Kamis, April 21, 2011

Kesesatan LBM NU Jember ke empat



Di tulis oleh H Mahrus ali


Kisah tawassul Imam Malik
Dan bantahannya


KH.Abdullah Syamsul arifin, M.HI cs.menyatakan lagi :

وَقَالَ( أَبُو جَعْفَرَ لِلإِمَامِ مَالِكٍ )  : يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ أَسْتَقْبِلُ الْقِبْلَةَ وَأَدْعُو أَمْ اَسْتَقْبِلُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ؟ فَقَالَ :
وَلِمَ تَصْرِفُ وَجْهَكَ عَنْهُ وَهُوَ وَسِيْلَتُكَ وَوَسِيْلَةُ أَبِيْكَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ إِلَى اللهِ تَعَالَى يَوَْمَ اْلقِيَامَةِ ؟ بَلْ اِسْتَقْبِلْهُ وَاسْتَشْفِعْ بِهِ فَيُشَفِّعُهُ اللهُ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى { وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا } النساء : 64 .

  

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمُ الْخَطِيْئَةَ قَالَ : يَا رَبِّى ! إِنِّى أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لَمَا غَفَرْتَنِى فَقَالَ اللهُ : يَا آدَمُ كَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أَخْلُقْهُ قَالَ : يَا رَبِّى ِلأَنَّكَ لَمَا خَلَقْتَنىِ بِيَدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأْسِى فَرَأَيْتُ عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوْبًا لاَإِلٰهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ فَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ تُضِفْ إِلَى إسْمِكَ إِلاَّ أَحَبَّ الْخَلْقِ إِلَيْكَ فَقَالَ اللهُ : صَدَقْتَ يَا آدَمُ إِنَّهُ َلأَحَبُّ الْخَلْقِ إِلَيَّ، اُدْعُِنى بِحَقِّهِ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ، وَلَوْلاَ مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ

Komentarku ( Mahrus ali ) :
Hadis tsb juga di buat dalil oleh orang – orang syi`ah dalam memperbolehkan tawassul dengan mayat dan memang tawassul bagi mereka adalah menu harian dalam berdoa [1]Begitu juga kisah Imam Malik yang menyatakan  boleh tawassul itu  juga ada di kitab – kitab syi`ah .
Ibnu Taimiyah berkata : "Sanad hadis tsb munqathé `yang diriwayatkan oleh lebih dari satu orang  . Mereka berkata : Bercerita kepada kami Abul abbas – Ahmad bin Umar bin Dilhat berkata : Bercerita kepada kami  Abul Hasan – Ali bin Fihir lalu berkata , bercerita kepada kami bercerita kepada kami Abu Bakar – Muhammad bin Ahmad bin al faraj ,lalu berkata : bercerita kepada kami  Abul Hasan – Abdullah bin Al Muntab  lalu berkata : Bercerita kepada kami  Ya`qub bin Ishaq  bin Abu Isra`il , bercerita kepada bin Humaid [2]
قُلْت وَهَذِهِ الْحِكَايَةُ مُنْقَطِعَةٌ ؛ فَإِنَّ مُحَمَّدَ بْنَ حميد الرَّازِيَّ لَمْ يُدْرِكْ مَالِكًا لَا سِيَّمَا فِي زَمَنِ أَبِي جَعْفَرٍ الْمَنْصُورِ فَإِنَّ أَبَا جَعْفَرٍ تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ سَنَةَ ثَمَانٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَةٍ وَتُوُفِّيَ مَالِكٌ سَنَةَ تِسْعٍ وَسَبْعِينَ وَمِائَةٍ . وَتُوُفِّيَ مُحَمَّدُ بْنُ حميد الرازي سَنَةَ ثَمَانٍ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ وَلَمْ يَخْرُجْ مِنْ بَلَدِهِ حِينَ رَحَلَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إلَّا وَهُوَ كَبِيرٌ مَعَ أَبِيهِ وَهُوَ مَعَ هَذَا ضَعِيفٌ عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْحَدِيثِ كَذَّبَهُ أَبُو زُرْعَةَ وَابْنُ وارة وَقَالَ صَالِحُ بْنُ مُحَمَّدٍ الأسدي : مَا رَأَيْت أَحَدًا أَجْرَأَ عَلَى اللَّهِ مِنْهُ وَأَحْذَقَ بِالْكَذِبِ مِنْهُ . وَقَالَ يَعْقُوبُ بْنُ شَبِيبَةَ : كَثِيرُ الْمَنَاكِيرِ . وَقَالَ النسائي : لَيْسَ بِثِقَةِ . وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ : يَنْفَرِدُ عَنْ الثِّقَاتِ بِالْمَقْلُوبَاتِ . وَآخِرُ مَنْ رَوَى الْمُوَطَّأَ عَنْ مَالِكٍ هُوَ أَبُو مُصْعَبٍ وَتُوُفِّيَ سَنَةَ اثْنَتَيْنِ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ . وَآخِرُ مَنْ رَوَى عَنْ مَالِكٍ عَلَى الْإِطْلَاقِ هُوَ أَبُو حُذَيْفَةَ أَحْمَدُ بْنُ إسْمَاعِيلَ السَّهْمِيُّ تُوُفِّيَ سَنَةَ تِسْعٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ وَفِي الْإِسْنَادِ أَيْضًا مَنْ لَا تُعْرَفُ حَالُهُ . وَهَذِهِ الْحِكَايَةُ لَمْ يَذْكُرْهَا أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ الْمَعْرُوفِينَ بِالْأَخْذِ عَنْهُ وَمُحَمَّدُ بْنُ حميد ضَعِيفٌ عِنْدَ أَهْلِ الْحَدِيثِ إذَا أَسْنَدَ فَكَيْفَ إذَا أَرْسَلَ حِكَايَةً لَا تُعْرَفُ إلَّا مِنْ جِهَتِهِ هَذَا إنْ ثَبَتَ عَنْهُ.
Ibnu Taimiyah berkata :
  Aku berkata :  " Kisah ( tentang  perkataan Abu Ja`far kepada Imam Malik ketika berziarah ke kuburan Nabi SAW ) adalah kisah yang sanadnya terputus ( lemah sekali ) . Sesungguhnya Muhammad  bin Humaid Arrazi  ( sebagai salah satu perawi kisah di atas )  tidak menjumpai Imam Malik , apalagi di masa Abu Ja`far al manshur . Sesungguhnya Abu ja`far  meninggal dunia di Mekkah   pada tahun  158 H , sedang Imam Malik  wafat pada tahun  179 H , sedang Muhammad Arrazi wafat pada tahun  248 H    , dan beliau tidak keluar dari  kotanya  untuk menuntut ilmu  kecuali sudah  besar  bersama  ayahnya . Sungguhpun demikian ,beliau juga lemah  menurut kebanyakan ahli hadis .  Abu Zar`ah , Ibnu Wara menyatakan  : Dia pendusta .
Saleh bin Muhammad Al asdi berkata  : Aku tidak melihat  seorang lelaki yang berani kepada Allah  dan lihay dalam  kedustaan  dari padanya .
Ya`qub bin Syaibah menyatakan : Dia  banyak meriwayatkan hadis mungkar
Nasai  berkata :  Dia  tidak bisa dipercaya.
Ibnu Hibban berkata  : "Dia  suka memutar balikkan berita dari orang – orang terpercaya  secara sendirian" .
Akhir orang yang meriwayatkan kitab Muwattho` dari Imam Malik adalah Abu Mush`ab yang wafat pada tahun  242 H
Akhir orang yang meriwayatkan dari Imam Malik secara  mutlak  adalah Abu Hudzaifah  bin Isma`il assahmi  yang wafat  pada tahun 259 H
Dalam sanadnya ada orang yang tidak dikenal identitasnya .
Hikayat ini tidak pernah di sebutkan oleh salah satu dari sahabat – sahabat Imam Malik yang populer  dengan meriwayatkan  hadis dari padanya .
Muhammad bin Humaid sendiri termasuk lemah  menurut ahli hadis bila memiliki sanad  yang tidak terputus  , apalagi bila dia memursalkan kisah yang  hanya dia yang meriwayatkannya , bila kisah itu benar [3]
Komentarku ( Mahrus ali ) :


Muhammad bin Humaid bin Hayyan attamimi – Abu Abdillah Arrazi , wafat pada tahun 248 H    tidak pernah berjumpa  dengan Imam Malik  , martabatnya menurut Ibnu Hajar sbb:
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ : حَافِظٌ ضَعِيْفٌ ، وَ كَانَ ابْنُ مَعِيْنٍ حَسَّنَ الرَّأْىَ فِيْهِ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الذَّهَبِـي : الْحَافِظُ ، وَثَّقَهُ جَمَاعَةٌ وَاْلأَوْلَى تَرْكُهُ
Martabanya menurut Ibnu Hajar : Dia adalah hafizh yang lemah , Ibnu Ma`in menyatakan baik kepadanya .
Martabatnya menurut Dzahabi  : Dia hafizh . Segolongan ahli hadis menyatakan  dia  terpercaya . Tapi paling afdal ditinggalkan riwayatnya . [4]
وَ قَالَ أَبُو اْلعَبَّاسِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ اْلأَزْهَرِى : سَمِعْتُ إِسْحَاقَ بْنَ مَنْصُوْرٍ يَقُوْلُ : أَشْهَدُ عَلَى  مُحَمَّدٍ بْنِ حُمَيْدٍ وَ عُبَيْدٍ بْنِ إِسْحَاقَ الْعَطَّارِ بَيْنَ يَدَى اللهِ أَنَّهُمَا كَذَّابَانِ .
 وَقَالَ فَضْلُكَ الرَّازِى : عِنْدِى عَنِ ابْنِ حُمَيْدٍ خَمْسُوْنَ آلْفِ حَدِيْثٍ لاَ أَحَدِّثُ عَنْهُ بِحَرْفٍ .
وَقاَلَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ يَعْقُوْبَ الْجُوزْجَانِى : رَدِىءُ الْمَذْهَبِ غَيْرُ ثِقَةٍ .
وَ قَالَ يَعْقُوْبٌ بْنُ شَيْبَةَ السَّدُوْسِى : مُحَمَّدٌ بْنُ حُمَيْدٍ الرَّازِى كَثِيْرُ الْمَنَاكِيْرِ .
وَقَالَ اْلبُخَارِى : حَدِيْثُهُ فِيْهِ نَظَرٌ .
Abul abbas – Ahmad bin Muhammad al azhari  berkata  : Aku mendengar  Ishak bin Mansur berkata  : Aku bersaksi  di muka Allah  bahwa Muhammad bin Humaid dan Ubaid bin Ishak al atthor adalah perawi pendusta .
Fadhluk Arrazi berkata : Saya punya 50 ribu hadis riwayat Muhammad bin Humaid , aku tidak berani meriwayatkannya sekalipun satu huruf
Ibrahim bin Ya`qub Al Juzjani  berkata :  Dia madzhabnya jelek  tidak bisa dipercaya
Ya`qub bin Syaibah assadusi  berkata : Dia banyak hadis mungkarnya
Imam Bukhari berkata : Hadisnya perlu di kaji ulang . [5]
  Bila  Muhammad bin Humaid berjumpa dengan Imam Malik saja  , hadisnya tidak bisa di buat pegangan , apalagi bila  dia  tidak berjumpa dengannya lalu meriwayatkan kisah Abu Mansur dan Imam Malik sebagaimana  hadis di atas tadi . Keliru orang yang berpegangan dengan  kisah di atas.
Kisah Imam Malik itu juga di buat pegangan  oleh Syi`ah dalam memperkenankan  tawassul , l di sana  ada kisah dialog yang unik [6]

Tim Penulis LBM NU  cabang Jember   menyatakan :



Komentarku ( Mahrus ali ) :
Komentar tsb bisa  berfungsi  baik  bila kisah Abu Ja`far itu benar . Bila telah jelas kekeliruannya  , maka komentar itu tinggalkan saja dan berdoalah langsung sebagaimana perintah Al Quran sbb:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu berdoa kepada  seseorangpun di dalamnya di samping berdoa kepada Allah.[7]
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdo`a kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang samar (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."[8]
tiada Muhammad aku tak kan menciptakanmu. [9]
 
      Ket : Kalimat seandainya tidak ada Muhammad , aku tidak akan menciptakanmu .Pada hal saat itu Muhammad belum di ciptakan. Dan kehendak Allah tidak boleh tergantung kepada sesuatu . Allah punya kehendak mutlak . Ia bertentangan dengan ayat :
كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.[10]

Hadis tentang Nabi Adam bertawassul  dengan Muhammad di riwayatkan oleh  Al Hakim dalam kitab Mustadrak 4278 , hal 672/2 lemah karena ada perawi Abd rahman bin zaid bin Aslam lemah kata Ibnu hajar dan Dzahabi , lihat mausuatur ruwatil hadis 3865. Ismail bin Maslamah kata Ibnu hajar perawi yang selalu berkata benar tapi sering keliru.
Al Hakim berkata : "Hadis tsb , sanadnya sahih" .
Saya katakan :  "Setelah pengkajian sanad, ternyata terdapat dua perawi yang lemah sebagaimana penelitian Ibnu hajar dan Dzahabi tadi .
  Syaikh Muhammad Nashiruddin al albani menyatakan
( قُلْتُ : بَلْ مَوْضُوْعٌ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَاهٍ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ أَسْلَمَ اْلفِهْرِي لاَ أَدْرِي مَنْ ذَا ) قُلْتث : وَمِنْ تَنَاقُضِ الْحَاكِمِ فِي ( اْلمُسْتَدْرَكِ ) نَفْسِهِ أَنَّهُ أَوْرَدَ فِيْهِ حَدِيْثًا آخَرَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ هَذَا وَلمَ يُصَحِّحْهُ : بَلْ قَالَ :
 ( وَالشَّيْخَانِ لَمْ يَحْتَجَّا بِعَبْدِ الر     َّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ )
 قُلْتُ : وَاْلفِهْرِي هَذَا أَوْرَدَهُ الذَّهَبِي فِي ( الْمِيْزَانِ ) وَسَاقَ لَهُ هَذَا الْحَدِيْثَ وَقَالَ :  ( خَبَرٌ بَاطِلٌ ) وَكَذَا قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرَ فِي ( الِّلسَانِ ) وَزَادَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فيِ اْلفِهْرِي هَذَا :
 ( لاَ أَسْتَبْعِدُ أَنْ يَكُوْنَ هُوَ الَّذِي قَبْلَهُ فَإِنَّهُ مِنْ طَبْقَتِهِ ) قُلْتُ : وَاَّلذِي قَبْلَهُ هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُسْلِمٍ بْنِ رَشِيْدٍ قَالَ الْحَافِظُ : ذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ مُتَّهَمٌ بِوَضْعِ الْحَدِيْثِ يَضَعُ عَلَى لَيْثٍ وَمَالِكٍ وَاْبنِ لَهِيْعَةَ لاَ يَحِلُّ كَتْبُ حَدِيْثِهِ وَهُوَ الَّذِي رَوَى عَنِ ابْنِ هَدِيَّةَ نُسْخَةً كَأَنَّهَا مَعْمُوْلَةٌ )
 قُلْتُ : وَالْحَدِيْثُ رَوَاهُ الطَّبْرَانِي فِي ( الْمُعْجَمِ الصَّغِيْرِ ) : ثَنَا مُحَمَّدٌ بْنُ دَاوُدَ بْنِ أَسْلَمَ الصَّدَفِي الْمِصْرِي : ثَنَا أَحْمَدُ ابْنُ سَعِيْدٍ الْمَدَنِي اْلفِهْرِي : ثَنَا عَبْدُ الله بْنُ إِسْمَاعِيْلَ الْمَدَنِي عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنَ بْنِ زَيْدٍ بْنِ أَسْلَمَ بِهِ . وَهَذَا سَنَدٌ مُظْلِمٌ فَإِنَّ كُلَّ مَنْ دُوْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنَ لاَ يُعْرَفُوْنَ
Saya katakan : Hadis tsb palsu , perawi bernama Abd rahman adalah lemah  dan Abdullah bin Aslam al Fihri   , aku tidak mengerti siapakah dia
Di antara hilafnya  Al hakim bahwa beliau menyampaikan hadis lain lagi dengan menggunakan perawi Abd Rahman lalu tidak menyatakan sahih , tapi  beliau menyatakan :
Bukhari dan Muslim tidak berpegangan kepada periwayatan Abd rahman bin Zaid .
Al Fihri  juga di cantumkan  oleh Imam Dzahabi dalam kitab al Mizan , lalu  hadis tsb juga di sebut dan beliau menyatakan : " Hadis palsu ( batil )"  . Begitu juga Al hafizh Ibnu Hajar dalam kitab allisan  dan  beliau memberikan  komentar lagi tentang Al Fihri tsb : "Dia mirip dengan perawi sebelumnya   karena satu tingkatan".
Saya katakan : Perawi sebelumnya  adalah  Abdullah bin Muslim bin Rasyid .

Al Hafizh berkata :  Ibnu Hibban menyatakan  : Dia yang tertuduh membikin hadis palsu itu . Dia membikin hadis palsu dari Laits  , Malik  dan Ibnu lahi`ah . Tidak boleh ditulis hadisnya  . Dialah yang meriwayatkan  hadis dari Ibnu hadiyah  seolah telah di pakai .
Saya katakan : Hadis tsb juga di riwayatkan dalam kitab MU`jam Thabrani  Asshaghir : Bercerita kepada kami  Muhammad bin Dawud bin Aslam ashhadfi al misri , bercerita kepada kami  Ahmad bin said Al Madani al fihri , bercerita kepada kami  Abdullah bin Ismail  Al Madani  dari Abd rahman bin Zaid bin Aslam .
Seluruhnya adalah sanad gelap . Seluruh perawi nya selain Abd rahman tidak dikenal . [11]
Penulis buku berkata : Sebetulnya masih banyak kata dan keterangan  dari syaikh Al albani tentang hadis di atas tapi  saya cukupi sekian saja dan akan bermanfaat bagi orang yang tidak fanatik golongan.
  Tiada keterangan dalam hadis yang sahih bahwa tiang aras bertuliskan laa ilaaha illallah muhammad rasulullah sebagaimana hadis sbb: 
لَا تُخَيِّرُوا بَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ فَإِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى آخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ الْعَرْشِ فَلَا أَدْرِي أَكَانَ فِيمَنْ صَعِقَ أَمْ حُوسِبَ بِصَعْقَةِ الْأُولَى *
Jangan mengutamakan  satu Nabi terhadap Nabi lain . sesungguhnya manusia sama pingsan di hari Kiamat , dan akulah permulaan  orang yang bangkit dari bumi . Aku menjumpai Nabi Musa  memegang tiang Arasy  . Aku tidak mengerti apakah dia termasuk orang yang pingsan atau dia  tidak pingsan karena dahulu pernah pingsan ( ketika  dipanggil Tuhan ) . [12] Lemah.
Lebih jelasnya bacalah buku karya kami 

 


[1] Ansar web net
[2] Majmu` fatawa libni Taimiyah  69/1
[3] Majmu` fatawa libni Taimiyah  69/1
[4] Mausuatuh ruwatil hadis 5834
[5] Mausuatuh ruwatil hadis  5834
[6] silsilah halaqat an haqoiq syiah
[7] Jin 18
[8] Al An`am 63 .
[9]  HR Al hakim dalam kitab Mustadrak 4278 , hal 672/2 lemah karena ada perawi Abd rahman bin zaid bin Aslam lemah kata Ibnu hajar dan Dzahabi , lihat mausuatur ruwatil hadis 3865. Ismail bin Maslamah kata Ibnu hajar perawi yang selalu berkata benar tapi sering keliru.
Al hakim berkata : Hadis tsb , sanadnya sahih .
Saya katakan :  Setelah pengkajian sanad, ternyata terdapat dua perawi yang lemah sebagaimana penelitian Ibnu hajar dan Dzahabi tadi .
[10] Ali imran 47
[11] Attawassul 105/1
[12] HR Ahmad 10894 ,Bukhori 2412.  4638.





Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Ketika dasar pengambilan hadis yang menjadi masalah seperti ini hadis doif atau bahkan mauduk maka semua harus di kembalikan ke tuhan dan tidak perlu saling mencela......

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan