Senin, Februari 21, 2011

Hukum Ijtihad




                                      Hukum   Ijtihad 
Di tulis oleh H Mahrus ali .

Muh Abduh T menyatakan :
Dan ingatlah bahwa setiap ijtihad ulama, jika benar akan mendapatkan dua pahala. Dan jika mereka keliru, maka kekeliruan mereka dimaafkan sekaligus mereka akan diberi ganjaran satu pahala. (Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari Muslim)
Oleh karena itu -saudaraku yang kami sangat merindukan engkau bisa bersama kami di surga kelak- bahwa kami menjelaskan definisi bid’ah di sini untuk menjelaskan kekeliruan ulama yang mendefinisikannya kurang tepat. Pendapat mereka jika keliru akan dimaafkan, namun ingat kita tidak boleh mengikuti pendapat tersebut karena kita bukanlah seorang mujtahid.
Komentarku ( Mahrus ali )  :


. Untuk orang yang menentukan hukum , maka harus berlandaskan dalil  dan tidak boleh dengan ijtihad . Dahulu saya juga berpendapat Ijtihad itu boleh . Sekarang saya tidak berijtihad tapi ittiba` saja .
Imam Bukhori membikin bab :
بَاب تَعْلِيمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ لَيْسَ بِرَأْيٍ وَلاَ  تَمْثِيلٍ *
Nabi SAW mengajari umatnya  lelaki atau perempuan dengan apa yang diajarkan oleh Allah kepadanya tidak menggunakan  pendapat atau perumpamaan . 
Imam  Bukhori  membikin bab :
بَاب إِذَا اجْتَهَدَ الْعَامِلُ أَوِ الْحَاكِمُ فَأَخْطَأَ خِلاَفَ الرَّسُولِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ فَحُكْمُهُ مَرْدُودٌ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ *
Bila  seorang berijtihad dalam beribadah atau seorang  hakim berijtihad lalu keliru tidak sesuai dengan hadis  maka hukumnya tertolak  ,karena Nabi Saw  bersabda  :
Barang siapa yang menjalankan sesuatu yang tidak cocok dengan urusan kami maka tertolak .

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي عَوْنٍ الثَّقَفِيِّ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ كَيْفَ تَقْضِي فَقَالَ أَقْضِي بِمَا فِي كِتَابِ اللهِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللهِ قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِي قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sesungguhnya Rasulullah  mendelegasikan Mu`adz ke Yaman , lalu bersabda : Bagaimamanakah kamu  menghukumi ?
Dia menjawab : Aku menghukumi dengan apa yang terdapat di dalam kitabullah .
Rasulullah SAW   bertanya : Bila tidak ada dalam kitabullah .
Dia menjawab : Dengan sunnah Rasulullah SAW  
Rasulullah SAW   bertanya : Bila tidak terdapat dalam sunnah Rasulullah 
Dia menjawab :  Aku ijtihad dengan pendapatku .
Rasulullah SAW   bersabda : Segala puji bagi Allah yang  memberikan taufik kepada utusan Rasulullah 

HR Tirmidzi , namun dalam sanadnya  terdapat Al Harits bin Amar yang lemah . 
Dan siapakah  lelaki – lelaki dari sahabat  Mu`adz .
Di tempat lain , Tirmidzi menyatakan  mereka adalah orang – orang dari penduduk Himsha . Sanadnya tidak bersambung . Dan  saya hanya mengetahuinya dari jalur ini .
Al albani menyatakan hadis tsb mungkar 
Al Uqaili berkata : Imam Bukhari menyatakan , lemah , ia mursal 
Ibnu Hazem menyatakan ; perawi bernama Al Harits bin Amar adalah tidak dikenal   Ibnul Jauzi menyatakan dalam kitab al ilal al mutanahiyah , lemah / tidak sahih  sekalipun banyak kalangan ahli fikih berpegangan kepadanya  dalam kitab – kitab  mereka

Komentarku

Majlis ifta` Al azhar dalam memberikan fatwa juga berpegangan kepada hadis itu , itu sayang sekali .  
Abd Qadir al audah juga berpegangan kepada  hadis tsb dalam menentukan sunnah taqririyah . 
Ini kekeliruan yang nyata dan tidak boleh berpegangan dengan hadis lemah , kataku
Ibnu Taimiyah juga berpegangan kepada hadis tsb dalam menentukan boleh mentafsiri al quran dengan hadis . 
Beliau berkata :
وَهَذَا الْحَدِيثُ فِي الْمَسَانِدِ وَالسُّنَنِ بِإِسْنَادِ جَيِّدٍ ..
Hadis ini dengan kitab – kitab musnad dengan sanad yang baik .

Tidak tepat apa yang di katakan  oleh Ibnu Taimiyah , dan sudah cukup kita berpegangan kepada  perkataan Imam Bukhari dan ulama lainnya yang menyatakan hadis tsb lemah . kataku .
Syi`ah juga berpegangan kepada  hadis lemah itu dalam memperbolehkan berpendapat dalam beragama . 
Syaikh Muhammad bin Ibrahim alus syaikh – salah satu ulama Saudi  juga berpegangan kepadanya 
Seluruhnya itu karena ikut kepada ulama lainnya tanpa meneliti kwalitas hadis itu .

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي قَيْسٍ مَوْلَى عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ
Rasulullah SAW   bersabda :  Bila hakim menjatuhkan hukum , lalu iJtihad , lalu benar , maka mendapat dua pahala. Bila menjatuhkan hukum lalu berijtihad , lalu salah , maka mendapat  satu pahala .
Muttafaq alaih , kata  al albani , ia juga sahih .

Komentarku ( Mahrus ali )  :

Ada Muhammad bin Ibrahim bin Al harits terpercaya tapi sebagian hadisnya  tidak di riwayatkan perawi lain . kata Ibnu Hajar .
Imam Ahmad menyatakan : Dia juga meriwayatkan beberapa hadis yang mungkar .

وقال الترمذي : " حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ ، لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ " .
Imam Tirmidzi berkata : Ia hadis hasan gharib , kami tidak mengetahuinya kecuali  dari hadis Abd Razzaq dari Ma`mar . 
Ibnul Jarud dan a;l baihaqi menyatakan :
وَلاَ نَعْلَمُ أَحَدًا رَوَى هَذَا الْحَدِيْثَ عَنِ الثَّوْرِي غَيْرَ مَعْمَرٍ "
Dan kami tidak mengetahui  orang yang meriwayatkan hadis ini dari Ats tsauri  kecuali Ma`mar
وَقَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ : " لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيْثَ عَنْ مَعْمَرٍ غَيْرُ عَبْدِ الرَّزَّاقِ ، وَأَخْشَى أَنْ يَكُوْنَ وَهِمَ فِيْهِ .
Ibnu Abdil bar berkata : Hanya Abd Razzaq yang meriwayatkan hadis tsb dari Ma`mar dan aku hawatir keliru ( Sanadnya salah ) 

  Setahu saya ,  jalur hadis tsb hanya dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits yang sering  meriwayatkan hadis – hadis yang mungkar .
Ia juga bertentangan dengan ayat :
أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لاَ يُؤْمِنُونَ
Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلاَ تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Qur'an)", Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Qur'an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Rasulullah SAW   sendiri  dalam menentukan hukum tidak pernah berijtihad tapi menanti wahyu yang di turunkan , sudah selayaknya  kita meneladani Rasulullah   dan berpegangan kepada al quran dan hadis saja dalam masalah tsb . Kita tidak usah berijtihad tapi ittiba`lah akan lebih tepat dan lurus .

Hadis tsb juga bertentangan dengan ayat :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan  Rasul  (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.  Maksudnya kembali kepada Al Quran dan hadis.
Azzuhri berkata:
اَلْاِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ،
Berpegangan kepada hadis adalah keselamatan,

Ijtihad adalah tasyri` - atau membikin sariat baru dan ini keliru sekali dan harus di buang . Allah berfirman :
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْلاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
Apakah mereka mempunyai  sekutu - sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.[1]

وَهُوَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي اْلأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan milikNya  segala hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Di permulaan tadi di katakan : Masalah bid`ah hasanah adalah khilafiyah . Sebetulnya itu hanya sekedar omongan ahli bid`ah atau orang yang ilmunya kurang mendalam . Sebenarnya kalau mau jujur , sesungguhnya bid`ah hasanah adalah tertolak sebagaimana hadis :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama yang tidak terdapat dalam agama maka dengan sendirinya tertolak  [2]


Ingat ! Berilah komentar dengan mengkelik slect profile , lalu pilih anonymous , lalu tulis namamu dlm kolom komentar , lalu tulis komentar apa yang anda inginkan dan pakailah bahasa yang baik jangan kotor . Hub : 03192153325 Email .Darulqurani@yahoo.co.id atau dengarkan cd pengajianku, jumlahnya  35 keping atau bacalah buku karya saya : " Mantan kiyai NU ………………terbitan laa tasyuk press atau Solusi Tuntas terbitan karya pembina.










[1] Syura 21
[2] HR Bukhori / Salat / 2499. Muslim / Aqdliah / 3242. Abu dawud/Sunnah / 3990. Ibnu Majah / Muqaddimah /14. Ahmad / 73,146,180,240,206,270/6
Artikel Terkait

2 komentar:

  1. ustadz, bagaimana hadits ' ikutilah sunnahku dan sunnah kulafaur rasyidin...dst? mohon penjelasan

    terima kasih

    BalasHapus
  2. Ada ulama yang mengatakan sahih ada ulama yang menyatakan lemah . Kalau pendapat saya , maka perlu mengkaji ulang terlebih dulu bila ada waktu untuk itu .

    BalasHapus

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan