yang membikin rakyat banyak menderita tidak ada yang mengaitkan dengan sekolah mana koruptor itu atau siapakah gurunya ?  Pelaku kasus bank Century , mengapa  dibiarkan dan tidak ada orang yang mengaitkan dengan tempat pendidikannya atau  siapa gurunya . Ini ber arti ada sinyal pencitraan buruk kepada Islam atau ormasnya  agar tidak ada keinginan dari rakyat untuk memberlakukan syariatnya .
Allah berfirman :
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.[2]
Begitu juga kaum yang durja sebagaimana ayat :
وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai (nya).[3]
Dlm artikel itu di katakan:
Jelas dengan pemberitaan ini tetap saja stigma buruk selalu diarahkan kepada aktivis Islam. Dampaknya jelas sangat merugikan umat Islam itu sendiri.
Ini tidak jauh beda dengan Sistem Pancing Jaring yang pernah dilakukan Ali Moertopo dulu.
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Bila musuh – musuh Islam tidak melakukan seperti itu , maka al quran di buang saja karena tidak cocok dengan realita.  Allah berfirman :
)وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ  وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ)

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.[4]

Di ayat lain , Allah juga menjelaskan sbb:

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ  وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ(30)

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.[5]

 Sejak dulu , Kaum muslimin selalu di takut – takuti , di tindas , di citrakan jelek .Ingat saja komando jihad  yang di prakarsai oleh Sudomo yang kristen , banyak ulama yang di tangkap dan di tuduh dengan komando jihad. Sekarang strateginya di robah, maksudnya sama  yaitu dengan menyebarkan issu terorisme. Sayang rakyat yang ngerti tidak berani bicara .


[1] http://www.sabili.co.id/wawancara/intelijen-harus-diawasi
[2] Taubat  32
[3] Yunus 82
[4] Ali imran 54
[5] Al anfal 30
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan